Bola.com, Jakarta - Dua pekan terakhir, jagad berita di Indonesia sedang sibuk membicarakan klaim rencana sumbangan dari keluarga pengusaha Akidi Tio. Maklum, jumlah dana tergolong besar, yakni Rp2 triliun. Nah, satu yang 'wow' banget, angka tersebut tak seberapa jika dibanding belanja para gamer dari Tanah Air.
Yup, Co-Founder dan Chief Marketing Officer EVOS Esports, Michael Wijaya mengungkapkan, hasil riset timnya, Indonesia menjadi negara pendorong utama pertumbuhan industri esports di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga
Advertisement
Satu yang mencengangkan, angka belanja gamers Indonesia sanggup menyumbang pendapatan sebesar Rp30 triliun. Artinya, angka tersebut memang 15 kali lipat dari klaim rencana sumbangan keluarga Akidi Tio, yang sayangnya kini harus berurusan sampai ke pihak berwajib.
"Dari total 274,5 juta gamers di Asia Tenggara pada 2021, Indonesia berkontribusi sekitar 43 persenterhadap jumlah total tersebut, dan angka tersebut akan terus berkembang," sebut Mike, sapaan akrab Michael Wijaya, dalam diskusi media tentang industri esports di Tanah Air.
Komposisi angka, baik player maupun alokasi belanja, tersebut memberi indikasi kalau industri esports di Indonesia akan terus berkembang. "Potensinya masih cukup besar, dan itu menjadi tantangan penuh kreatif," kata Mike.
Video Esports
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Usia Peminat
Fakta lain yang menjadi sinyal semakin cerahnya industri esports adalah rentang usia peminat. Data EVOS menunjukkan, penggemar dan pemain gim esports di Indonesia berada di rentang usia 18 tahun ke bawah dan 19 - 29 tahun.
Mereka menjadi 'penguasa' bergulirnya waktu bermain. Data riset menyebut, intensitas waktu anak muda serta milenial dalam ber-esports ria menunjukkan loyalitas tinggi terhadap gim pilihan mereka.
Satu efek yang terasa adalah meningkatnya transaksi pembelian di dalam gim atau biasa disebut in-app purchase. Penelitian tim EVOS membuktikan, sekitar 39 persen gamers melakukan 1 - 3 kali pembelian dalam sebulan, dengan rata-rata pengeluaran per transaksi di bawah Rp100 ribu.
Sayang, belum semua kanal pembelian bisa menikmati. Satu di antaranya adalah outlet perbankan. Peluang inilah yang membuat beberapa bank menggelontorkan program spesial, yang berkaitan dengan esports.
Vice President Bank Mandiri, Ruth Ekowati mengatakan, jumlah transaksi yang mengindikasikan adanya transaksi rutin antara gamers dan gim ada kejanggalan. Ia mengakui peranan bank masih sangat rendah dibanding pulsa atau dompet elektronik.
Berkaca dari itu, Ruth Ekawati mengungkapkan, bank plat merah ini melakukan terobosan dengan menggandeng EVOS dan sebuah merchant payment untuk membuat kartu khusus. Nantinya, kartu ini menjadi tanda keanggotaan sekaligus kartu debit.
Advertisement