Bola.com, Semarang - Persis Solo sedang dilanda kekecewaan. Maklum, harapan meraih juara di Piala Polda Jateng pupus begitu saja setelah kalah secara dramatis sekaligus kontroversial dari PSIS Semarang.
Dalam final lanjutan di Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu (2/8), Persis dipaksa menyerah 1-2. Hanya, gol kemenangan PSIS dtentukan lewat penalti kapten Fauzan Fajri saat injury time sudah melebihi waktu. Padahal wasit Maulana hanya memberi empat menit untuk tambahan waktu.
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya soal tambahan waktu yang sudah lewat, tapi penalti yang diberikan juga mengada-ada. Bagaimana tidak, pemain Persis tidak melakukan pelanggaran apa pun di kotak terlarang. Mereka juga tidak bersentuhan dengan pemain PSIS.
Gelandang Persis Abdi Gusti mengungkapkan dirinya justru terjatuh karena didorong pemain PSIS saat terjadi kemelut di depan gawang. Dalam situasi itu, bek Persis Ryco Fernanda langsung membuang bola ke tengah lapangan. Tapi wasit Maulana yang berasal dari Semarang ini justru meniup peluit karena adanya pelanggaran.
“Ada dua hal penting terkait penalti. Wasit memberikan tambahan waktu empat menit. Tapi dia tak mengakhiri pertandingan meski tambahan waktu sudah memasuki menit kelima. Yang kedua, tidak ada pelanggaran yang dilakukan pemain kami. Tidak ada sentuhan di antara pemain. Posisi fifty-fifty. Tapi wasit meniup peluit,” kata Totok Supriyanto, Manajer Persis.
“Kemenangan PSIS sungguh tidak fair. Kemenangan Persis dirampas. Bahkan wasit sampai memukul pemain kami,” tambahnya.
Sementara pelatih Aris Budi Sulistyo mengungkapkan penampilan Persis sangat bagus. Mereka juga tampil nothing to lose. Kedua tim pun memperlihatkan permainan yang bagus.
“Tapi semua itu dirusak wasit di injury time. Pengadil yang jadi pemenang di pertandingan ini. Kami sudah memperkirakan bakal dikerjain. Tapi ini sungguh keterlaluan. Silakan saja kalau memberi penalti tapi saat pertandingan masih ada 10 atau 15 menit. Ini penalti diberikan di detik terakhir saat tambahan waktu sudah lewat,” tegas Aris.
“Kejadian ini mengingatkan bila PSIS seperti sudah identik dengan sepak bola gajah. Pemain saya tidak cengeng. Tapi usai pertandingan, semua pemain menangis,” tambahnya.
Kasus sepak bola gajah melibatkan PSIS saat menghadapi PSS Sleman di babak 8 Besar Divisi Utama, Oktober tahun lalu. Kedua tim bermain sepak bola tapi tak ada yang ingin mencetak gol. Sebaliknya, PSS dan PSIS saling berebut membuat gol bunuh diri.
Kasus itu membuat para pemain, pelatih dan ofisial kedua tim dijatuhi sanksi. Hanya satu yang lolos sanksi, Manajer PSS, Supardjiono. Kasus ini bakal dibuka kembali setelah empat pemain PSS buka mulut soal skenario sepak bola gajah.
Baca juga :
Keributan Warnai Final Piala Polda Jateng
Diwarnai Penalti Kontroversial, PSIS Juara Piala Polda Jateng
Final Piala Polda Jateng: Persis Menolak Menyerah!