Sukses


6 Transfer Pemain yang Berujung Malapetaka: Malah Jadi Beban Klub Baru

Bola.com, Jakarta - Klub-klub Eropa masih sibuk bermanuver di bursa transfer pemain Januari 2024. Mereka sedang memperkuat skuad untuk merampungkan kompetisi musim ini, supaya bisa lebih kompetitif dan menjaga kans juara atau finis terbaik. 

Dalam sejarah liga top Eropa, klub-klub raksasa rela menggelontorkan dana besar demi mendapatkan pemain incarannya. Setelah berhasil mendatangkan sang pemain, ada klub yang puas dengan permainan pemain baru itu.

Namun tidak sedikit klub yang kecewa lantaran setelah mengeluarkan uang yang banyak, pemain tersebut gagal tampil cemerlang. Sang pemain membuat kecewa klub hingga para suporter.

Berikut enam transfer pemain yang berujung malapetaka. Yuk, kita simak bersama. 

--- 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 7 halaman

1. Winston Bogarde (Barcelona ke Chelsea, 2000)

Setelah bermain untuk Ajax, Milan, dan Barcelona, serta membukukan 20 caps di Timnas Belanda, Bogarde jadi pemain gratisan saat pindah ke Chelsea. Para pengamat seperti melihat Chelsea sangat diuntungkan meski harus membayar gaji Bogarde 40.000 pounds per pekan.

Namun, saat Gianluca Vialli yang mendatangkannya dipecat Chelsea, karier Bogarde hancur karena manager selanjutnya tidak menyukai gaya permainannya. Sang bek hanya bermain dalam sembilan laga dan akhirnya lebih banyak dipinjamkan selama empat tahun kontraknya di Stamford Bridge.

 

3 dari 7 halaman

2. Mark Bosnich (Manchester United ke Chelsea, 2001)

Meski Sir Alex Ferguson mencapnya sebagai profesional yang buruk, Bosnich direkrut kembali oleh Manchester United pada 1999, delapan musim setelah dia meninggalkan Setan Merah ke Aston Villa. Kehadiran Fabien Barthez membuat kiper asal Australia itu akhirnya pergi ke Chelsea pada 2001.

Kontrak selama 18 bulan itu ternyata menjadi malapetaka lagi bagi The Blues lantaran kiper berusia 30 tahun tersebut gagal tes narkoba pada 2002 dan membuatnya dipecat.

Bosnich sempat membela diri dengan alasan minumannya telah dibubuhi kokain oleh seseorang yang dikenal di klub malam London.

 

4 dari 7 halaman

3. Arnau Riera (Barcelona ke Sunderland, 2006)

Sangat jarang Sunderland merekrut pemain langsung dari Barcelona. Jadi sangat bisa dimengerti jika penggemar Black Cats merayakan dengan gembira kedatangan Riera yang merupakan kapten Lionel Messi di tim B Catalan.

Ketika Messi kemudian menjadi bintang di level senior, Riera justru kariernya meredup. Sang gelandang hanya dua kali bermain bagi Sunderland dan dipinjamkan ke sejumlah klub kecil lantaran permainannya tidak memenuhi syarat.

 

5 dari 7 halaman

4. Ian Rush (Liverpool ke Leeds, 1996)

Setelah musim keduanya di Liverpool berakhir pada musim panas 1996, Rush hengkang ke Leeds yang baru saja finis di urutan ke-13 Premier League. Pemain Wales, yang saat itu berusia 34 tahun, tersebut sama sekali tidak seproduktif pada masa jayanya.

Suporter Leeds masih yakin bahwa nalurinya yang mematikan tetap utuh. Sayangnya mereka salah karena Rush hanya mencetak tiga gol dalam 43 penampilan sebelum pindah ke Newcastle di akhir musim.

 

6 dari 7 halaman

5. Joe Cole (Chelsea ke Liverpool, 2010)

Steven Gerrard meyakinkan manajemen Liverpool untuk merkerut rekannya di Timnas Inggris, Joe Cole dari Chelsea. The Reds menyodorkan tawaran kontrak empat tahun dengan gaji 90 ribu pounds per minggu.

Sayangnya meski mendapat pujian dari Gerrard, Cole gagal bersinar di Anfield. Dia dikeluarkan di laga debut dan hanya mencatat sembilan penampilan di Premier League 2010/2011, kemudian dipinjamkan ke Lille setelah pulih dari cedera.

 

7 dari 7 halaman

6. Jose Bosingwa (Chelsea ke QPR, 2012)

Transfer gratisan yang benar-benar membawa malapetaka. Bosingwa pindah ke Stadion Loftus Road dengan meriah pada Agustus 2012, setelah membantu Chelsea menjuarai Liga Champions, tiga bulan sebelumnya.

Meski memiliki Bosingwa, QPR justru berada di zona degradasi hingga sang pemain berulah. Bosingwa didenda saat menolak dicadangkan ketika melawan Fulham hingga membuat marah suporter lantaran tertawa saat klubya hanya bermain imbang tanpa gol melawan Reading.

Sumber: Four Four Two

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer