Sukses


Keputusan Menpora Menunda ISL Dianggap Salah Langkah

Liputan6.com, Bogor - Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menunda pembukaan Indonesia Super League (ISL) 2015 dianggap salah langkah oleh Agum Gumelar. Mantan Ketua Umum PSSI itu menilai keputusan tersebut bisa menghambat perkembangan sepak bola Indonesia.

Saat ditemui di Bogor, Jumat (20/2/2015), Agum juga mengatakan bahwa saat ini seluruh klub ISL sedang berusaha menuju ke level profesional seperti yang diminta AFC dan FIFA. Namun menurutnya, hal itu tidak bisa diwujudkan dalam waktu singkat. Semua butuh proses dan penundaan kompetisi bukan langkah yang tepat untuk membenahi sepak bola.

"Semua klub profesional itu adalah tujuan yang akan kita capai. PSSI secara bertahap sudah berusaha agar klub-klub itu bisa profesional murni. Kalau kita bermimpi klub Indonesia sudah murni profesional seperti klub di Eropa, itu masih belum mungkin. Menuju ke sana itu bertahap. Nah saat ini PSSI sudah berada di trek yang benar. Jadi langkah yang sudah baik ini jangan dibunuh," ucapnya.

"Seorang pemain yang baik itu lahir dari kompetisi. Suatu klub akan menjadi besar dari kompetisi. Artinya jantung pembinaan prestasi itu ya kompetisi. Tanpa kompetisi tidak akan ada yang namanya prestasi. Jadi dalam hal ini pemerintah tidak perlu berlarut-larut menunda kompetisi. Jika masih ada kelemahan itu dijadikan catatan kepada PSSI untuk segera diselesaikan. Tapi kompetisi harus segera berjalan," tambahnya.

Awalnya ISL 2015 bakal dibuka pada 20 Februari. Namun karena sejumlah klub belum melengkapi persyaratan dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), maka dengan terpaksa Menpora memundurkan pembukaan ISL ke hari yang belum ditetapkan.

BOPI sendiri memberi waktu tambahan hingga 4 Maret 2015 agar seluruh klub ISL memenuhi persyaratan yang diminta. Sejauh ini pemenuhan persyaratan itu baru selesai 50%.


Baca Juga:

KOI Bahas Persiapan Asian Games 2018

Video Cuplikan Gol Bigmatch Tottenham Hotspur vs Fiorentina

Messi Akui Barcelona Tak Hanya Andalkan Tiki Taka

Video Populer

Foto Populer