Bola.com, Jombang - Setelah dua kali gaji dari kontrak melatih di Gresik United (GU) dan Persik Kediri dikemplang, Djoko Malis Mustafa memutuskan meninggalkan dunia sepak bola yang telah mengharumkan nama dan mengangkat kariernya. Kendati selama melatih belum pernah meraih sebuah gelar, Djoko Malis mengaku puas. Apa alasannya?
"Cita-cita saya melatih Persik dan itu telah terwujud. Meski, saat itu Persik pada 2012 tak tampil di level tertinggi sepak bola nasional setelah klub itu terdegradasi di Divisi Utama. Alasan lain, analisis saya setelah dua kali gaji tak terbayar, saya melihat masa depan sepak bola akan semakin suram. Di Gresik United tak dibayar lima bulan, di Persik tujuh bulan. Makanya, saya tak mau lagi hidup dari olahraga ini," ungkap sosok yang pernah membawa Persmin Minahasa jadi Tim Fair Play LI 2006 itu.
Advertisement
Keputusan Djoko Malis meninggalkan panggung sepak bola tiga tahun lalu itu termasuk penuh risiko. Pasalnya, saat itu ketiga anaknya sedang butuh biaya besar untuk sekolah dan kuliah. Karena dorongan sang istri, Sufie Ethika, terutama anak-anaknya, Djoko Malis dengan mantap melupakan sepak bola.
"Saya sarankan agar Mas Djoko tak hidup dari bola lagi. Anak-anak juga keberatan karena bila ayahnya melatih klub bawaannya stres. Kalau sudah begitu, dia sering marah-marah. Saya lihat ini tak bagus untuk keharmonisan sebuah rumah tangga. Makanya, kami investasi membuka toko roti di Ruko Griya Permata Blok A2 Gedangan, Sidoarjo," tutur Sufie Ethika, ketika ditemui Bola.com di rumahnya, Jalan Wachid Hasyim 76 Jombang, Jatim.
"Sebenarnya soal bikin roti, itu hobi istri saya. Makanya, dia punya peralatan lengkap untuk membuat kue basah dan kering. Setelah minta petunjuk Allah SWT, kami makin mantap beralih profesi. Semua tabungan kami kuras untuk investasi itu. Produk roti pakai nama anak saya, Jacqueline Cake and Bakery. Sekarang kami punya empat outlet. Kami berencana menambah outlet di mal-mal Surabaya dan membuka cabang di Malang. Target kami tahun ini punya sembilan outlet dan satu cabang," papar mantan bintang Niac Mitra, yang mencetak satu gol bersama Fandi Ahmad saat mengalahkan Arsenal 2-0 di Surabaya pada 1983 lalu itu.
Djoko Malis beruntung beristri Sufie yang juga notaris cukup kondang di Jombang. Berbekal gelar sarjana ekonomi manajemen, Djoko belajar menerapkan ilmunya itu.
"Saran saya kepada pelaku sepak bola Indonesia, selama masih jaya mereka harus rajin menabung. Menuntut ilmu juga penting. Ini bisa diterapkan saat sudah pensiun dan mencoba usaha di luar sepak bola. Apalagi situasi sepak bola nasional tak menentu sejak dualisme dan perebutan kekuasaan pada 2012 lalu itu," saran pemain timnas era 70-an itu.
Soal bisnis properti, Djoko Malis dan Sufie sangat jeli menanamkan modal. Dari tabungan dan pinjaman bank, mereka membeli beberapa rumah yang lokasinya strategis untuk dijual lagi.
"Rumah itu juga untuk usaha roti. Jual beli rumah prospeknya sangat bagus. Dari harga beli Rp 600 juta, bisa laku Rp 1,1 miliar dalam setahun. Kalau masih hidup dari bola, berapa tahun bisa dapat uang sebesar itu?” ucapnya, yang mengaku asetnya kini telah mencapai Rp 10 miliar lebih.
Kendati begitu, sejatinya Djoko Malis dan Sufie Ethika telah jatuh bangun merintis berbagai bisnis. Mereka sempat membuka toko olahraga, bengkel motor, dan pengadaan beras sebagai kolega Bulog. "Semua usaha itu bangkrut. Kerugian terbesar saat bisnis beras," kenangnya.
Baca Juga :
Feature: Di Balik Kisah Pengadil Lapangan Piala Kemerdekaan
Feature: Yusuf Ekodono, Kisah Perjuangan Eks Striker Persebaya
Feature : Eks Timnas U-19: Fokus Kuliah Usai Kompetisi Terhenti