Bola.com, Solo - Piala Polda Jateng benar-benar membuat hati suporter bersuka. Kerinduan suporter menyaksikan pertandingan sepak bola dituntaskan dengan digelarnya turnamen tim-tim se Jawa Tengah.
Tidak semua tim di Jateng yang bisa mengikuti. Tapi tujuh tim, PSIS Semarang, Persis Solo, Persijap Jepara, PSIR Rembang, Persip Pekalongan, Persibas Banyumas dan PSCS Cilacap, yang mengikuti turnamen sudah mengobati kerinduan itu.
Advertisement
Stadion yang sempat sepi kembali bergairah. Suporter kembali memenuhi stadion. Roda ekonomi masyarakat yang bergantung pada pertandingan sepak bola pun kembali berputar.
"Saya merasakan stadion seperti kembali hidup. Masyarakat pun sangat antusias dengan turnamen ini. Mereka benar-benar hanya ingin pertandingan sepak bola bisa digelar. Penonton yang datang pun meningkat," ujar Saadi Afi Rozi, Ketua Umum Banaspati, salah satu kelompok suporter Persijap.
Diakui dia, laga kandang pertama Persijap melawan Persis, penonton yang datang ke stadion memang tidak seperti yang diharapkan. Tapi jumlah mereka melonjak drastis saat Persijap menjamu PSIS dalam Derby Pantura.
"Nuansa derby memang berbeda. Pertandingan melawan PSIS selalu menyedot penonton untuk datang ke stadion. Suporter dari PSIS pun datang ke Jepara. Hanya mereka tidak membawa atribut. Sama seperti saat suporter Persijap ke Semarang. Saya sudah melarang mereka datang karena panitia pertandingan PSIS tak mengizinkan. Tapi mereka tetap datang meski tanpa atribut," jelasnya.
Turnamen memang memberi kesempatan kepada suporter untuk menjalin kembali hubungan. Apalagi sebelumnya hubungan suporter PSIS dan Persijap sedikir renggang. Kini, ketegangan itu mencair meski mereka datang tanpa atribut.
"Untuk saat ini mereka memang belum bisa datang dengan atribut. Suporter Persijap pun datang ke Rembang dan Solo untuk memberi dukungan kepada tim. Semangat suporter memang luar biasa," kata Saadi yang juga manajer Persijap.
Tak hanya suporter, para pedagang kecil seperti penjual jersey atau asongan di stadion pun menyambut gembira adanya turnamen.
"Paling tidak mereka senang dagangannya bisa laku. Hanya penonton yang datang memang belum memenuhi ekspetasi. Ini terkait dengan promosi yang belum maksimal."
"Apalagi, Indonesia sudah disanksi FIFA. Jadi masyarakat beranggapan sudah tidak ada lagi pertandingan. Ini yang harus digiatkan promosinya," jelas Didik Saptiyono, asisten manajer PSIS.
Menurut dia jumlah penonton sempat mengalami penurunan saat PSIS melawan Persis. Mereka yang hadir diperkirakan 7.000 an. Padahal saat menjamu Persijap dalam Derby Pantura, penonton yang datang bisa menembus 10.000.
"Tapi jumlah itu masih di bawah saat kompetisi Divisi Utama musim lalu atau saat PSIS beruji coba melawan tim-tim QNB seperti Persija Jakarta atau Arema Cronus. Tapi kami berharap penonton bisa meningkat saat PSIS tampil di semifinal," kata dia lagi.
Persis justru bisa mendatangkan penonton lebih besar. Bahkan pemasukan panpel bisa mencapai Rp 139 juta saat Persis menjamu PSIR. Penonton yang datang untuk menyaksikan laga melawan Persijap pun tidak kalah besar.
"Harapannya, penonton makin bertambah saat Persis menghadapi PSIS dalam Derby Jateng ini," ungkap Totok Supriyanto, Direktur Olah raga PT Persis Solo Saestu yang menaungi Persis.
"Yang penting, masyarakat mendapat hiburan lewat kehadiran turnamen ini. Bisnis klub juga hidup. Persis sudah memiliki PT dan bisnisnya harus hidup," pungkasnya.
Baca Juga:
Bungkam Persis, PSIR Jaga Peluang Tembus Semifinal
Menjamu Persijap Jepara, Persis Solo Kehilangan Saddam Husain