Bola.com, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi mengaku tak terkejut dengan kasus korupsi yang menimpa FIFA. Ia menilai induk sepak bola tertinggi dunia itu memiliki kelemahan dalam masalah akuntabilitas dan transparansi.
Sebanyak tujuh anggota FIFA ditangkap di hotel Baur au Lac, Zurich, pada 27 Mei. Mereka dicokok pihak kepolisian Swiss karena tuduhan korupsi, penyelewengan pajak, penyalahgunaan kekuasaan.
Advertisement
Selain itu ketujuh orang tersebut juga diduga dalam pengaturan bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, dan pelanggaran pemasaran serta hak siar pertandingan dari tahun 1990 hingga saat ini.
"Di FIFA terjadi korupsi yang sistematis, mengakar dan berlangsung selama bertahun-tahun serta tersimpan rapi hingga tidak terungkap. Korupsi itu terjadi karena tidak ada lembaga yang mengawasi dan selalu menghindar untuk diawasi," kata Imam di kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu (3/6).
Imam pun menyebut perubahan yang bakal terjadi di tubuh FIFA saat ini tak lepas dari peran pihak luar. Apalagi, setelah terkuaknya kasus korupsi para petinggi induk sepak bola dunia tersebut membuat kepercayaan publik hilang.
"Reformasi yang kini sedang digulirkan FIFA berdasarkan dari tekanan dari atau intervensi dari pihak luar intervensi," ujarnya.
Akibat kasus korupsi tersebut, Sepp Blatter yang baru saja terpilih sebagai Presiden FIFA dalam kongres tahunan, 29 Mei 2015 memutuskan untuk mundur pada 2 Juni. Blatter mundur karena merasa tak mendapat dukungan dari dunia sepak bola, yang di dalamnya termasuk pemain dan penggemar sepak bola.
Tak hanya itu, Blatter juga diduga terlibat kasus korupsi. Apalagi, badan penyelidik federal Amerika Serikat (FBI), badan perpajakan (IRS), dan Jaksa Distrik Timur New York tengah mencari bukti-bukti untuk mempidanakan Blatter.
Baca Juga:
Platini Puji Blatter, Pangeran Ali Isyaratkan Maju Lagi