Sukses


Karier Sepak Bola Alfin Tuasalamony di Persimpangan (1)

Bola.com, Jakarta - Bintang muda Timnas Indonesia, Alfin Tuasalamony, tak pernah membayangkan karier sepak bolanya berada di persimpangan. Pemain asal Tulehu, Maluku, itu terancam pensiun muda karena patah tulang kering kaki kiri.

Helaan napas sesekali terdengar jelas dari seorang pria muda berhoodie abu-abu yang hanya bisa duduk lemas di kursi roda. Terdapat sebuah perban di kaki kirinya dan sesekali dia mengerang kesakitan. Dengan bantuan pamannya, pemuda itu melenggak-lenggok melewati kerumunan orang yang berkumpul di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Kamis (25/6) siang.

Dari ratusan orang yang dilewatinya itu, mayoritas dari mereka pusing dengan masalah masing-masing. Andai tidak pusing pun, mereka lebih memilih untuk tidak berkomunikasi dengan pria tersebut.  

Namun, tetap saja ada satu pemuda yang menghampiri dan menyapanya. "Alfin Tuasalamony ya? Yang main di timnas Indonesia? Boleh minta foto bareng?".

Karena ada sebuah "kewajiban tak tertulis" dalam kegiatan berfoto untuk tersenyum terutama bersama fan, Alfin pun sedikit melebarkan otot-otot pipinya. Sejenak, sedikit kebahagiaan kecil terpancar dari raut wajahnya.

Usai berfoto bersama, Alfin kemudian didorong pamannya lagi menuju poliklinik. Sesampainya di lantai dua, kursi roda Alfin berbelok mengikuti kelokan ruangan dan dia kembali menghela napasnya. Di depan mukanya, ada sekitar 200 orang yang sedang menunggu giliran untuk bisa diperiksa dokter yang bertugas di Poliklinik Bedah RSCM.

Alfin Tuasalamony membuang rasa jenuh menanti giliran waktu berkonsultasi dengan dokter.  (Bola.com/Peksi Cahyo)

Mayoritas pasien rata-rata berasal dari kelas bawah. Alfin menjalani sesi pengobatan seperti ini karena faktor kocek. Ia tak sanggup membayar biaya pengobatan kelas VIP. Maklum, Alfin tidak punya sumber pemasukan. Klub Persija Jakarta belum juga melunasi tunggakan empat bulan gajinya.

Untuk sekali periksa Alfin harus merogoh kocek sebesar Rp 400 ribu. Dokter merekomendasikan Alfin sepekan tiga kali melakukan kontrol. Namun karena uang yang terbatas, ia memutuskan hanya satu kali sepekan kontrol ke RSCM.

Meski berstatus sebagai pemain bintang yang pernah bermain di luar negeri, plus membela Tanah Air di ajang internasional, Alfin tetap saja seorang pria biasa. Ia tak menyela untuk mengambil nomor pendaftaran. Tak ada pula uang pelicin untuk petugas rumah sakit agar dirinya dipanggil lebih cepat. Alfin harus menunggu seperti pasien lain.

"Harusnya kita ketemu di rumah saja, mas. Kalau menunggu di rumah sakit bisa lama sekali, kadang-kadang sampai sore. Beda sekali saat saya di Belgia, tidak sampai sepenuh ini. Saat itu, saya muntah karena kepala berbenturan dengan pemain lain. Pihak klub mengontak dokter yang bekerja di rumah sakit. Saya dirontgen, setelah itu pulang. Tak sampai 20 menit," mulai Alfin kepada Bola.com yang sepanjang Kamis (26/5) mendampingi aktivitasnya.

Mundur ke belakang pada Kamis, 30 April 2015, jadi momen kelam bagi Alfin Tuasalamony. Pemain yang bermain di Persija Jakarta itu baru pulang memenuhi undangan talk show sebuah stasiun televisi swasta bersama rekannya, Abduh Lestaluhu. Ia jadi korban pengendara mobil yang sembrono.

Alfin yang tengah duduk-duduk santai di pelataran ATM Center di kawasan Kalibata, Jakarta Timur, secara tiba-tiba diseruduk mobil yang baru masuk pelataran parkir di dekat ATM Center. "Kejadiannya begitu cepat, saya tidak bisa menghindar," ungkap Alfin.

Alfin mengaku trauma jika mengingat insiden dirinya ditabrak seorang ibu, yang belakangan diketahui baru bisa mengendarai mobil dalam hitungan bulan. "Saya masih sadar seusai kecelakaan. Melihat kaki yang patah, hati saya tercabik-cabik. Bayangan kalau karier sepak bola saya tamat langsung ada di kepala. Alamak, saya punya dosa apa sehingga harus mengalami kejadian seperti ini?" cerita Alfin.

Alfi Tuasalamony rajin berlatih jalan untuk membantu proses penyembuhan cederanya. (Bola.com/Peksi Cahyo)

Selepas insiden kecelakaan, Alfin sempat terkatung-katung. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Siaga oleh keluarganya, sebelum dipindahkan ke RSCM. "Kondisi patah kaki saya lebih parah dari dugaan. Ada beberapa urat yang putus. RS Siaga tidak punya peralatan memadai untuk melakukan operasi," ujar Alfin.

Saat di RSCM Alfin tak langsung mendapat dioperasi karena problem dana. Pihak penabrak hanya punya uang tunai Rp 20 juta, sementara biaya operasi menembus angka Rp 45 juta.

Rahmad Darmawan (pelatih Persija) dan Ramdani Lestaluhu (pemain Persija) yang cerewet ke pihak rumah sakit agar Alfin dioperasi dengan kelas terbaik di RSCM. "Kalau tidak segera dioperasi kondisi cedera Alfin akan semakin parah. Harapannya kembali bermain bola menipis. Harus ada tindakan cepat yang dilakukan," cerita Rahmad yang ditemui Bola.com di kesempatan berbeda.

KOCEK SENDIRI

Jadilah Alfin merogoh kocek pribadi sebesar Rp 25 juta, hasil patungan dengan pihak penabrak untuk biaya operasi pada Jumat (31/4). Rahmad dan Ramdani ikut membantu menutup biaya rawat inap sang pemain. Kelar operasi masalah-masalah lain bermunculan. Alfin masih harus menjalani operasi lanjutan pemasangan pen.

Pihak penabrak tidak punya cukup uang untuk menutup biaya operasi sang pemain. Alfin menjalani operasi kedua dan rawat inap pada Kamis (18/6) di kelas tiga. "Biaya operasi kedua lebih besar, di atas Rp 50 juta. Pihak rumah sakit menyarankan orang yang menabrak saya untuk mengurus BPJS untuk menutup biaya pengobatan," papar Alfin.

Lalu tidak ada bantuan dari Persija, PSSI, serta pemerintah?

"Ketua Persija, Ferry Paulus, sempat menjenguk sehari setelah saya kecelakaan. Manajemen Persija memberi bantuan Rp 5 juta, setelah itu komunikasi terputus. Saat masih sehat saja saya kirim pesan singkat, tanya soal kapan gaji saya dibayar, tidak pernah direspons. Apalagi sekarang saat cedera seperti ini? Utang Persija saya ikhlaskan saja," ungkap Alfin seraya menghembuskan nafas panjang dengan wajah penuh kegalauan.

"Sampai saat ini belum ada bantuan lagi. Belum belum ada satupun pengurus teras PSSI yang menengok saya. Mungkin mereka sedang sibuk mengurusi konflik. Saya sebenarnya tidak berharap bantuan uang. Dengan mereka datang menengok saja hati sudah senang. Saya masih punya tabungan kok yang bisa dipakai buat berobat," papar Alfin.

Yang terasa mengenaskan, ia juga tidak ditengok tim pelatih Timnas Indonesia U-23. Awalnya Alfin jadi salah satu pemain yang diandalkan Tim Merah-Putih SEA Games 2015 Singapura. Ia diplot jadi kapten Garuda Muda, sebelum akhirnya diganti Manahati Lestusen oleh pelatih Aji Santoso.

Alfin Tuasalamony didampingi oleh kerabatnya saat menjalani kontrol di R.S Cipto Mangunkusumo, Jakarta. (Bola.com/Peksi Cahyo)

"Pelatih timnas U-23 mungkin sibuk, sehingga tidak sempat menjenguk saya. Teman-teman satu tim seperti Manahati Lestusen, Paulo Sitanggang, dan beberapa lainnya sempat datang ke rumah sakit. Sedih juga tidak bisa ikut berjuang bersama mereka di SEA Games Singapura," ujar Alfin yang namanya mulai bersinar setelah ikut program pelatnas jangka panjang SAD di Uruguay.

Alfin pribadi sebetulnya punya ambisi pribadi menebus kegagalan SEA Games edisi sebelumnya. "Di tahun 2013 Indonesia hanya jadi runner-up. Saya punya tekad kuat membawa Indonesia juara di SEA Games tahun ini. Tapi takdir bicara lain," ungkap pemain kelahiran Tulehu, 13 November 1992 itu.

Alfin tak tahu kapan pastinya dirinya akan merumput lagi. Pemain yang biasa bermain di posisi bek sayap kanan itu kini menjalani hari-hari di rumah pamannya di kawasan Rawasari, Jakarta Timur. Ia didampingi sang ibunda, Afifa Tuasamu, dan adik bungsunya, Norma Tuasalamony.

Keduanya datang ke Jakarta untuk menguatkan hati Alfin. "Walau hidup berjauhan hubungan kami dekat satu sama lain. Papa dan mama, sejak kecil selalu membiasakan kakak beradik untuk saling perhatian satu sama lain," papar Norma.

Norma baru saja diwisuda sebagai Sarjana Ekonomi di Universitras Islam Makassar. Selama ini biaya kuliahnya disokong Alfin. "Saya yakin Abang Alfin bisa bangkit, kembali pemain bola lagi. Kalau tidak bisa pasti ada jalan untuk melanjutkan kehidupan. Saya dengar ia juga ingin kursus kepelatihan," tutur Norma seraya mengelus-elus Alfin yang saat sesi wawancara dengan Bola.com duduk di sampingnya.

Alfin mengaku beruntung saat dirinya terpuruk, ia dapat dukungan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya. "Banyak orang-orang yang membantu saya. Kehadiran mereka itu yang lebih penting. Beruntung saya punya mereka, karena saat melihat kaki hancur terlindas, di pikiran saya cuma satu: Tamatlah sudah karier saya."

Minggu (28/6) sore akan terselenggara sebuah laga penggalangan dana untuk Alfin di Lapangan Pertamina, Simprug, Jakarta Selatan dengan tajuk "Alfin Bisa", yang melibatkan sejumlah pesepak bola tenar. Selain acara tersebut, kelompok suporter fan Persija, Jakmania, intens melakukan penggalangan dana. Alfin butuh dana yang tak sedikit menjalani proses rehabilitasi.

"Alfin salah satu pemain masa depan Indonesia yang layak dapat perhatian. Jangan sampai bakatnya tersia-siakan akibat proses penyembuhan patah kakinya terhambat karena faktor biaya," komentar Imran Nahumarury, mantan pesepak bola nasional asal Tulehu.

Alfin yang pernah memperkuat klub Divisi Dua Belgia, CS Vise, mengaku tak patah arang dengan kondisinya. Ia terinspirasi dengan bintang sepak bola asal Papua, Boaz Solossa, yang bisa bangkit ke level permainan terbaik setelah dihantam tiga kali cedera berat. "Saya tidak tahu kapan akan bermain lagi. Akan tetapi saya akan berjuang sekuat tenaga untuk bisa pulih. Semoga Yang Di Atas mendengar doa saya," tutur Alfin.

Di balik wajahnya yang muram Alfin tetap menyimpan optimisme. Hidup adalah sebuah perjuangan bagi sang pemain yang sudah menekuni karier berliku dari lapangan kecil di Tulehu hingga Eropa. Jangan menyerah Nyong!

(Bersambung)

Baca Juga:

Cerita M. Nasuha, Bintang AFF 2010 Berjuang Pulih dari Cedera (1)

Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (2)

Siapa Mau Bantu Pengobatan Bintang Persija, Alfin Tuasalamony?

Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (1)

Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (3)

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer