Bola.com, Jakarta - DC United adalah satu di antara klub legendaris di Amerika Serikat, terutama pada era 1990-an dan awal 2000-an. DC pernah empat kali meraih gelar MLS Cup di era tersebut.
Namun, setelah itu DC United sempat mengalami krisis keuangan yang diikuti krisis performa. Hal itu yang membuat Erick Thohir tertarik membeli saham mayoritas DC pada tahun 2012.
Baca Juga
Ketua PSSI Bagikan Transformasi Sepak Bola Indonesia dalam 2 Tahun Terakhir ke Media Korea
Timnas Indonesia Dituntut Harus Bersatu dan Bertarung untuk Sisa 4 Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Erick Thohir Isyaratkan Timnas Indonesia U-23 Berambisi Lolos ke Olimpiade 2028, Persiapan dari Sekarang untuk Piala Asia U-23
Advertisement
"Saya mengambil alih DC karena mereka punya historis besar. Tapi secara performance dan keuangan rontok saat itu," kata Erick di kanal Youtube Helmy Yahya Bicara.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Alasan Sejarah
Selain itu, negara bagian Virginia di Amerika Serikat kebetulan tidak banyak memiliki klub besar. Bahkan, DC United adalah satu-satunya klub asal wilayah tersebut yang berlaga di MLS.
"Setelah itu kita melihat DC itu ibu kota kemudian soal sejarah. Virginia itu kosong klub sepak bolanya, saya pikir menarik," lanjut Erick.
Namun, Erick Thohir tak serta-merta bisa membeli saham mayoritas DC United saat itu.
Advertisement
Jual Saham 76ers
Sosok yang pernah menjadi ketua Perbasi itu harus menjual sahamnya di klub NBA, Philadelphia 76ers.
"Akhirnya kami pilih DC, saya jual 76ers 16 persen lalu kita ke DC punya saham 84 persen," ujarnya.
Hasil kerja keras Erick Thohir di DC United pun terlihat. Kini klub yang identik dengan warna hitam itu sudah mulai bersaing di level yang lebih tinggi di MLS.
"Setelah itu memang membuat tim ini lebih baik. Setelah kita perbaiki kan lumayan, mulai di papan tengah," sambungnya.
Â
Bawa Bintang
Perlahan, DC United pun berkembang menjadi klub yang lebih mapan. Erick Thohir pun mulai berani memboyong para pemain yang menjadi langganan Timnas Amerika Serikat.
Setelah itu, DC semakin berkembang. Mereka pun kini bisa memiliki stadion sendiri dengan nama Audi Field. Stadion itu dibangun pada tahun 2017 dengan kapasitas 20.000 tempat duduk.
"Lalu kami ambil pemain yang menjadi andalan Timnas Amerika Serikat. Kemudian ada kesempatan pindah dan membangun stadion sendiri," jelas Erick.
Advertisement
Alasan Menjual Klub
Setelah semakin mapan dan memiliki stadion, Erick mulai berani memboyong bintang. Wayne Rooney diboyong DC pada tahun 2018.
Setelah sukses memperbaiki DC United, membangun stadion dan mendatangkan Wayne Rooney, Erick Thohir memutuskan untuk menjual klub tersebut.
"Akhirnya bangun stadion, Alhamdulillah jadi. Itulah momen kita mengambil risiko pemain bintang, yakni Wayne Rooney. Ada tawaran, saat itu ya kami jual," tandasnya.