Sukses


Surat Dari Dubai: Terkesan Pada Kalimat Pertama (2-habis)

 

BAGI saya, saat menjejakkan kaki di negeri orang untuk kali pertama, alias kunjungan perdana, satu yang paling mengkhawatirkan adalah aturan. Boleh saja ragam informasi ada di internet, namun tetap berbeda ketika berada di realita.

Begitu juga dengan saya. Optimisme tinggi yang dibarengi dengan bekal banyak bacaan mengenai ragam aturan, toh akhirnya ada yang meleset juga. Hal sepele kadang terabaikan, dan itu yang membuat saya berurusan dengan hukum di Dubai.

Yup, Dubai, sebuah kota baru di kawasan Emirates,, memiliki batasan-batasan tertentu, mulai dari hal besar sampai aturan dalam kehidupan sehari-hari. Satu di antara yang tergolong masalah remeh temeh adalah alur pejalan kaki dan menyeberang.

Mungkin Sahabat KLY Sports pernah merasakan betapa ketatnya peraturan berjalan kaki, mulai dari line khusus sampai 'traffic light'. Soal hukuman?, mungkin belum tentu sama.

Bagi saya, dan mungkin sebagian masyarakat Indonesia yang terbiasa menyeberang dan jalan kaki sembarangan, Dubai bisa jadi tak nyaman. Hal itu pula yang terjadi ketika saya bersama beberapa staf Tencent, pengembang game PUBG Mobile, mencoba berjalan.

Saya memutuskan berjalan kaki dari Dubai Festival City Mall menuju lokasi hotel. Jarak tempuh yang hanya 1,3 kilometer, menjadi pilihan logis. Maklum, jika menggunakan taksi atau transportasi online, saya harus merogoh kocek minimal 20 dirham atau sekitar Rp80 ribu. Padahal kalo jalan kaki hanya sekitar 30 menit saja.

Jalan kaki, yup, jalan kaki. Sebuah keputusan yang bisa memberikan saya pelajaran berharga bagaimana berprilaku sebagai pejalan kaki. Berjalan dari Dubai Festival City Mall, lajur pejalan kaki sudah ditentukan. Beriringan dengan jalan sepeda, suasana yang dibangung tergolong sejuk. Aneka tanaman besar dan rumput membuat suasana Dubai terasa sejuk meski saya berjalan saat matahari tegak lurus di atas kepala.

Menyusuri jalan Al-Khalid, saya tiba di sebuah persimpangan. Arah lajur pejalan kaki berubah, menjadi berputar menuju pintu D1 Tower di Jaddaf Waterfront, sebuah kawasan yang tepat berada di seberang tempat saya menginap selama di Dubai.

Lajur yang menjauh, membuat saya berpikir. Akhirnya, saya memutuskan tak mengikuti jalur itu, dan menyeberang ke arah Business Bay Bridge. Awalnya tak ada masalah, karena beberapa kali ada persimpangan yang harus dilewati. Tak ada yang berbeda sampai akhirnya saya ada di ujung jembatan yang kalo malam hari berubah warna menjadi biru.

Tepat di sana, tanpa saya sadari, sudah ada 2 petugas kepolisian daerah Marsa Al-Khor, semacam polsek. Mereka tersenyum, dan saya membalas dengan senyum juga. "Selamat siang, Anda kali pertama ke Dubai?", sapa keduanya.

Begitu saya menganggukkan kepala sembari merasakan kebingungan, satu di antara dua officer itu, Arsyad Ahmaddin, memberi penjelasan. "Anda melanggar karena menyeberang sembarangan, bukan di jalur khusus, dan jalur Anda tadi sangat berbahaya," katanya.

Ucapan Arsyad membuat saya menoleh ke belakang. Dalam hati, benar juga ucapan sang polisi. Saya berjalan di tengah batas jalan di antara dua lajur cepat, baik yang mengarah ke pintu Dubai Festival City Mall, ataupun ke area Gateway Avenue Boulevard.

Beruntung, masalah ini tak berujung pada penilangan resmi, hanya sekadar peringatan. Mereka memastikan setiap area di Dubai memiliki pantauan kamera tersembunyi dengan resolusi tinggi. "Tak ada yang bisa menghilang begitu saja dari pantauan kami, termasuk pejalan kaki," tegas Arsyad.

Sebuah kalimat pertama yang berkesan, dan terus terngiang. Termasuk, bagaimana rasanya bisa menjadi bagian dari sajian perdana PUBG Mobile Star Challenge 2018. Hal yang menjadi bagian dari rangkaian cerita menarik berikutnya. Salam.

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer