[Wawancara] Samsul Arif: Mohon Manusiakan Pesepak Bola
Bola.com, Jakarta
Sudah sepekan lebih Indonesia dijatuhi sanksi oleh FIFA. Konflik antara PSSI dengan Kemenpora belum terlihat tanda-tanda mereda. Dampak konflik yang memanas terasa nyata, kompetisi ISL dan turunannya terhenti sampai batas waktu yang tidak diketahui.
Buat pesepak bola situasi yang tidak menentu ini terasa menyesakkan. Mereka hanya bisa berpasrah diri menanti kabar baik kompetisi berjalan dan sanksi FIFA ke Indonesia dicabut.
Striker Arema Cronus, Samsul Arif, mencurahkan isi hatinya ke Bola.com. Pesepak bola kelahiran Bojonegoro, 14 Januari 1985, tampak lelah melihat konflik di level elite sepak bola nasional yang tak berkesudahan. Berikut petikannya:
Sebagai pesepak bola, apa sekarang ada kekhawatir dengan masa depan profesi Anda?
Tidak, saya yakin sepak bola Indonesia tidak akan mati.
Apa yang membuat Anda yakin situasi akan membaik?
Sekarang memang belum ada kabar positif. Tapi kami harus tetap berfikir positif. Mungkin para petinggi sepak bola dan pemerintah sedang Sholat Istikharah untuk dapat jalan terbaik. Sabar saja
Menurut pandangan Anda, apa yang harusnya dilakukan PSSI dan Menpora agar Indonesia segera terbebas dari sanksi?
Syarat untuk bebas dari sanksi kan sudah dituliskan dalam surat FIFA. Itu yang harus dilakukan. Tapi kalau sudah terbebas dari sanksi jangan puas dulu. Karena ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Perbaiki dan perbanyak fasilitas sepakbola di seluruh negara ini. Perbaiki juga SDM-nya biar fasilitasnya tetap terawat. Karena dari situ akan lahir pemain-pemain yang bagus.
Kalau sudah banyak pemain bagus, mohon para pesepak bola dimanusiakan. Karena pemain adalah elemen terpenting dalam permainan sepak bola. Tanpa pemain, sepak bola tidak bisa dimainkan.
Memangnya seperti apa perlakukan elite sepak bola terhadap pemain saat ini?
Anda pasti sudah tahu sendiri seperti apa (seraya tersenyum).
Sambil menunggu konflik PSSI-Kemenpora mereda, manajemen dan pelatih Arema memutuskan tetap menggelar latihan dan uji coba. Padahal mayoritas klub memilih membubarkan tim. Apakah langkah ini sudah tepat?
Ini pertanyaan sulit. Saya tidak bisa jawab. Tapi sampai sekarang saya tetap ikut latihan. Saya ikuti saja kebijakan yang dibuat klub.
Sepak Bola Indonesia
powered by
Advertisement