Sukses


Cerpen Ronaldo Libas 5 Bomber Tajam Brasil : Enggak Ada Ampun untuk Striker Bayern Munchen dan Barcelona

Bola.com, Jakarta - Di luar Brasil, mungkin sudah banyak yang melupakan Ronaldo Luís Nazario de Lima. Tapi, bagi fans sejati Selecao, Ronaldo abadi di hati, bersemayam di sana sampai mati.

Ronaldo sosok istimewa di eranya. Tak cuma di tim nasional, tapi juga klub-klub yang pernah dibelanya seperti Barcelona, Inter Milan, Real Madrid, dan PSV.

Ia mengoleksi beragam trofi dan sudah ratusan gol yang ia lesakkan ke gawang lawan sepanjang kariernya, dari 1993 hingga 2011. Tak heran, Ronaldo dijuluki "Sang Fenomena".

Uniknya, ia juga punya julukan lain yang tergolong 'imut', yakni Si Gigi Kelinci. Beragam panggilan itu menjadi perpaduan antara kecepatan, mengolah bola, tipuan, dan penyelesaikan akhir yang sangat cemerlang.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 7 halaman

Talenta Luar Biasa

Setelah kemenangan Brasil di Piala Dunia 1994, Selecao memiliki talenta menyerang yang tak tertandingi, namun tidak ada yang bersinar sekinclong Ronaldo. Piala Dunia 2002 merupakan panggung teristimewa bagi Ronaldo.

Bersama Ronaldo, Brasil menjadi yang terhebat di pentas tarakbar empat tahunan besutan FIFA. Sejak saat itu, legenda yang kini berusia 47 tahun itu disejajarkan dengan superstar sepanjang masa Brasil, Pele.

Sebenarnya, Brasil punya segudang tombak selain Ronaldo. Tapi, entah mengapa, takdir seolah-olah membuat mereka berada di bawah bayang-bayang Si Gigi Kelinci.

Berikut lima di antaranya:

 

3 dari 7 halaman

Giovane Elber

Dalam 10 musim, tiga musim bersama Stuttgart dan tujuh musim di Bayern Munchen, Giovane Elber mengukir reputasi. Ia masuk golongan penembak jitu terhebat di Bundesliga.

Elber adalah tipe striker yang berbeda dengan Ronaldo. Ia seorang penyerang yang sama-sama mahir dalam menghubungkan permainan dan menyelesaikan peluang. Perpaduan antara bakat Brasil dan etos kerja Jerman.

AC Milan membawa Elber ke Eropa. Ia meninggalkan Setan Merah tanpa bermain untuk tim utama. Lalu, ia menikmati masa produktif bersama Grasshopper Zurich dan Stuttgart.

Periode terbaiknya terjadi di Bayern Munchen. Ia berkontribusi pada periode kesuksesan yang mencakup empat gelar Bundesliga, tiga Piala Jerman, dan Liga Champions.

Pencetak gol terbanyak klub dalam enam dari tujuh musimnya di Bayern, 133 gol Elber dalam 260 penampilan. Statistik itu menjadikannya pencetak gol asing terbanyak sepanjang masa Bundesliga, sampai Claudio Pizarro mengambil mahkotanya.

Namun selama ini, Elber tetap berada di pinggir timnas Brasil. Seperti Ronaldo, Elber adalah remaja ajaib, muncul dari Kejuaraan Dunia Junior 1991, di mana ia mencetak empat gol dalam enam pertandingan.

Namun terlepas dari prestasi ini dan performa selanjutnya di Jerman, ia harus menunggu hingga tahun 1998 guna mendapat panggilan senior pertamanya. Kala itu, tim pelatih Brasil lebih memilih pemain Brasil yang berkarier di Italia dan Spanyol.

Elber punya peluang lagi memperkuat Timnas Brasil pada Copa America 2001 di Kolombia. Sayang, ia menolak, dan itu mengakhiri kariernya di level internasional, sekaligus berada di bawah bayang-bayang Ronaldo.

 

4 dari 7 halaman

Mario Jardel

Jardel sempat merajalela di Eropa. Tak heran jika ia menjadi satu di antara striker terkemuka Benua Biru pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Ronaldo-pun membayangi karier Mario Jardel.

Seringkali secara tidak akurat dipandang sebagai pemburu liar, repertoar mencetak gol Jardel bisa dibilang lebih bervariasi daripada Ronaldo. Seorang finisher yang patut dicontoh di dalam kotak penalti, ia sama nyamannya menembak dari jarak jauh, sementara sundulannya bak peluru.

Jardel mulai menjadi raja gol ketika berkostum FC Porto. Ia mencetak 166 gol dalam 169 penampilan dari tahun 1997 hingga 2000. Sayang, Jardel seolah tak pernah berjodoh dengan klub-klub besar dari Italia, Spanyol dan Inggris.

Ia sempat mendekat ke Inter Milan dan Barcelona, namun tak sanggup meniru langkah Ronaldo. Jardel justru terbang ke Galatasaray, dan setahun kemudian Sporting Lisbon.

Jardel mencetak 34 gol untuk Galatasaray selama satu musim tinggal sebelum pindah ke Sporting pada tahun 2001. Ia membawa Sporting meraih gelar liga untuk kali pertama dalam hampir 20 tahun, mencetak 42 gol dalam 30 pertandingan liga.

Seharusnya, komposisi statistik itu sudah cukup melihat Jardel di Piala Dunia 2002. Perbandingannya, Ronaldo hanya berhasil mencetak tujuh gol dalam 16 laga musim itu.

Pada musim panas 2001, Jardel menerima undangan yang ditolak Elber untuk bermain menggantikan Ronaldo di Copa America Kolombia. Ia mengalami masa-masa sulit, gagal mencetak gol saat Brasil tersingkir di perempat final dari Honduras.

Jardel menghilang dari skuad Brasil 2002. Akhirnya, Jardel keluar dari Sporting, dan memulai karier yang nomaden.

 

5 dari 7 halaman

Sonny Anderson

Bagaimana cara mengganti pemain seperti Ronaldo? Bagi Barcelona, jawabannya adalah Sonny Anderson. Setidaknya, begitulah pandangan para penggemar dan pers.

Anderson menghabiskan tiga tahun di Prancis sebelum datang ke Barcelona pada 1997. Enam bulan pertama bersama Marseille, ia menghasilkan 16 gol dalam 20 pertandingan.

Bersama AS Monaco, Sonny mengukir reputasinya dengan mencetak 64 gol dalam 112 pertandingan. Ketika itu, Sonny berkembang bareng Emmanuel Petit, Thierry Henry, dan David Trezeguet. Barcelona harus mengeluarkan 17 juta euro untuk jasanya.

“Ronaldo adalah pemain yang unik dan fans tidak tahu banyak tentang saya karena saya bermain di Prancis," sebut Sonny. Ia mencetak 10 gol pada musim perdana, sekaligus mendapat juara.

Sayang, semua itu tak cukup bagi Sonny untuk keluar dari bayang-bayang Ronaldo. Maklum, pada saat bersamaan, Ronaldo mengoleksi 25 gol bersama Inter Milan.

Meskipun gelar lain menyusul, tidak lama kemudian Anderson kembali ke Prancis, bergabung dengan Lyon.

 

6 dari 7 halaman

Marcio Amoroso

Publik menganggap Amoroso akan menyamai performa Ronaldo. Sayang, semua itu tak sejalan, karena Amoroso hanya sanggup menunjukkan status 'calon' semata.

Setelah tampil mengesankan di Brasil, ia tiba di Italia pada 1997. Amoroso datang dan langsung menjadi bintang di Udinese, ketika berhasil mengoleksi 12 gol. Sayang, ia tak bisa tampil di Piala Dunia 1998.

Setahun kemudian, Amoroso yang sudah fit kembali bangkit dan, yang paling signifikan, mengungguli Ronaldo di Serie A, dengan torehan 22 gol. Pada akhir musim , ia unggul delapan gol dari Ronaldo.

Ia masuk ke skuad Brasil asuhan Vanderlei Luxemburgo untuk Copa America 1999. Amoroso kembali bersinar, mencetak empat gol dalam perjalanannya meraih gelar, termasuk gol pembuka kemenangan Brasil atas Meksiko di semifinal, dengan skor 2-1.

Amoroso menjadi bagian dari dari kuartet penyerang yang terdiri dari Rivaldo, Ronaldinho dan Ronaldo. "Hebat untuk diajak bermain. Dia tidak bisa berbuat salah," puji Ronaldo.

Ia tampil bagus ketika bergabung dengan Borussia Dortmund pada 2001. Berharga 20 juta euro, Amoroso sanggup mengemas 26 gol dalam 46 pertandingan.

Namun menjelang Piala Dunia 2002, pergantian manajer membuat Amoroso tersingkir di bawah asuhan Scolari. Pelatih asal Brazil ini tidak terkesan dengan liga-liga Eropa di luar Italia atau Spanyol.

Hilang dari daftar 23 pemain, karier Amoroso rusak oleh cedera yang mirip dengan Ronaldo. Nama terakhir bisa bangkit, tapi Amoroso gagal.

 

7 dari 7 halaman

Giovanni

Ia sosok pendahulu Neymar di Santos. Namanya Giovanni Silva de Oliveira, dan mendapat julukan “Mesias” di kalangan penggemar klub Brasil itu setelah mencetak 37 gol dalam 36 pertandingan selama dua tahun.

Giovanni menghadapi kekuatan yang lebih tinggi ketika bergabung dengan Barcelona pada 1996. Dikontrak untuk bermain sebagai gelandang serang, dia juga sama efektifnya di depan gawang.

Gio memiliki status berkelas, kreatif, dan teknik penguasaan bola yang mengesankan. Namun, karier gemilangnya lenyap karena keberadaan Ronaldo.

Sumber : Planetfootbal

 

Video Populer

Foto Populer