Bola.com, Jakarta - Formasi dan skema dalam sepak bola bukanlah kitab suci yang harus selalu ditaati. Namun, sejumlah pelatih kelas dunia masih lebih sering menerapkan formasi lawas 4-3-3.
Pep Guardiola, Carlo Ancelotti, dan Jurgen Klopp merupakan tiga pelatih yang melakukannya di skuad yang mereka tukangi kini. Tak hanya itu, beberapa kali Timnas Indonesia juga mengadopsi sistem permainan yang membutuhkan pergerakan cepat kala menekan lawan.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Namun, Xavi Hernandez dan Erik ten Hag lebih memilih lima penyerang di posisi teratas. Dalam beberapa laga, Guardiola juga melakukannya di Manchester City.
Pada beberapa pertandingan terakhir Barcelona, Xavi meminta penyerangnya membentuk lini depan yang terdiri dari lima orang untuk merenggangkan tim lawan. Ronald Araujo dan Andreas Christensen menjadi dua pemain belakang, dengan Frenkie de Jong sebagai poros lini tengah.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bocoran Alus
El Mundo Deportivo membedah, dua pemain lainnya, biasanya Pedri dan Ilkay Gundogan, berposisi sebagai gelandang bertahan. Di lini serang, dua bek sayap Alejandro Balde dan Joao Cancelo terus menekan, melengkapi pemain sayap penyerang Raphinha dan Joao Felix.
Robert Lewandowski beroperasi sebagai striker tunggal, dibantu oleh empat ‘penyerang’ lainnya dalam sistem 2-3-5 yang dimodifikasi dari zona 4-3-3. Aspek yang paling menarik dari bentuk ini adalah di atas kertas tim yang menggunakan formasi tradisional 4-3-3 punya beberapa syarat.
Setidaknya, kedua full-back membuat perbedaan saat mereka ikut melayani penyerang, dan bergabung dalam serangan. Artinya, full-back ini menciptakan lini depan yang terdiri dari lima pemain.
Â
Advertisement
Tak Semua Pakai
Namun, tidak semua tim menggunakan full-back di lini depan. Penekanannya sekarang adalah menemukan pemain di area tengah dengan menciptakan struktur seperti kotak di zona sentral, sehingga menciptakan kelebihan pemain tambahan.
Para bek sayap, yang selama ini hanya puas berada di pinggir lapangan, kini menjadi pemain sayap terbalik, masuk ke dalam dan membentuk lini tengah. Pelatih seperti Ange Postecoglou dari Tottenham dan Roberto de Zerbi dari Brighton & Hove juga menggunakan 4-3-3 secara berbeda dengan menciptakan bentuk kotak ini.
Idenya adalah bertahan dengan lima pemain dan menyerang dengan lima pemain. Selain itu, tim juga memiliki mobilitas beradaptasi dengan situasi pertandingan.
Postecoglou menjelaskan dalam konferensi pers. “Bagian dari diri kita sebagai tim yang efektif dan sulit dihentikan adalah struktur yang kaku terlihat sangat cair," ucapnya.
Â
Telah Berevolusi
Apa yang bisa kita lihat dengan jelas adalah formasi 4-3-3 tidak lagi berfungsi seperti dulu. Sebaliknya, para pelatih harus melakukan penyesuaian taktis dan bentuk agar formasi dapat berfungsi.
Penggunaan formasi tiga pemain di lini belakang semakin meningkat, dengan full-back menempati lebih banyak ruang di sepertiga akhir lapangan. Perubahan tersebut merupakan bukti fakta, kini semakin banyak tim yang ingin memainkan sepak bola ofensif dibandingkan dengan pertandingan yang bertujuan untuk meraih kemenangan 1-0.
Tim menjadi lebih berani, agresif mengambil risiko, dan mencetak gol yang terkoordinasi dengan cermat. Jadi, meskipun bernostalgia melihat sorotan dari Barcelona di bawah asuhan Pep Guardiola atau Benzema, Bale dan Cristiano Ronaldo di Real Madrid yang menakutkan, kita tidak bisa melupakan fakta sistem tersebut telah mencapai tujuannya.
Tim-tim yang menggunakan formasi 4-3-3 saat ini, setidaknya di liga elit, melakukannya dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan setengah dekade yang lalu.
Â
Advertisement
Ilusi Sepak Bola Modern
Saat ini, sangat umum melihat manajer beralih ke berbagai formasi berbeda dalam satu pertandingan. Faktanya, dalam sebuah wawancara, Mikel Arteta dari Arsenal mengaku telah menggunakan 43 formasi berbeda saat melawan Manchester City.
“Suatu hari ada 36 formasi berbeda pada pertandingan melawan Fulham. Bersua Manchester City saya merealisasikan 43 formasi," ungkap Arteta.
Mungkin sepak bola kembali ke akarnya. Lebih dari seratus tahun yang lalu, Tom Boyle, yang menjadi kapten Burnley dan Barnsley selama menjadi pemain, berkata tentang sistem dalam sepak bola:
“Dalam sepak bola, taktik yang diterapkan harus selalu berkaitan dengan kemampuan para pemain di samping untuk melaksanakannya dengan sukses. Oleh karena itu, sulit menetapkan aturan," sebut Boyle.
Namun, tidak dapat disangkal, semua tim memiliki sistem default melakukan penyesuaian taktis. Mungkin 2-3-5 adalah avatar berikutnya, tidak hanya dari 4-3-3, tetapi semua formasi sepak bola masa depan.
Sumber : Sportskeeda