Sukses


5 Momen Takhayul dan Klenik di Sepak Bola Level Dunia, Percaya atau Tidak: Simbol Keberuntungan dan Tradisi?

Bola.com, Jakarta - Sepak bola tak melulu soal taktik, tapi juga takhayul dan klenik. Percaya atau tidak, takhayul telah mewarnai banyak pertandingan sepak bola.

Ada pemain yang punya celana dalam keberuntungan, kaus favorit, serta ritual-ritual lainnya. Menariknya, takhayul atau hal-hal klenik tak hanya diyakini pemain di lapangan tapi juga pelatih bahkan petinggi klub.

 

Video Asyik

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 13 halaman

Sulit Dicerna

Secara nalar memang sulit untuk dicerna dan diterima. Akan tetapi, takhayul atau klenik atau apa pun namanya yang berbau supranatural kerap terjadi di pentas sepak bola.

Tak menutup kemungkinan, Piala Dunia 2022 Qatar juga akan menyuguhkan sesuatu yang berbau takhayul. Di bawah ini, kami menuangkan fakta jika takhayul atau klenik kerap terlihat secara kasat mata.

 

3 dari 13 halaman

Cristiano Ronaldo

Pengoleksi lima Ballon d'Or ini dan satu di antara pemain terhebat sepanjang masa, itulah yang terlintas di benak Anda ketika mendengar nama Cristiano Ronaldo. Saat pembicaraan tentang takhayul datang dan pemain seperti Ronaldo yang identik dengan kerja keras ada di dalamnya, tak sedikit yang skeptis.

Selama bertahun-tahun sebagai atlet profesional, Ronaldo telah mengembangkan kebiasaan tertentu yang telah menjadi takhayul. Dari menjadi pemain pertama yang turun saat bepergian ke pertandingan dengan pesawat, meletakkan kaki kanannya di rumput terlebih dahulu, berdiri dengan cara yang sama saat tendangan bebas dan banyak lagi.

Berlatar ritual-ritual tadi, bintang Portugal itu telah memenangkan banyak gelar seperti Premier League, Liga Cghampions, Serie A, La Liga, dan Piala Eropa. Ronaldo juga maraih beberapa penghargaan bergengsi lainnya.

 

4 dari 13 halaman

Johan Cruyff

Johan Cruyff menulis namanya ke dalam sejarah sepak bola dan menjadi satu di antara dari sedikit orang di dunia yang identik dengan sepak bola Belanda. Mantan pemain Ajax dan Barcelona itu adalah pengusung utama total football yang mengantarkan Belanda ke final Piala Dunia 1974.

Sebagai pemain hebat, dia bergantung pada serangkaian ritual sebelum pertandingan. Itu selalu dia lakukan, bahkan saat berperan sebagai pelatih.

 

5 dari 13 halaman

Contoh Nyata

Satu contohnya ada dalam sebuah pertandingan. Sesaat sebelum kick-off, dia menampar perut kiper Gert Bals dan kemudian berjalan ke sisi lawan dan meludahkan permen karetnya ke arah gawang mereka.

"Saya tahu itu aneh. Tapi sepertinya berhasil untuk saya. Setelah saya melakukannya sebelum pertandingan, pikiran saya sepenuhnya terfokus pada apa yang harus kami lakukan untuk menjadi sukses di lapangan," kata Cruyff.

Sayang, pernah suatu saat, Cruyff yang memberikan pukulan biasa kepada Bals dan kemudian berjalan ke arah separuh lapangan lawan, untuk meludahkan permen karetnya. Ternyata dia lupa mengunyah permen karetnya! Alhasil, Ajax kalah telak 1-4.

 

6 dari 13 halaman

Tim Piala Dunia Prancis 1998

Mereka lolos ke final Piala Dunia semata-mata karena keterampilan dan bakat para pemain di tim mereka. Siapa yang bisa mengatakan apa yang Les Bleus lakukan sebelum pertandingan tidak benar-benar membantu perjuangan mereka.

Prancis memiliki skuad Piala Dunia bertabur bintang seperti Zinedine Zidane, Marcel Desailly, Didier Deschamps, Emmanuel Petit, dan Thierry Henry. Terlepas dari semua itu, mereka, atau lebih tepatnya Laurent Blanc, memiliki ritual pra-pertandingan yang agak lucu, di mana sang bek akan mencium kepala gundul kiper Fabien Barthez.

 

7 dari 13 halaman

Ikut Semua

Pada akhirnya, Blanc membuat seluruh tim Prancis mencium kepala kiper berusia 26 tahun itu. Uniknya, dari pemain pengganti hingga pelatih, semua berjalan ke Barthez dan mencium kepalanya.

Takhayul lain yang tidak biasa dari tim itu adalah mereka akan mendengarkan single hit Gloria Gaynor "I Will Survive" di ruang ganti sebelum pertandingan. Pengaturan tempat duduk mereka di bus bahkan diatur sedemikian rupa, dengan setiap anggota tim memilih tempat duduk tertentu.

 

8 dari 13 halaman

Timnas Australia

Kisah ini dimulai pada tahun 1969 dan melibatkan Tim Nasional Australia saat mereka mencoba lolos ke Piala Dunia 1970. Socceroos baru saja kalah dalam pertandingan playoff dan harus menghadapi Zimbabwe di Mozambik.

Itu terjadi setelah pertandingan pertama yang berakhir imbang. Beberapa pemain mendengar tentang seorang dukun di Mozambik yang dapat memberikan kemenangan dengan memberikan semacam kutukan kepada lawan.

 

9 dari 13 halaman

Seluruh Tim

Seluruh tim setuju dan berkonsultasi dengan dukun. Dukun lalu mengubur beberapa tulang di dekat tiang gawang dan mengutuki lawan.

Berhasil! Australia kemudian mengalahkan Zimbabwe 3-1 di pertandingan penentuan, tetapi drama setelah pertandingan yang mengubah segalanya. Langkah itu menjadi bumerang ketika setelah pertandingan dukun mendekati tim dan meminta uang yang telah dijanjikan kepadanya, tetapi tim tidak dapat membayar.

 

10 dari 13 halaman

Ngurus Hukuman

Marah, dukun itu membalikkan kutukan. Sejak itu sepak bola Australia dikutuk. Australia tersingkir di babak final kualifikasi karena kalah agregat 1-2 dari Israel.

Kutukan berlanjut. Australia memang lolos ke Piala Dunia 1974, tetapi setelah itu, mereka mengalami serangkaian kekalahan yang memilukan. Australia kembali gagal memenuhi syarat untuk Piala Dunia 1998 meskipun memimpin 2-0 di babak kedua kualifikasi terakhir melawan Iran.

Perwakilan Australia memutuskan kembali ke Mozambik untuk menemui dukun baru. Sang dukun membunuh seekor ayam, menyebarkan darah ke mana-mana dan perwakilan Australia harus membasuh diri dengan tanah liat di Stadion Telstra. Dan kutukan itu akhirnya terangkat. Socceroos mencapai Piala Dunia 2006 dan menggapai babak kedua.

 

11 dari 13 halaman

Kutukan Derby County

Derby County pindah ke stadion baru mereka di Baseball Ground pada tahun 1895. Sebuah stadion yang akan menjadi rumah selama 102 tahun ke depan, mereka harus mengusir sekelompok gipsi yang tinggal di lokasi tersebut.

Para gipsi yang marah atas pengusiran diduga mengutuk Derby County. Mereka memberi 'umpatan' pemenang Liga Inggris kali itu tidak akan pernah memenangkan Piala FA lagi.

Kutukan awalnya dianggap fiktif. Namun, kenyataannya, kutukan itu terbukti dan kerap menghantui para penggemar.

 

12 dari 13 halaman

Momen Berakhir

The Rams mencapai final tahun 1898, 1899, serta 1904 dan mereka kalah. Mereka juga kalah di tiga semifinal lainnya. Tampaknya kutukan gipsi itu benar-benar, karena Derby County tak pernah mencapai final lagi selama 40 tahun.

Barulah pada tahun 1946, setelah 40 tahun kutukan, Derby County mencapai final Piala FA lagi dan para penggemar berdoa agar kutukan segera pergi. Mereka berdoa memohon ke langit: "Kami adalah penggemar Derby County. Apakah hukuman ini segera berakhir?"

 

13 dari 13 halaman

Rela Bayar

Hasilnya sungguh memuaskan. Derby County memenangkan Piala FA dengan kemenangan 4-1 di babak perpanjangan waktu. Semua orang beranggapan roh-roh yang marah telah diredakan.

Belakangan diketahui, Jackie Stamps, bintang Derby County saat itu, membayar seorang gipsi untuk mencabut kutukan sebelum final berlangsung. Stamps bahkan mencetak dua gol. Ada-ada saja ya.

Sumber: sportskeeda

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer