Bola.com, Jakarta - Final Liga Champions seringkali menyisakan drama terbaik. Laga antara Man City vs Inter Milan pada Minggu (11/6/2023) juga sangat mungkin menyajikan sajian penuh cerita.
Sejak format Liga Champions diperbarui pada 1992/1993, kini total sudah ada 30 final yang tak sedikit meninggalkan memori abadi. Pertandingan Man City vs Inter Milan bakal jadi yang ke-31.
Baca Juga
Kiper AC Milan Mike Maignan Santai Hadapi Tantangan Real Madrid dan Kylian Mbappe di Liga Champions: Saya Kiper Terbaik Dunia Nomor 5
Meski Jadi Rival, Bernardo Silva Ikut Senang Ruben Amorim Latih MU
4 Fakta Menarik Jelang Sporting CP Vs Man City di Liga Champions: Pemanasan Ruben Amorim Sebelum Tangani MU
Advertisement
Bagi Man City, jika berhasil memenangi final nanti, itu akan jadi kali pertama The Citizens meraih trofi Liga Champions. Sejarah lain juga tercipta karena anak asuh Pep Guardiola tersebut akan merengkuh treble winner.
Sementara buat Inter Milan, trofi Liga Champions akan jadi kado terbaik dari pelatih Simone Inzaghi. Sebab, ia selalu dalam tekanan menyusul inkonsistennya penampilan mereka di pentas domestik, yakni Liga Italia.
Terlepas dari siapa yang akan juara, seperti sudah diutarakan di atas, final Liga Champions nanti bakal sangat mungkin menyisakan drama. Akankah memori Istanbul dan Camp Nou bisa terulang?
Berikut ini Bola.com merangkum lima final Liga Champions paling dramatis.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
MU Vs Bayern Munchen (1999)
Bak bab terbaik dalam kisah treble winner MU, kemenangan atas Bayern Munchen di Camp Nou adalah satu di antara final Liga Champions terbaik yang pernah ada.
Alex Ferguson bukanlah orang yang terlalu menunjukkan emosi, tetapi tingkahnya mendadak seperti anak kecil setelah timnya mencetak dua gol dalam waktu tambahan untuk membalikkan defisit 0-1 di Barcelona.
Dua pemain pengganti, Teddy Sherringham dan Ole Gunnar Solskjaer menjadi pahlawan MU berkat dua golnya pada menit-menit akhir.
"Saya belum mengatakan apa pun kepada para pemain saya," katanya kepada wartawan setelah pertandingan yang berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan MU itu.
"Saya baru saja memeluk dan mencium mereka. Liur saya membasahi sekujur tubuh mereka."
Â
Advertisement
Liverpool Vs AC Milan (2005)
Berikutnya ada pertandingan final Liga Champions bertajuk Miracle of Istanbul atau Mukjizat Istanbul. Istilah itu tidak berlebihan jika melihat bagaimana Liverpool bisa bangkit dari kekalahan 0-3.
"Tidak ada perayaan liar setelah itu," kenang gelandang Liverpool Dietmar Hamann setelah Miracle of Istanbul.
Dalam laga final Liga Champions tersebut, AC Milan sempat unggul 3-0 pada babak pertama berkat gol Paolo Maldini dan brace Hernan Crespo.
Namun, Liverpool mampu bangkit dan membalikkan situasi. Tiga gol The Reds dicetak Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso membuat kedudukan menjadi 3-3.
Setelah itu pertandingan harus berlanjut dengan extra time, di mana tak satu pun tim berhasil mendapatkan angka penentu kemenangan. Liverpool pun pada akhirnya berhasil menang dan menjadi juara lewat adu penalti.
Â
Chelsea Vs Bayern Munchen (2012)
Gol Thomas Muller tujuh menit dari waktu normal tampaknya bakal memenangkan Bayern Munchen atas Chelsea, tetapi Didier Drogba membalasnya. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak tambahan.
Memasuki babak tambahan, Petr Cech menyelamatkan penalti Arjen Robben. Cech dan Drogba kemudian menjadi pahlawan kemenangan pada babak adu penalti.
"Itu adalah takdir," kata Drogba. "Saya sangat percaya pada takdir. Itu sudah lama ditulis tapi kami tidak tahu."
Advertisement