Bola.com, Jakarta - Musim lalu, Mikel Arteta nyaris memahat sejarah di blantika sepak bola tertinggi Inggris. Juru taktik asal Spanyol berusia 41 tahun itu sempat membawa tim asuhannya, Arsenal, memuncaki klasemen sementara Liga Inggris 2022/2023.
Sayang, akhirnya Arsenal terpeleset di pekan-pekan terakhir. Arteta dan pasukannya harus puas finis di posisi kedua klasemen akhir dan mengakui ketangguhan sang juara bertahan, Manchester City.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Meski gagal, Arteta tetap banjir pujian. Pencapaian tersebut dianggap lebih dari cukup, mengingat Arteta minim pengalaman dan baru didapuk sebagai nakhoda pada 2019.
Musim ini, Arteta kembali harus kerja ekstra keras dalam perburuan gelar. Meriam London masih tertahan di posisi keempat klasemen dengan koleksi 40 poin. Perolehan itu berjarak lima angka dari sang pemuncak, Liverpool.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berharap Menang
Jika saja Arteta bisa membawa skuadnya memenangkan gelar Liga Inggris musim ini, ia bakal masuk daftar elite pemain sekaligus pelatih yang sukses di pentas balbalan. Saat menjadi pemain, baik di Arsenal, Paris Saint-Germain (PSG), dan Rangers, Arteta ikut merasakan manisnya sejumlah gelar.
Kini, ia ingin pula menorehkan sensasi ketika menjabat status pelatih. Arteta menjadi bagian dari generasi muda yang sanggup berprestasi. Walau tak secemerlang Franz Beckenbauer, Carlo Ancelotti, atau Didier Deschamps yang sarat prestasi sebagai pemain maupun pelatih, tapi setidaknya Arteta tengah berikhtiar menuju ke sana.
Oke. Sembari menanti perburuan gelar Liga Inggris musim ini yang sangat didambakan Arteta, berikut ini tiga mantan pemain yang juga sukses sebagai juru taktik, dan kali ini khusus generasi yang awal muncul pada 1990-an.
Â
Advertisement
Pep Guardiola
Bagi banyak orang, Guardiola tidak perlu diperkenalkan lagi. Ia layak berstatus manajer terhebat sepanjang masa. Para generasi muda mungkin akan terkejut mendengar Guardiola menikmati karier bermain yang bagus sebelum menjadi pelatih.
Ia adalah manajer yang sanggup meraih dua kali treble dengan dua klub berbeda. Guardiola adalah produk akademi Barcelona dan merupakan roda penggerak utama tim impian Johan Cruyff pada tahun 1990-an.
Dia menjadi kapten Barcelona dari tahun 1997 hingga 2001. Lalu, bermain 47 kali untuk Timnas Spanyol. Pep sempat bermain di Italia, Qatar dan Meksiko.
Â
Diego Simeone
Diego Simeone terkenal sangat loyal. Bagaimana tidak, pria asal Argentina ini sudah melatih Atletico Madrid lebih dari satu dekade, tepatnya mulai sejak 2011. Tak heran jika saat ini ia menjadi manajer terlama di klub yang sama pada zona lima liga top Eropa.
Namun, sebelum kesuksesannya bersama Atleti, Diego Simeone adalah seorang gelandang tangguh yang pernah dua kali membela klubnya saat ini. Ia sempat membela Sevilla, Inter, dan Lazio.
Simeone, juga mewakili Argentina di tiga Piala Dunia berbeda, dan empat turnamen Copa America. Total, ia merasakan 108 caps. Kini, Diego Simeone terus merajut asa menjadi yang terbaik di Liga Champions.
Â
Advertisement
Xabi Alonso
Xabi Alonso menjadi buah bibir dalam dua musim terakhir. Latarnya tak lain keberhasilan eks Liverpool ini membawa Bayer Leverkusen tampil oke.
Setelah memenangkan segalanya sebagai pemain di Liverpool, Real Madrid, dan Bayern Munchen, ia pensiun pada 2017 dengan reputasi tinggi sebagai gelandang hebat. Setelah itu, ia beralih ke dunia kepelatihan.
Langkah awal Alonso adalah menerima pekerjaan sebagai pelatih Real Madrid U-14, sebuah jenjang terbawah yang harus dilakoninya. Ia bergerak ke atas ketika menerima tugas sebagai pengasuh Real Sociedad B.
Dua tahun di sana membuat Alonso siap tempur menangani tim yang lebih besar. Kini, kesempatan menjadi pelatih hebat sudah ada di depan mata. Setidaknya, Alonso sudah membuka ruang, suatu saat akan berkecimpung di tim-tim raksasa Liga Inggris, Liga Italia atau Liga Spanyol.
Sumber : Planetfootball