Bola.com, Jakarta - Penjaga gawang Italia Gianluigi Donnarumma menangis setelah pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions antara PSG melawan Borussia Dortmund. Air matanya tak terbendung karena lagi-lagi gagal mengangkat trofi Si Kuping Besar.
Wartawan Sky Sport Italia, dan Gianluca Di Marzio yang melapor dari stadion, membenarkan bahwa Gianluigi Donnarumma meninggalkan lapangan dengan perasaan sangat emosional, dan dia terlihat menangis saat berjalan menuju ruang ganti.
Baca Juga
Advertisement
Musim 2023/2024 adalah perjalanan terjauh Donnarumma di Liga Champions dalam kariernya, setelah dua kali tersingkir di babak 16 besar bersama PSG. Bersama AC Milan, dia hanya tampil di Liga Europa.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mats Hummels Momok PSG
PSG dan Donnarumma dua kali dikalahkan 0-1 dalam dua leg untuk skor agregat 0-2. Tendangan mereka membentur tiang gawang sebanyak enam kali selama dua pertandingan, termasuk empat kali pada paruh kedua pertandingan kedua.
Mats Hummels-lah yang memberikan pukulan krusial pada malam itu, dengan menyundul bola hasil tendangan sudut Julian Brandt pada menit ke-50.
Pemain Jerman lainnya mencetak gol di leg pertama, ketika striker Niklas Fulkrug menerima umpan panjang dari Nico Schlotterbeck.
Dortmund sekarang akan menghadapi Real Madrid asuhan Carlo Ancelotti atau raksasa Bundesliga Bayern Munchen di final. Semifinal itu akan diselesaikan pada Kamis dini hari nanti, dengan skor saat ini imbang 2-2.
Advertisement
Tak Cukup
Sementara itu, selepas pertandingan, Mbappe sangat sedih, terlebih betapa ia sadar PSG memiliki banyak peluang yang semuanya tak berbuah gol.
"Kami selalu ingin menang di PSG, kami merasa sedih," kata Mbappe usai kekalahan. "Kami seharusnya bisa mencetak gol. Kami mempunyai peluang untuk mencetak gol, dan ketika Anda tidak mencetak gol, ketika Anda tidak efisien di kedua sisi, sulit untuk lolos."
"Saya berusaha membantu tim saya sebaik mungkin. Itu tidak cukup. Ketika Anda berbicara tentang efisiensi di kedua sisi, saya pikir sayalah yang pertama ditanyai," kata pria berusia 25 tahun ini.
"Sayalah yang seharusnya mencetak gol dan membuat perbedaan. Saya tidak punya masalah dengan itu, orang pertama yang seharusnya mencetak gol malam ini adalah saya."
Sumber: Sky Sports Italia