Bola.com, Jakarta - Nama Greg Hartley kini lebih dikenal sebagai gaming streamer ketimbang mantan penjaga gawang Manchester City. Padahal, ia seangkatan dengan Kieran Trippier dan Ben Mee.
Tidak ada yang tahu jalan karier seseorang. Takdir bisa menuntun siapapun di luar kehendak. Kita boleh punya cita-cita, tapi kuasa-Nya tetap menentukan.
Baca Juga
Advertisement
Greg Hartley sekarang telah berusia 30 tahun. Dulu ia pernah menjadi bagian Manchester City saat mengalahkan Chelsea pada 2008 saat masih bermain bersama Daniel Sturridge, Dedryck Boyata, dan Vladimir Weiss.
Tak lama setelah itu, datang raja minya dari Semenanjung Arab. Abu Dhabi United Group mengubah Manchester City dengan sejuta 1001 mimpi dan harapan. Hartley, sayangnya, tidak terlihat dalam impian tersebut.
Shay Given, Kasper Schmeichel, sampai Joe Hart harus jadi lawannya di Manchester City. Greg Hartley pun pasrah, tapi tidak heran. "Meninggalkan klub masa kecil adalah pengalaman yang berbeda buat tiap orang."
"Saya sebetulnya menyangka hal seperti ini bakal terjadi. Lagipula, kalau kiper utama tidak cedera jelang final youth cup, mungkin saya tak akan pernah main sepak bola," ujarnya lagi.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pindah ke Amerika Serikat
Masih melihat sepak bola sebagai jalan hidup, Greg Hartley terbang ke Amerika Serikat sebagai pemain muda. Di sana, ia mendapatkan beasiswa. Jadi dia sekolah sambil melanjutkan karier sebagai pesepak bola.
"Ah, itu adalah keputusan terbaik saya. Saat itu stigmanya sepak bola (di Amerika Serikat) tidak akan mencapai standar yang oke. Mindset seperti ini harus diubah. Sekarang terlihat, kan?" kata Hartley.
"Asal kalian tahu saja, fasilitas di sana sangat keren, saya merasa berada di klub profesional. Banyak uang di sana. Jadi, kalau Anda masuk sekolah yang benar, pasti Anda jadi orang sukses. Untungnya, saya masuk kampus yang bagus," katanya lagi.
Musibah menimpa Greg Hartley lagi. Pada 2017, visanya tak bisa diperbarui karena rezim 'kaku' Donald Trump. Kariernya berantakan lagi. "Saya tidak punya sepak bola. Saya tidak punya kenalan di Inggris, semua kontak hilang."
Advertisement
Pulang ke Inggris, Resign sebagai Pelatih Oldham, Fokus Jadi Streamer Profesional
"Di Amerika Serikat semuanya berantakan. Saya menghabiskan banyak waktu bermain gim FIFA sebagai pelarian."
Greg Hartley lalu mau tak mau pulang ke Inggris dan memulai segalanya dari awal. Ia diterima bekerja sebagai pelatih kiper di Oldham dan bermain secara part-time di klub amatir, Atherton Collieries, dan klubnya saat ini, Ashton United.
Sadar kariernya sebagai streamer gim FIFA lebih menjanjikan, Greg Hartley membuat keputusan gila. Ia memilih resign sebagai pelatih Oldham dan menjadi streamer full-time.
"Teman-teman saya menertawakan keputusan gila saya. Mereka merasa bisa mengalahkan saya di gim tersebut. Tapi selebihnya mereka tahu kalau saya benar-benar serius dan mendukung langkah saya," kata Greg Hartley.
"Orang-orang pada enggak tahu, ada turnamen FIFA yang hadiahnya 250ribu pounds. Gaji mereka (pemain di tim-tim divisi bawah Liga Inggris) seminggu saja paling 1000 pounds, paling banyak 2500 pounds," selorohnya lagi.
Sukses Besar
Hartley kini memiliki lebih dari 8000 followers di channel Twitch-nya. Kebanyakan kontennya adalah gim FIFA's Ultimate Team (FUT).
Menariknya, Hartley pernah pernah membantu bekas timnya, Oldham, mendapatkan pemain baru saat Football League (operator Liga Inggris mulai dari kasta ketiga sampai ke bawah) menggelar turnamen FIFA Quaranteam selama lockdown di Inggris tahap pertama.
Sayang, Hartley tidak berencana untuk menjadi atlet eSports. Baginya, menjadi profesional di ranah eSports akan menyita banyak waktu, sementara ia masih menikmati keseruannya menjadi streamer atau caster.
"Semua orang suka gim FIFA. Saya tahu banyak soal gim ini, dan saya ingin membantu orang-orang. Saya bukannya tidak merasa bisa untuk menjadi atlet profesional eSports, tapi sepertinya saya ingin masuk di bidang broadcasting-nya saja, jadi tetap terlibat, tapi tidak langsung," jelasnya.
"Ini bukan tentang uang. Saya menyukai FIFA, dan pada saat itu saya bisa stream, tidak terpikir sampai sejauh ini. Konten saya semuanya live, jadi semua orang bisa chat saya, tentang FIFA, tentang apapun, sehari-hari," ujarnya memungkasi.
Advertisement