Bola.com, Jakarta - Tidak pernah ada yang tahu bagaimana seorang pesepak bola menjalani kariernya. Meski sempat bergabung bersama klub besar Eropa, siapa yang menyangka pengujung kariernya harus datang ke negeri yang level sepak bolanya tak terlalu terdengar di dunia.
Setiap pesepak bola top dunia, terutama yang mendapatkan kesempatan berkarier di klub besar Eropa, tentu berharap bisa mengakhiri kariernya di klub yang berada di liga terbaik di dunia.
Advertisement
Namun, karier yang hebat juga kadang berakhir dengan berlaga di tempat yang kurang terkenal, terutama ketika mereka memasuki masa-masa senja dalam kariernya.
Sebagai contoh, banyak pesepak bola lahir dan berkembang di Eredivisie Belanda yang memang terkenal menghasilkan pesepak bola top, dan kemudian mereka memilih Major League Soccer (MLS) yang berkantong tebal di Amerika Serikat sebagai tempat untuk pensiun.
Seperti dilansir Daily Star Sports, berikut sejumlah pesepak bola top dunia yang harus merasakan karier di negeri antah berantah dalam perjalanan kariernya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rivaldo (Uzbekistan dan Angola)
Rivaldo adalah legenda Timnas Brasil dan Barcelona. Kariernya di Catalan memang menjadi yang paling dikenang, di mana ia mampu memperlihatkan permainan indah.
Alih-alih terus berada di Eropa, Rivaldo kemudian pindah ke Uzbekistan, bergabung bersama Bunyodkor. Demi kontrak senilai 8 juta pound selama dua pekan, Rivaldo jelas sangat diuntungkan.
Tidak sampai di situ saja. Ketika Rivaldo kemudian tidak mendapatkan gajinya pada tahun kedua, mantan pemenang Ballon d'Or itu kemudian hijrah ke Angola dan gabung bersama Kabuscorp pada 2012.
Ia benar-benar harus belajar dari pengalaman yang didapatkannya, di mana ia pun kemudian meninggalkan Afrika. Rivaldo kemudian gantung sepatu pada 2015.
Advertisement
Nicky Butt (Hong Kong)
Bagaimana Nicky Butt bisa sampai di Hong Kong masih menjadi misteri. Ia mungkin salah penerbangan di Heartrow, bandara di London.
Sang gelandang akhirnya pensiun enam bulan lebih cepat ketika memutuskan untuk pergi ke belahan Timur pada November 2011.
"Saya tidak akan berbohong. Saya belum mempelajari Liga China atau Hong Kong. Ini semua baru bagi saya," ujar Butt.
Tawaran besar ke Chinese Super League pun mengantar Nicky Butt sempat bergabung bersama South China. Itu adalah debut yang patut diingat, setidaknya untuk Butt sendiri, di mana ia mencetak gol dari tendangan bebas tapi kemudian gagal ketika mengeksekusi penalti.
Mantan pemain MU dan Newcastle United itu mendapatkan kartu merah dalam kekalahan 0-2 dari rival timnya, Kitchee, yang kemudian menjuarai liga dengan selisih satu poin saja.
Namun, Butt akhirnya membantu timnya meraih kemenangan di Piala Liga Hong Kong, mencetak gol lagi dari tendangan bebas dalam pertandingan final.
Alessandro Del Piero (India)
Seperti halnya di China, India Super League adalah kompetisi yang menawarkan begitu banyak uang pada pertengahan 2010-an. Satu di antara pemain yang tergiur adalah Alessandro Del Piero.
Delhi Dynamos membayar dana yang cukup besar untuk mendapatkan legenda Juventus itu. Namun, investasi mereka tidak membuahkan hasil.
Del Piero hanya 10 kali tampil ketika timnya finis di urutan kelima, satu tempat dan satu poin dari play-off. Tidak mengherankan kalau striker asal Italia itu tidak menyesali kepindahannya.
"Saya sudah ke India beberapa kali untuk alasan yang berbeda setelah masa-masa saya bermain di ISL," ujar Del Piero.
"Saya mengikuti apa yang terjadi di liga. Saya bersenang-senang di sana, waktu yang singkat, hanya tiga bulan. Namun, senang karena liga sudah berkembang, sekarang enam bulan. Saya cukup senang melihat segalanya bergerak," ujar Del Piero.
Advertisement
Pep Guardiola (Qatar dan Meksiko)
Manajer Manchester City, Pep Guardiola, adalah seorang pelatih yang luar biasa dan terkadang dilupakan bahwa dia sebenarnya adalah pesepak bola top ketika masih aktif bermain, baik bersama Barcelona maupun Timnas Spanyol pada era 1990-an.
Dia masih punya beberapa tahun ketika meninggalkan Camp Nou pada usia 30 tahun, menghabiskan waktu bersama Brescia dan AS Roma di Serie A. Ketika waktu terus berjalan, dia pergi ke Qatar dan bergabung bersama Al-Ahli.
Mungkin yang lebih menarik adalah keputusannya untuk menolak klub-klub seperti Manchester City, Manchester United, dan Chelsea, demi pindah ke Meksiko.
Guardiola melakukan perjalanan keliling dunia meski cedera membuatnya hanya bermain 10 kali di Meksiko sebelum mengakhiri karier bermainnya.
Gennaro Gattuso (Swiss)
Sepanjang kariernya, Gennaro Gattuso mendapatkan label pemain brutal yang sukses mendominasi di lini tengah AC Milan dan Timnas Italia. Namun, semesta membuatnya berakhir di tempat yang damai seperti Swiss.
Setelah meninggalkan San Siro pada musim panas 2012 dan bergabung bersama klub Swiss, Sion, mantan klubnya, Rangers, tertarik membawanya kembali, tapi tidak memiliki dana.
Pilihan liganya sangat tidak biasa, tapi terbayarkan ketika ia menjadi manajer mereka pada Februari 2013. Meski hanya bertahan hingga akhir musim sampai dipecat, Gattuso berhasil dalam jangka panjang.
Gattuso sejak saat itu mengambil alih posisi pelatih di AC Milan dan Napoli di Italia. Saat ini ia menjadi pelatih klub La Liga, Valencia.
Sumber: Daily Star
Advertisement