Bola.com, Jakarta - Juventus dan Gianluigi Buffon sepakat mengakhiri kerja sama pada 2018, di mana kiper legendaris Italia itu mengukuhkan diri sebagai satu di antara kiper terhebat sepanjang masa selama 17 tahun bersama Bianconeri.
Namun, saat banyak yang memperkirakan Buffon akan segera gantung sepatu dan sarung tangan, ternyata kiper Italia itu justru mengejar kejayaan lagi dengan bergabung bersama Paris Saint-Germain (PSG).
Baca Juga
Advertisement
Namun, keberadaan Buffon bersama Les Parisiens hanya selama satu tahun. Ia memutuskan untuk menghidupkan kembali cintanya dengan Bianconeri pada 2019.
Setelah kembali ke Juventus, Buffon menjadi cadangan untuk Wojciech Szczesny selama dua tahun dan akhirnya kembali ke Parma pada 2021.
Buffon merupakan pemain paling ikonik dalam sejarah sepak bola Italia dan Juventus. Kali pertama Buffon bergabung dengan Bianconeri adalah pada 2001, di mana ia direkrut dari Parma.
Buffon menjadi pemain kedua dengan penampilan terbanyak di Juventus dengan 685 pertandingan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gabung Juventus Jadi Kesalahan Terbesar
Buffon menganggap keputusannya kembali ke Juventus sebagai kesalahan terbesar dalam. Dia dan keluarganya sudah menikmati kehidupan di Paris.
"Bersama PSG, saya mendapatkan pengalaman terbaik dalam hidup saya dan pergi adalah kesalahan terbesar dalam karier saya," ujar pemain berusia 45 tahun itu kepada Bobo TV via Calciomercato.
"Anak-anak saya masih bertanya kepada saya, mengapa kami meninggalkan Paris. Saya merasa seperti orang bebas di sana. Saya pergi ke museum, berbicara bahasa Prancis... dan saya pikir saya tidak akan pernah melihat kualitas yang sama lagi," lanjut sang kiper.
Advertisement
Penyesalan Terbesar: Melawan MU Saat Membela PSG
Kemudian, Buffon juga menceritakan alasan mengapa dirinya memutuskan cabut dari Parc des Princes. Ia tak mau menjadi pilihan kedua di skuad PSG saat itu.
"Saya menyerahkan 10 juta euro. Mereka ingin memainkan Alphonse Areola dan saya tidak bisa menerimanya. Menjadi kiper pilihan kedua adalah sesuatu yang hanya bisa saya terima di Juventus. Itulah yang saya lakukan, tetapi itu juga sulit," ungkapnya.
PSG tersingkir dari babak 16 besar Liga Champions di tangan Manchester United pada 2019 setelah kesalahan Buffon pada leg kedua di Paris. Ia juga mengungkapkan pertandingan tersebut merupakan partai terburuknya bersama Les Parisiens.
"Pertandingan melawan Manchester United di Liga Champions tetap menjadi penyesalan terbesar dalam hidup saya," tegasnya.
Maurizio Sarri Jadi Tumbal
Ketika kembali ke Juventus pada 2019-20, Buffon mendapati Maurizio Sarri sebagai pelatih.
Juru taktik asal Tuscan itu memenangkan gelar, tetapi tidak memiliki hubungan yang baik dengan banyak orang di klub dan di dalam ruang ganti, sehingga ia dipecat setelah hanya satu tahun di klub.
"Sayangnya, terkadang Anda harus mempertahankan pilihan tertentu dan membuat musuh untuk diri Anda sendiri. Saya pikir pelatih hampir segera pergi tergantung pada hasilnya," ujarnya.
"Kami masih berbicara satu sama lain, saya memiliki kenangan indah dengannya. Saya mencoba untuk membantunya. Ada yang tidak berhasil, namun itu bisa saja berhasil," tambahnya.
Sumber:Â Bobo TV via Calciomercato
Disadur dari: Bola.net (Yoga Radyan, published 21/3/2023)
Advertisement