Bola.com, Jakarta - Paul Scholes membukukan 700 penampilan untuk Manchester United (MU) sepanjang kariernya yang luar biasa di Old Trafford.
Selama periode tersebut, Paul Scholes bermain di berbagai pertandingan bergengsi, mulai Liga Inggris hingga Liga Champions. Tak heran, dia juga sering menghadapi pemain-pemain hebat dari berbagai penjuru dunia.
Baca Juga
Advertisement
Pada 2011, Scholes memilih XI lawan terhebat yang dihadapinya sepanjang masa dalam sebuah wawancara dengan situs resmi Manchester United. Ada persaingan ketat di sini. Sebagian besar nama-nama bintang tersebut berasal dari pentas Eropa.
Berikut ini starting XI lawan terhebat yang pernah dihadapi Paul Scholes, dibikin dengan formasi 4-4-1-1.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kiper: Edwin van der Sar
“Seorang kiper brilian yang selalu tampil baik saat kami bermain melawan Fulham, jadi saya senang saat dia gabung bersama kami. Dia seorang profesional yang hebat. Kami beruntung memilikinya!” kata Scholes tentang sosok Van der Sar.
Scholes berhadapan dengan beberapa kiper legendaris pada masanya, termasuk Gianluigi Buffon, Petr Cech, Oliver Kahn, dan Iker Casillas. Tapi dia memulai dengan salah satu rekan setimnya yang terhebat.
Van der Sar pertama kali menghadapi Scholes di pentas internasional pada Agustus 2001. Ia mencatatkan clean sheet saat Timnas Belanda asuhan Louis Van Gaal menang 2-0 dalam pertandingan persahabatan di White Hart Lane.
Dalam sembilan pertemuan selanjutnya – delapan di antaranya Fulham melawan Manchester United – kiper asal Belanda itu gagal mencatatkan clean sheet. Ia kerap menjadi duri bagi Setan Merah saat The Cottagers secara rutin merebut poin dari Setan Merah di awal pertengahan tahun sembilan puluhan.
Advertisement
Bek Kanan: Cafu
“Dia memiliki stamina yang luar biasa dan mesin hebat yang membuat penampilannya terus naik dan turun selama bertahun-tahun. Anda tidak mungkin bermain untuk Brasil selama itu jika tidak pemain brilian.”
Tak mengherankan nama Cafu ada di daftar ini. Bek sayap legendaris ini tampil langsung melawan Scholes enam kali – tiga kali dalam laga Inggris vs Brasil, tiga kali di pertandingan AC Milan vs Manchester United – dan memenangi lima pertandingan tersebut, satu kali seri lagi.
Skor agregat pada pertandingan tersebut adalah 9-2 untuk keunggulan Cafu. Rossoneri menjaga clean sheet melawan MU di kedua leg babak 16 besar Liga Champions 2004/2005 dan semifinal di San Siro pada 2006/2007.
Bek Tengah: Jaap Stam
“Sejujurnya, saya lebih suka memiliki Jaap di tim kami, daripada menghadapinya bersama Milan. Dia tangguh, cepat, mampu membaca permainan dengan baik. Segalanya yang seharusnya dilakukan seorang bek.”
Salah satu bek terbaik sepanjang masa United, Stam berhadapan langsung dengan Scholes dua kali sebagai lawan dan menang dengan clean sheet di kedua kesempatan tersebut. Pertama bersama Van der Sar dalam pertandingan persahabatan Belanda pada 2001 dan kemudian bersama Cafu untuk AC Milan di leg kedua babak 16 besar pada 2005.
Advertisement
Bek Tengah: Paul McGrath
“Dia membuatku takut ketika aku bermain melawannya. Saya bermain maju saat itu dan Anda bisa mendengarnya muncul di belakang Anda! Itu, ditambah kemampuannya, dia sangat tangguh.”
Dianggap sebagai legenda oleh para penggemar Aston Villa dan Republik Irlandia, Anda dapat menganggap McGrath sebagai salah satu ujian pengetahuan sepakbola. Lemari trofinya bisa dibilang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Dia mendahului Scholes di Old Trafford pada 1980-an dan bertemu dengannya sebanyak lima kali pada pertengahan pada 90-aan. Scholes membantu MU meraih gelar ganda di liga atas Aston Villa yang dimotori McGrath pada 1994/1995.
Tetapi, sejak itu McGrath menang dua kali dan seri satu kali dari tiga pertemuan berikutnya dengan Setan Merah.
Bek Kiri: Paolo Maldini
“Dia memenangi Liga Champions, gelar Serie A, dan banyak penghargaan besar bersama AC Milan, ditambah lagi dia bermain dalam empat edisi Piala Dunia. Mungkin salah satu bek terbaik yang pernah ada.”
Pemain ikonik Italia ini tampil bersama Cafu dan Stam dalam kemenangan 1-0 Milan atas MU pada 200/2005, formasi lini belakang yang jelas meninggalkan kesan pada Scholes.
Maldini juga tampil di leg pertama semifinal 2006/2007, saat kalah 2-3 di Old Trafford. Namun, ia ditarik keluar karena cedera saat turun minum sebelum Scholes membantu memberikan assist kepada Rooney di babak kedua.
Advertisement
Sayap Kanan: David Beckham
“Aneh rasanya bermain melawan Becks setelah mengenalnya begitu lama. Saya pikir dia menendang saya, jika saya ingat dengan benar, tapi dia benar-benar brilian selama bertahun-tahun dan menjadi pemain top," kata Scholes.
Anda menduga pilihan ini lebih disebabkan oleh kesuksesan mereka selama bertahun-tahun setelah lulus dari Class of '92, daripada apa pun yang dilakukan Beckham sebagai lawannya.
Beckham di Real Madrid tidak pernah menghadapi MU. Dia hanya pernah menghadapi MU selama masa senjanya di AC Milan, dengan status pinjaman dari LA Galaxy.
Dia tampil dalam kekalahan 2-3 di leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2009/2010 dan hanya muncul dari bangku cadangan di akhir kekalahan 0-4 saat kembali ke Old Trafford yang telah lama ditunggu-tunggu.
Gelandang Tengah: Xavi Hernandez
“Dia telah menjadi salah satu pemain terbaik di dunia. Gairah dan visinya luar biasa, dia mungkin adalah jantung dari tim terbaik yang pernah saya lawan di Barcelona,” kata Scholes.
Scholes hanya masuk dari bangku cadangan dan bermain masing-masing 15 menit dan 13 menit saat MU kalah di final Liga Champions 2009 dan 2011 dari Barcelona asuhan Pep Guardiola.
Namun, dari bangku cadangan, ia mendapat tempat di barisan depan untuk menyaksikan master umpan Xavi dalam kemegahannya saat tampil dua kali melawan MU.
Sebelumnya, Scholes telah empat kali menghadapi Barcelona asuhan Xavi dalam perjalanannya untuk mengangkat trofi sebanyak dua kali.
Advertisement
Gelandang Tengah: Andres Iniesta
“Seperti Xavi, Iniesta adalah pemain kelas atas dan kunci permainan Barcelona. Hal yang sama juga terjadi di tingkat internasional dengan Spanyol, dan tidak banyak pemain yang bisa mengatakan bahwa mereka telah mencetak gol kemenangan di Piala Dunia.”
Scholes menempatkan Iniesta sebagai pendamping Xavi di jantung lini tengah tim yang dipilihnya. Kedua legenda tersebut pernah meraih segalanya untuk Barcelona dan Spanyol.
Sayap Kiri: Rivaldo
“Kami bermain melawan Rivaldo ketika berada di puncak performanya bersama Barcelona. Dia benar-benar luar biasa. Dia bisa melakukan apa saja.”
Pemain Brasil ini memberi umpan kepada Sonny Anderson saat Barcelona bermain 3-3 di Old Trafford pada 1998 dan mencetak dua gol pada pertandingan kedua di Camp Nou.
Dia kemudian merengkuh Ballon d’Or pada tahun berikutnya, mengungguli Beckham atau pahlawan treble Manchester United lainnya, itulah level performanya.
Scholes kemudian menghadapi Rivaldo dua kali di pentas internasional. Inggris dan Brasil bermain imbang 1-1 dalam pertandingan persahabatan pada 2000. Rivaldo mencetak gol penyeimbang saat Selecao bangkit dari ketertinggalan untuk menyingkirkan Tiga Singa di perempat final Piala Dunia 2002.
Advertisement
Gelandang Serang: Zinedine Zidane
“Mungkin pemain terbaik yang pernah saya lawan. Dia membuat segalanya terlihat sangat mudah dan dia berkelas dalam segala hal yang dia lakukan. Anda tidak bisa melepaskan bola darinya.”
Kedua gelandang penentu era ini berhadapan tujuh kali antara 1997 dan 2004. Zizou menjadi lebih baik dalam tiga di antaranya, termasuk kemenangan 2-1 Prancis di Euro 2004 dan kemenangan 3-1 Real Madrid di perempat final Liga Champions 2001/2002, dengan memberi assist kepada Luis Figo dan Raul.
Namun, duel paling berkesan mungkin adalah leg kedua semifinal Liga Champions 1998/1999. Zidane memberikan umpan kepada Filippo Inzaghi untuk gol pembuka, sementara Scholes tampil dari bangku cadangan pada pertengahan babak kedua dan membantu MU membukukan kemenangan comeback 3-2 di Stadio Delle Alpi.
Striker: Lionel Messi
“Dia pesepakbola terbaik di dunia. Sangat menakutkan untuk berpikir bahwa dia bisa menjadi lebih baik lagi.”
Scholes mengatakan itu pada 2011 ketika Messi baru berusia 24 tahun. Sejak itu, dia memenangi Liga Champions lagi, enam Ballon d’Or, delapan gelar liga, Piala Dunia, dan dua Copa America.
Sumber: Planet Football
Advertisement