Bola.com, Jakarta - Bintang Manchester United, Cristiano Ronaldo, yang sudah berusia 37 tahun masih terus berjuang menampilkan permainan terbaiknya. Ronaldo tidak ingin kalah dibandingkan pemain lainnya, bahkan yang usianya jauh di bawahnya.
Ronaldo memang memiliki bakat yang luar biasa, didukung dengan kerja kerasnya. Daya juang dan kerja keras ini yang membuat Ronaldo tetap tampil sebagai pemain papan atas meski usianya tidak muda lagi.
Baca Juga
Advertisement
Karier Cristiano Ronaldo ini bisa menjadi contoh bagi para pemain muda. Jika hanya mengandalkan bakat tanpa kerja keras dan cepat puas dengan pencapaiannya, pemain akan menuju ke ambang akhir kariernya. Ini pernah dirasakan sejumlah pemain sepak bola asal Eropa.
Berikut enam pemain berbakat yang gagal memanfaatkan potensinya. Kemampuan mereka akhirnya meredup hingga pengujung karir.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Ricardo Quaresma
Saat Cristiano Ronaldo muda merintis karier di Manchester United, ada pemain Portugal lain yang sangat berbakat. Pria bernama Ricardo Quaresma membuat lompatan karier dari Sporting Lisbon ke Barcelona.
Quaresma merupakan pemain lengkap dengan berbagai keterampilan yang mempesona. Sayangnya dia tidak bisa mengendalikan emosi dan bertengkar dengan pelatih Barcelona, Frank Rijkaard, hingga akhirnya terbuang ke FC Porto.
Sikap egois dan emosional akhirnya membuat dia sering berpindah klub. Saat di Inter Milan, Quaresma juga sempat menjadi pemain terburuk di Liga Italia Serie A 2008.
Advertisement
2. Antonio Cassano
Jika ada pemain sepak bola Italia yang permainannya menakjubkan salah satunya adalah Antonio Cassano. Namun, dia juga sangat tempramental yang mulai menghancurkan kariernya.
Saat pindah dari Bari ke AS Roma, Cassano bertengkar dengan Francesco Totti dan sang pelatih Fabio Capello. Meski demikian, bakatnya tetap membuat sejumlah klub besar seperto Real Madrid terpikat.
Sayangnya, dia lebih sering beraktivitas dengan dunia malam daripada sepak bola. Pada Juli 2017, dia bergabung dengan Hellas Verona tetapi memutuskan pensiun beberapa hari kemudian.
3. Royston Drenthe
Karier Royston Drenthe jadi peringatan bagi setiap pemain muda Belanda agar selalu tetap rendah hati saat memiliki karier cemerlang. Setelah menjadi pemain muda berbakat di Feyenoord, dia pindah ke Real Madrid.
Namun, penampilan pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut menurun hingga pindah ke Everton dan kini ke Abu Dhabi Baniyas. Di Madrid, pemain yang digadang-gadang sebagai penerus Roberto Carlos itu idak kuat dengan nama besar yang disandangnya.
Advertisement
4. Adrian Mutu
Pencinta sepak bola Italia tidak asing dengan nama Adrian Mutu, serta tidak kaget saat Chelsea membayar mahal demi memboyongnya dari Parma. Striker Rumania itu memang memiliki bakat istimewa dan namanya bersanding dengan legenda negara tersebut, Gheorghe Hagi.
Namun, awal yang menjanjikan untuk kariernya di Chelsea hancur berkeping-keping ketika Mutu diskors oleh klub karena penggunaan kokain. Meski sempat kembali ke Italia bersama Fiorentia, Mutu harus menjalani larangan bermain setahun karena gagal tes doping.
Kariernya kemudian menukik tajam hingga pindah ke sejumlah tim kecil. Mutu akhirnya memutuskan pensiun pada 2016 setelah menjadi pemain di klub Rumania.
5. Adam Johnson
Adam Johnson jadi pembicaraan saat meninggalkan Middlesbrough dan pindah ke Manchester City pada 2010. Dia merupakan anak muda cerdas dalam sepak bola Inggris dan juga pernah memperkuat Timnas Inggris hingga 12 caps.
Kabarnya, pemain sayap tersebut ebih memilih gaya hidup glamour yang membuat kariernya menurun. Dia bahkan sempat masuk penjara karena kasus penganiayaan dan membuat kariernya hancur.
Advertisement
6. Mario Balotelli
Balotelli adalah fenomena dari sepak bola Itali. Dia seperti pemain yang sulit ditandingi. Ini yang membuat sang pemain pernah merasakan memperkuat sejumlah klub besar seperti Inter Milan, Manchester City hingga Liverpool.
Akan tetapi, sifatnya yang tidak baik, tempramental, dan tidak mau diatur mulai menghancurkan kariernya. Bahkan Balotelli harus memasukan janji untuk berprilaku baik dalam klausul kontraknya ketika banyak klub tidak menginginkannya.
Sumber: Sportkeeda