Bola.com, Yogyakarta - Usai mengikuti kuliah di sebuah ruangan di kampusnya, tampak Rudolof Yanto Basna dan Dinan Yahdian Javier bergegas pindah ke ruangan lain. Kali ini, keduanya menuju ruang praktek di dekat lapangan kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), tempat mereka menjalani pemusatan latihan tim nasional U-19 saat hendak berlaga di Piala Asia U-19 tahun lalu.
Yanto dan Dinan hari itu mengikuti kuliah Keterampilan Dasar Silat. Dosennya tak lain Siswantoyo yang juga menjadi Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan UNY. Siswantoyo pula yang diberi kewenangan menangani program kuliah khusus pemain U-19.
Advertisement
Program yang merupakan kerja sama UNY dengan PSSI itu memberikan beasiswa kepada para pemain Garuda Muda asuhan Indra Sjafri yang sukses memenangi Piala AFF U-19 dan meloloskan Indonesia ke Piala Asia U-19. Sayangnya, Evan Dimas dkk gagal di Piala Asia dan target lolos ke Piala Dunia U-20 pun tak tercapai.
Ironisnya, tim kemudian dibubarkan. Padahal, Ketua Umum PSSI saat itu Djohar Arifin Husin pernah menyatakan akan mempertahankan timnas U-19 sampai SEA Games 2015.
“Dari 25 pemain, tapi akhirnya 21 yang mengambil program itu. Sistem pembelajaran memang jarak jauh karena pemain berada di klubnya masing-masing. Saat tidak ada latihan atau pertandingan mereka bisa datang ke Yogyakarta untuk mengikuti kuliah tatap muka. Saat kompetisi dihentikan, mereka silih berganti datang mengikuti kuliah,” jelas Siswantoyo.
Yanto dan Dinan kembali ke Yogyakarta setelah klubnya, Mitra Kutai Kartanegara (Kukar) meliburkan tim. Yanto tampak bersemangat mengikuti perkuliahan. Bahkan bek asal Papua ini merencanakan mengikuti kelas reguler bila kompetisi belum juga digulirkan musim depan.
“Saya konsentrasi kuliah dan mengejar ketinggalan. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sayang kalau kesempatan kuliah di perguruan tinggi tidak dipergunakan,” ungkap Yanto.
“Bila kompetisi belum juga digulirkan di musim depan, saya akan ikut kelas reguler saja. Karier di sepak bola tidak panjang karena itu, saya ingin meraih gelar sarjana. Harapan saya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Papua,” tambahnya.
Kesibukan kuliah juga dijalani Dinan yang kebetulan tinggal di Bantul, Yogyakarta. Apalagi, jebolan SAD ini kuliah di dua kampus berbeda, UNY dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dinan mengambil jurusan yang berbeda pula. Di UGM, dia kuliah di fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.
“Di UNY memang lebih fleksibel. Berbeda dengan UGM yang ketat presensinya (kehadiran). Sering meninggalkan perkuliahan, saya tidak bisa mengikuti ujian semua mata kuliah. Begitu pula di semester genap ini, saya hanya bisa mengikuti ujian untuk dua dari lima mata kuliah,” kata Dinan.
Kuliah khusus untuk eks timnas U-19 tetap dilakukan meski hanya diikuti satu atau dua mahasiswa. Apalagi, pemain tidak bisa datang bersamaan mengikuti kuliah.
“Pernah yang datang itu Yabes Roni Malaifani, Miftahul Hamdi dan Martinus Novianto Ardhi. Mereka tetap dilayani untuk perkuliahan tatap muka. Meski yang ikut cuma satu mahasiswa saja, kami tetap memberikan kuliah. Ini sudah menjadi komitmen UNY untuk kelas khusus. Seperti sekarang ini ada dua pemain yang kuliah,” ujar Siswantoyo.
Siswantoyo pun tak mempermasalahkan bila ada mahasiswa dari kelas khusus ini masuk di kelas reguler pada tahun ajaran baru. “Mereka bisa bersosialisasi dengan mahasiswa sehingga tidak ada kesan eksklusif,” jawabnya.
Yanto sendiri tak kesulitan bergaul dengan mahasiswa lain. Dia juga tak segan berlatih sepak bola bersama tim UNY.
“Tapi kami tak diizinkan tampil di Liga Pendidikan Indonesia,” tukas Yanto yang kemudian memasang kuda-kuda untuk berlatih silat. Ciaat!
Baca juga :
Ini Isi Statuta FIFA yang Dilanggar PSSI