Bola.com, Jakarta - Mantan bintang Timnas Swedia, Zlatan Ibrahimovic, mengaku ada satu klub yang ingin dibelanya pada saat masih aktif bermain. Namun, ia mengatakan suratan takdir membuatnya tak pernah mencicipi bermain di klub tersebut.
Tak banyak pemain yang punya CV selengkap Zlatan Ibrahimovic. Dia pernah bermain untuk Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona, PSG, dan Manchester United, sebelum menyudahi kaiernya yang bergelimang trofi di AC Milan.
Baca Juga
Advertisement
Di level klub, Ibra mengemas 496 gol dalam 827 pertandingan. Sebanyak 48 gol di antaranya disumbangkannya di Liga Champions, yang belum pernah dimenanginya.
Dia merengkuh sejumlah gelar liga di Prancis, Spanyol dan Italia. Namun, dia tetap tak pernah menyabet trofi Liga Champions.
Namun, itu bisa saja berubah jika ia bergabung dengan raksasa Bundesliga Bayern Munchen, yang mengangkat trofi Liga Champions pada 2013 dan 2020.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tak Pernah Ada Kesempatan
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan Sports Illustrated, seperti dikutip dari Sportbible, Senin (9/12/2024), Ibrahimovic ditanya pernah ada rencana merumput di Bundeliga.
“Sepak bola di Jerman luar biasa. Saya suka stadion di sana karena tiket selalu terjual habis," kata Zlatan.
“Bermain untuk klub seperti Bayern Munchen tentu tidak buruk, karena sejarah klub dan pemainnya. Bagi saya, Bayern adalah salah satu dari lima klub terbesar di dunia. Saya sangat mengagumi sepak bola Jerman dan tim nasionalnya."
"Mereka tidak mampu membiayai saya (tertawa). Tapi tidak, sejujurnya, tidak pernah ada kesempatan untuk pindah ke sana. Pasti menyenangkan, tapi takdir berkehendak lain untuk saya," imbuh Ibra.
Advertisement
Kans Menjadi Pelatih
Pria berusia 43 tahun, yang saat ini menjadi penasihat senior di AC Milan, juga ditanya tentang kans menjadi pelatih.
“Saya tidak ingin terus menjadi pelatih karena pekerjaannya terlalu banyak bagi saya,” ujarnya.
"Anda harus mencakup begitu banyak bidang, menemukan ide dan solusi, mempersiapkan dan menindaklanjuti pertandingan, pelatih. Anda bekerja siang dan malam. Setahun sebagai pelatih terasa seperti sepuluh tahun bagi saya. Jadi itu tidak menarik bagi saya," imbuhnya.
Sumber: Sportbible