Bola.com, Jakarta - PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek) telah bertransformasi dari perusahaan penyedia layanan komputer pribadi, menjadi kelompok perusahaan modern dan terintegrasi yang kini memiliki empat pilar bisnis, yakni layanan kesehatan, media, teknologi, dan layanan keuangan.
Menurut CEO Emtek Alvin Sariaatmadja, saat menjadi salah satu pembicara dalam APOS Summit di Singapura, Kamis (29/9/2022), Vidio kini menjadi fokus bisnis.
Baca Juga
Advertisement
Vidio merupakan platform OTT (over the top) atau layanan media berbayar lokal terbesar di Indonesia yang dimiliki Grup Emtek. Saat ini, ungkap Alvin, dirinya akan memfokuskan investasi, waktu dan tenaga untuk terus mengembangkan Vidio.
"Kami mendapatkan kesempatan untuk memiliki dan membangun sebuah platform (Vidio) dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Jadi saya mengerahkan segala upaya untuk meraihnya," kata Alvin dinukil dari Liputan6.com.
Alumni Universitas New South Wales itu memiliki visi untuk membuat jangkauan Vidio lebih luas, dengan menjadikannya penyedia konten untuk pemain global. "Tentu saja, dalam kerangka waktu itu kami akan mengejarnya, kami akan fokus," kata Alvin.
Alvin mengatakan dirinya sangat beruntung memiliki tim yang diyakini mampu mewujudkan target tersebut. "Kami memiliki tim luar biasa yang bisa mengeksekusinya dan menciptakan sinergi antara semua unit bisnis yang berbeda. Kami akan fokus dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya," ungkapnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Peluang Besar Vidio
Pada kesempatan tersebut, Alvin juga ditanya mengenai bisnis Emtek lainnya, yakni televisi. Ia mengaku terkejut karena industri TV ternyata masih terus berkembang melampaui perkiraannya, jauh dari kata tamat.
"Saya pikir mungkin karena fakta bahwa ini adalah layanan tak berbayar. Itu bertahan lebih lama dan akan lebih lama lagi dari yang kita perkirakan," katanya.
Alvin mengaku, awalnya ia telah mempersiapkan diri untuk merelakan bisnis televisi untuk mengembangkan Vidio atau layanan direct-to-consumer (DTC).
Tapi ternyata, televisi saat ini masih sangat penting bagi pengiklan untuk menjangkau khalayak atau massa yang banyak. Saat ini, Alvin mengaku pihaknya terus berupaya untuk memahami dan mempelajari perkembangan bisnis televisi dari pasar atau market yang lain.
"Namun, suka cita dan ketertarikan, setidaknya untuk saya pribadi, adalah untuk melihat Vidio terus bertumbuh ke tingkatan yang lebih tinggi," tambah dia.
Vidio, ungkap Alvin, kini telah berhasil menarik empat juta subscriber berbayar. Ia menargetkan bisa bertambah menjadi 10 hingga 20 juta pelanggan. Angka tersebut jauh lebih besar dari pelanggan televisi berbayar di Indonesia, yang puncaknya mencapai 4 juta.
Menurutnya, DTC memberi peluang untuk mendapat lebih banyak pelanggan dan pada tingkat yang jauh lebih efisien daripada televisi berbayar (PTV).
Advertisement
Gandeng Kreator Konten Lokal
Alvin kemudian menyatakan bahwa dirinya berupaya untuk menggaet kreator konten lokal yang relevan. "Kemampuan produksi konten lokal cukup terbatas, jika kita dapat menggaet dan bermitra dengan pembuat konten lokal, maka ibaratnya semua sudah di tangan," ujar dia.
Tahun ini, ucap Alvin, Vidio memproduksi sekitar 40 serial original. Ia pun berharap jumlah itu akan tumbuh menjadi sekitar 50.
"Jadi kami sangat serius dalam memastikan bahwa kami memiliki penawaran konten lokal yang eksklusif dan relevan dengan masyarakat selain konten olahraga -- yang jelas sangat efektif dalam jangka pendek namun menciptakan ketergantungan dan harganya akan terus naik. Jadi, kami harus menggunakan konten-konten olahraga dengan cara yang tepat, sembari dalam waktu yang bersamaan membangun konten-konten lokal yang menarik penonton."
Alvin melihat live event menjadi sumber pemasukan yang potensial untuk Vidio. Seperti halnya live concert yang saat ini telah dilakukan. Juga gamifikasi yang tidak sekedar game tapi lebih dari itu, seperti menggabungkan Fantasy League dan sport yang bisa meningkatkan engagement. "Kami secara aktif terus melakukan eksplorasi," tambah dia.