Bola.com, Jakarta - Penggemar Inter Milan mungkin pernah mengetahui kualitas maksimal Ronaldo Luis Nazario de Lima. Serangkaian cedera lutut yang mengancam karier tidak hanya membatasi pengaruhnya di San Siro, tetapi juga memaksa pemain Brasil itu untuk menyesuaikan permainannya.
Namun, untuk satu musim debut yang brilian, pemain berjulukan Il Fenomeno tersebut memukau Serie A dengan perpaduan kecepatan, kekuatan, dan keterampilan yang luar biasa. Puncak dari musim itu tentu saja laga final Piala UEFA 1998 melawan Lazio.
Baca Juga
Advertisement
Inter Milan melakukan perjalanan ke Parc de Princes di Paris pada awal Mei untuk merenungkan hal yang tidak terpikirkan jelang final Piala UEFA 1998. Setahun sebelumnya, Inter memecahkan rekor dunia saat merekrut Ronaldo dari Barcelona dengan harga 19,5 juta pounds.
Namun, rekrutan besar tersebut tidak serta merta membuat Inter Milan berkuasa di Italia. Nerazzurri tersingkir dari Coppa Italia menyusul kekalahan telak 0-5 dari rival beratnya AC Milan.
Perjuangan Inter Milan pada perebutan gelar scudetto Serie A juga tersendat di babak terakhir setelah kekalahan 0-1 dari Juventus dan hasil imbang kandang dengan klub kecil, Piacenza. Lalu bagaimana Ronaldo yang berstatus sebagai pemain termahal dunia mengubah itu?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Harapan Besar
Setelah gagal di Coppa Italia dan Serie A, Inter Milan hanya menyisakan perburuan gelar Piala UEFA di musim 1997/1998. Jika kalah di final Piala UEFA manajer Luigi Simoni menghadapi kenyataan musim tanpa trofi bagi timnya.
Prospek Nerazzurri melaju ke final juga tidak bagus. Pada musim sebelumnya, Inter kalah di final Piala UEFA melalui babak adu penalti dari klub Jerman, Schalke.
Sementara lawannya di final Piala UEFA 1997/1998 adalah sesama tim Italia yang dibesut manajer andal, Sven Goran Eriksson. Saat itu, Lazio berisi pemain yang tengah bersinar seperti Alessandro Nesta, Pavel Nedved, dan Roberto Mancini.
Lazio juga baru saja menjuarai Coppa Italia dan memiliki rekor bagus di Serie A dengan melumat Inter 3-0 di Olimpico.
Advertisement
Penebusan Ronaldo
Inter Milan sangat berharap banyak kepada Ronaldo di final Piala UEFA karena pemain asal Brasil ini mampu mencetak 25 gol di Serie A dan 34 gol di semua kompetisi bagi Nerazzurri.
Sayangnya Ronaldo gagal membawa Inter juara Serie A setelah kekalahan kontroversial melawan Juventus yang membuat beberapa politikus ikut berkomentar.
Ronaldo berusaha menebus kesalahannya itu di final Piala UEFA. Dia berada di lini depan dalam formasi 4-3-3 yang disukai Simoni, bersama Zamorano serta Youri Djorkaeff yang bertugas sebagai trequartista tepat di belakang dua pemain depan.
Itu berarti pemain Brasil itu akan berhadapan dengan Alessandro Nesta muda, yang saat itu berada di puncak permainannya bersama Lazio. Nesta adalah harapan sekaligus ketenangan bagi Lazio karena kelugasannya sebagai seorang bek.
Ronaldo Vs Nesta
Benar saja pertarungan Inter Milan melawan Lazio serupa duel sengit antara Ronaldo kontra Nesta yang dimulai sejak menit pertama. Wasit memutuskan memberikan pelanggaran kepada Inter Milan saat Nesta menarik kaus Ronaldo.
Beberapa menit kemudian, pertarungan antara kedua pemain kembali terjadi dan Ronaldo yang jadi pemenangnya. Ia mampu melewati bahkan membuat Nesta terjatuh.
Eriksson sepertinya memang memberi tugas kepada Nesta untuk selalu mengikuti Ronaldo pergi.
Namun, taktik itu ternyata menjadi bumerang bagi Lazio lantaran terlalu fokus kepada Ronaldo. Padahal Inter Milan tidak hanya Ronaldo seorang, karena mereka masih memiliki sejumlah pemain berbahaya seperti Zamorano, Djorkaeff hingga Diego Simeone.
Advertisement
Kecerdikan Ronaldo
Fokus Lazio yang hanya tertuju kepada Ronaldo terbukti menjadi malapetaka bagi mereka. Pemain Inter yang lain mampu mencetak gol seperti Ivan Zamorano di menit kelima dan Javier Zanetti menit ke-60.
Berusaha mengejar ketertinggalannya, Lazio terus menekan untuk mencetak gol dan malapetaka justru menimpa mereka. Pada menit ke-70, Ronaldo yang lolos jebakan offside menerima umpan brilian dari pemain pengganti Francesco Moriero.
Ronaldo berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang Lazio Marchegiani dan itu adalah posisi favorit sang striker untuk mengelabuhi kiper sebelum mencetak gol. Inter Milan akhirnya juara Piala UEFA.
Ronaldo akhirnya mempersembahkan gelar bagi La Beneamata.
"Kami bermain sangat baik dan pantas meraih kemenangan. Kami tidak membuat kesalahan dari menit pertama hingga terakhir. Saya senang karena ini adalah trofi pertama saya bersama Inter," ujarnya.
"Sangat menyenangkan bisa menang di Paris. Saya akan kembali ke sini bersama Timnas Brasil dan memberikan segalanya untuk menjuarai Piala Dunia juga," imbuh Ronaldo.
Sayangnya, Ronaldo tidak mempersembahkan Scudetto untuk Inter selama kariernya di Giuseppe Meazza dan trofi Piala UEFA jadi satu-satunya bagi sang pemain di klub.
Paris juga akan memiliki arti yang berbeda bagi Ronaldo. Setelah laga terbesarnya untuk Inter, Paris menjadi tempat terburuknya kala memperkuat Brasil di final Piala Dunia 1998.
Sumber: Planet Football