Bola.com, Jakarta - Senyum manis terpancar dari sosok pria di dalam sebuah kontrakan berukuran 6x4 meter di kawasan Cibubur, Jakarta, Rabu (1/7/2015). Sesekali warga menyapa pria itu dengan sapaan akrab 'Bang Okto' saat melewati tempat teduh beratapkan seng di sebuah jalan sempit berbatu. Ternyata pria tersebut adalah bintang Piala AFF Tahun 2010, Oktovianus Maniani.
Oktovianus Maniani yang akrab disapa Okto dengan ramah menyambut kunjungan Bola.com. Ia terlihat tidak malu tempat tinggalnya yang amat sederhana didatangi. Kesan mewah pesepak bola top Tanah Air sama sekali tak nampak.
Saat Bola.com berkunjung ke kontrakannya, Okto mengaku sedang istirahat di sela-sela aktivitas rutinnya satu setengah bulan belakangan ini. "Sejak tadi malam saya melek sampai pukul tujuh pagi, maaf kalau mata saya terlihat masih mengantuk," tutur Okto.
Advertisement
Sembari mengobrol, pesepak bola asal Papua tersebut terlihat santai sambil bermain telepon genggam di atas kasurnya. Ia pun kemudian memutar musik dengan menggunakan perangkat ponselnya yang terkoneksi dengan sebuah speaker kecil yang ada di kamar.
Kisruh antara PSSI dengan Kemenpora berimbas negatif dengan terhentinya kompetisi kasta tertinggi ISL 2015. Jika kompetisi mulus, Okto semestinya membela klub promosi Pusamania Borneo FC. "Ketika mulai ribut-ribut soal verifikasi klub oleh BOPI, saya mulai membaca gelagat buruk. Saya mulai ragu kompetisi ISL 2015 akan berjalan lancar," ujar Okto, yang terlihat mulai bersinar saat membela Timnas Indonesia U-17 pada tahun 2005.
Benar saja firasat buruk akan ada prahara di dunia sepak bola nasional terbukti. Kompetisi yang sempat berjalan, berhenti karena perizinan pertandingan dicekal pihak kepolisian atas instruksi Menpora, Imam Nahrawi, yang berseteru dengan PSSI.
Okto mengaku pusing tujuh keliling dengan fakta pahit terhentinya kompetisi. Ia kehilangan mata pencarian sebagai pesepak bola, karena mati surinya kegiatan klub imbas ketiadaan kompetisi. Untuk itu, Okto harus memutar otak demi membiayai kehidupan dirinya dan juga keluarga.
"Saya musim lalu baru saja mengalami cedera berat patah kaki, yang membuat kontrak saya diputus Perseru Serui. Setelah absen lama, saya ingin kembali bermain mencari rezeki buat keluarga," tutur Okto.
"Pikiran saya saat liga terhenti adalah pulang ke Papua untuk menjadi nelayan, karena bapak saya adalah seorang nelayan," lanjut sang pemain.
Bersama sang istri Meryam Magdalena dan ketiga anaknya Ben Elia Maniani, Carina Dorchie Maniani, dan Serginho Mesack Maniani, ia memutuskan meninggalkan Samarinda di pertengahan Mei untuk mudik ke Jayapura. Pusamania Borneo FC untuk sementara meliburkan aktivitas tim karena kompetisi belum jelas kapan kembali bergulir.
Namun, saat hendak pulang ke Papua bersama keluarga, Okto ditelepon kawan sekampungnya, Christian Karobaba. Ia ditawari bermain sinetron bertemakan sepak bola. Seperti ketiban durian runtuh, mantan pemain Perseru Serui itu tanpa ragu langsung mengiyakan tawaran peran pengganti profesinya sebagai pesepak bola tersebut.
"Saya putuskan menerima tawaran itu. Saat berada di bandara saya putuskan langsung ke Jakarta, sementara keluarga pulang ke Papua. Saya punya tanggung jawab yang besar terhadap keluarga saya pribadi dan keluarga besar. Keponakan saya sudah begitu banyak. Sebagai tulang punggung keluarga, saya terima tawaran Bang Tian (sapaan akrab teman kecilnya itu)," jelasnya.
"Tuhan sudah atur setiap orang punya rezeki masing-masing, karena jika Tuhan berencana maka tidak ada yang mustahil," lanjutnya.
Datang ke hiruk pikuk Ibu Kota, kebagian peran cukup penting di sinetron yang berjudul Madun. Bau-bau sepak bola masih terasa kental. Di sinetron yang ditayangkan di SCTV itu ia bukan berperan sebagai pemain sepak bola. Okto justru berperan sebagai pelatih di sebuah tim, yang menjadi lawan tim dari pemeran utama dalam sinetron yang tayang di masa prime time Oktovianus Manianiitu.
Karena tak punya latar belakang akting, pada awalnya Okto mengaku kagok menjalani pekerjaan baru sebagai aktor. "Kesulitan pertama bermain sinetron adalah menghafal dialog. Kalau ingin bermain bola bagus kita harus menghafal gerakan. Kalau di sinetron ingin bermain bagus kita harus hafal dialog tiap scene-nya," ungkap Okto.
"Peran saya sebagai pelatih dari tim, yang menjadi saingan utama tim dari pemeran utama. Ternyata pengalaman saya saat diarahkan pelatih, bagaimana strategi dan posisi dalam bermain ketika menjadi pemain, menjadi modal awal yang sangat berharga bagi saya untuk mendalami peran," lanjutnya.
AJAK TIBOÂ
Okto menanamkan sifat kerja keras dan kesenangan dalam menjalani profesi baru ini. Ada beberapa lawan main Okto di sinetron tersebut, seperti pelawak Udin Nganga dan Suramalin Beta yang juga membantu untuk membimbing dirinya ke arah yang lebih baik lagi dalam berakting.
"Udin Nganga senior saya. Dia tidak sombong dan selalu mengarahkan saya untuk menghafal setiap dialog di dalam scene-nya. Begitu juga Kaka Beta yang selalu mengajarkan saya berakting menjadi pelatih," ujar Okto sambil tertawa dan menyebut kalimat ciri khas scene-nya, 'Siapa dulu adiknya Udin Nganga, orang nomer lima terkaya se-Asia Tenggara'.
Seiring jalannya waktu, pihak produser sinetron menanyakan Okto perihal adakah pemain sepak bola yang bisa ikut serta untuk beradu akting dengannya. Selanjutnya, mantan pemain Timnas Indonesia U-15 tersebut mengajak rekan seprofesinya sebagai pemain sepak bola, Titus Bonai alias Tibo.
"Pertama, saya merekomendasikan Kaka Elie Aiboy. Namun, senior saya itu lebih memilih kembali ke Padang untuk berkumpul dengan anak-istri, sambil menunggu kepastian klub. Lalu, saya mengajak Titus Bonay, yang kebetulan juga tengah menganggur," kata Okto.
"Saya katakan ke Tibo, tidak banyak pemain bola yang beruntung diajak bermain sinetron saat liga terhenti, padahal masih banyak nama-nama besar pesepak bola yang lebih terkenal dari kami. Daripada main turnamen antarkampung yang rawan cedera mending ia ikut main sinetron," cerita Okto.
Â
Akhirnya, Tibo yang nasibnya juga terkatung-katung di Sriwijaya FC langsung menerima ajakan Okto nyemplung di dunia hiburan. Di Jakarta, Tibo tinggal bersama Okto di kontrakan sederhana yang berukuran kecil, dengan penuh keakraban.
"Sama seperti Okto saya juga modal nekat main di sinetron Madun. Masih harus banyak belajar. Ya rezeki halal tak boleh ditolak," ujar Titus Bonai.
Saat didatangi Bola.com pada Rabu (1/7/2015) Okto tengah menunggu giliran syuting. Berbeda dengan pekerjaan sebagai pesepak bola, yang waktu aktivitasnya tertata rapi, di dunia hiburan tidak demikian.
"Kalau main bola kan jelas waktunya kapan latihan dan bertanding, beda di sinetron. Satu kali syuting bisa seharian, jeda waktu pengambilan gambar yang melibatkan saya bisa lama atau sebentar tergantung kehadiran rekan main lainnya yang kebetulan syuting di berbagai sinetron di satu hari yang sama," terang Okto.
Walau begitu bukan wajah lelah seperti yang terpancar. Justru mantan pemain Persitara Jakarta Utara, Sriwijaya FC, serta PSMS Medan itu terlihat santai. "Namanya cari uang buat keluarga harus dinikmati. Saya lebih banyak mengisi hari-hari saya di jeda syuting dengan tidur dan dengar musik," papar Okto yang tiap hari rutin menelepon keluarga untuk melepas rasa rindu.
Dengan penuh semangat, Okto memancarkan raut wajah gembira dengan ciri khas senyuman manisnya saat melakukan latihan adegan di lapangan sepak bola Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, lokasi pengambilan gambar sinetron Madun. Okto melakukan teknik dasar sepak bola seperti dribel, juggling, dan passing demi mendalami perannya di sinetron sebagai pelatih.
"Hitung-hitung pemanasan jaga kebugaran. Pengambilan gambar saya baru nanti malam," ucap gelandang sayap berkepala pelontos dengan wajah ceria.
Saat malam hari menjelang, Okto langsung bersiap ke lokasi syuting. Suasana keakraban sangat terasa antara Okto, Tibo, dan beberapa pemain sinetron lainnya. Tanpa ragu, pria dengan tinggi 162 cm itu beradaptasi dengan profesi barunya sambil diringi keceriaan di dalam suasana keseriusan lokasi syuting.
"Sudah memasuki hari ke-41 saya lakoni peran dalam sinetron, ini tidak terasa sama sekali. Saya gembira," ungkap Okto sambil menunjukan raut wajah yang sumringah.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Selanjutnya
RINDU LAPANGAN
Kegembiraan juga terpancar dari beberapa lawan mainnya di dalam sinetron, Tisaa Biani Azzahra yang mengaku sangat senang bisa beradu akting dengan pemain sepak bola sekelas Oktovianus Maniani dan Titus Bonai. Hal yang sama juga diungkapkan, Baron Yusuf Siregar yang berperan sebagai Martin dan sekaligus kapten dari tim yang dilatih Okto.
"Asyik banget, susah dijelasin dengan kata-kata. Keren banget nggak ada duanya Bang Okto dan Bang Tibo," kata Baron di lokasi syuting.
"Pastinya kita sering liat Okto dan Tibo di televisi dalam pertandingan. Suatu kebanggaan bisa satu pekerjaan dengan salah satu pemain yang pernah bermain di Timnas Indonesia. Bermain bola sudah pasti jago, kalau akting ada bakat yang mendalam," kata Sumarlin Beta yang menjadi lawan main Okto dalam sinetron.
Beta yang juga pemeran bintang Timnas Indonesia U-19, Roni Yabes di film Garuda 19 jadi rekan diskusi Okto serta Tibo. "Kebetulan saya freestyler football, jadi banyak berbagi tips atraksi menggunakan bola dengan mereka."
Okto benar-benar sangat menikmati aktivitas barunya sebagai pesinetron. Wajah raut gembira bak artis Hollywood terlihat di sepanjang sesi syuting. "Honor dari sinetron, saya gunakan untuk mewujudkan target saya pada tahun 2014-2015, yaitu membangun rumah sendiri. Selain itu, saya juga gunakan untuk membiayai anak-anak dan kepoakan saya sekolah," ujar Okto yang menerima bayaran setiap melakoni 36 hari syuting
Walau berstatus pendatang baru di dunia hiburan, adegan demi adegan Okto jalani dengan profesional. Sesekali di dalam adegan Okto memunculkan kegembiraan yang membuat suasana pengambilan gambar lebih hidup.
Namun, di balik episode barunya sebagai pesinetron, Okto tetap menganggap dirinya bukan artis. Ia bersama Tibo sejatinya menganggap dirinya tetap seorang pesepak bola. Tak ada niatan untuk 100 persen banting setir meninggalkan dunia yang membesarkannya.
"Saya sama sekali tidak ingin tenar seperti artis-artis yang tampil bareng di sinetron Madun. Okto tetap Okto, anak nelayan yang jadi pesepak bola," ucap Okto.
Okto tak ingin jadi kacang lupa kulitnya. Kilas balik ke masa 20 tahun lalu di sebuah kampung terpencil kota Jayapura, Papua yang bernama Desa Hamadi ia meretas mimpi jadi pesepak bola untuk mengubah nasib. Okto lahir dari keluarga nelayan. Bakat bermain sepak bola diasah dengan otodidak dengan berlatih rutin di pinggiran pantai.
"Saya ingi bermain sepak bola karena banyak hal bisa dilihat oleh mata saya. Banyak senior saya yang punya kehidupan sejahtera dalam meniti karier di dunia sepak bola. Disitulah timbul rasa untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Saya ingin mengubah nasib lewat olah raga yang saya cintai," kata. Oktovianus Maniani
Di usia yang terhitung muda, pesepak bola kelahiran 27 Oktober 1990 itu karier sepak bolanya cepat melesat. Ia jadi salah satu pemain bintang yang dipuja publik di Piala AFF 2010. "Semoga konflik sepak bola Indonesia segera berakhir. Saya sudah rindu bertanding di lapangan," ungkap sang pemain seraya menarik nafas panjang. Panjang sabar ya Kaka Okto.
Â
Baca Juga:
Cerita M. Nasuha, Bintang AFF 2010 Berjuang Pulih dari Cedera (1)
Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (2)
Siapa Mau Bantu Pengobatan Bintang Persija, Alfin Tuasalamony?
Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (1)
Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (3)
Advertisement