Bola.com, Jombang - Meski telah melupakan sepak bola, ketika Bola.com mengungkit masa kejayaan Djoko Malis semasa masih jadi pemain, mata mantan pelatih Persik Kediri itu berkaca-kaca. Kenangan indah saat berbaju Niac Mitra dan Persebaya pun muncul. Djoko Malis mulai antusias bercerita sepak bola lagi.
"Kontrak pemain dulu tak besar seperti sekarang. Tapi, kami sangat bangga dan menjunjung tinggi profesi. Hidup kami susah, tapi harus rajin menabung untuk masa depan. Saya bisa seperti sekarang karena melakukan itu," jelasnya.
Advertisement
Saat menceritakan soal kemenangan Niac Mitra atas Arsenal yang kala itu diperkuat lima pilar timnas Inggris, tepatnya pada 1983, Djoko Malis lebih bersemangat lagi.
"Wah, selama hayat kenangan itu tak terlupakan. Apalagi saya mencetak satu gol bersama Fandi Ahmad. Fandi cetak gol menit 37, saya menit 85. Sebenarnya saya bisa menjebol gawang Pat Jennings dua kali, tapi bola membentur tiang gawang. Ini bisa jadi cerita anak cucu," kata Djoko Malis ketika disambangi Bola.com sedang punya hajatan menerima lamaran putri keduanya, Jacqueline Marsha Meliska.
Djoko Malis mengawali karier sepak bola di klub PSAD Surabaya pada 1973 yang dilatih almarhum Solekan. Meski punya prestasi dan kenangan manis, Djoko Malis hanya memiliki selembar foto tempo dulu saat berlatih di PSAD.
"Hanya foto ini yang saya miliki. Syamsul Arifin yang punya koleksi banyak saat kami di Niac Mitra. Kapan-kapan saya akan minta pada dia untuk kenang-kenangan," paparnya.
Ketika dikorek konflik sepak bola antara PSSI dan Menpora Imam Nahrawi, Djoko enggan berkomentar. Setelah dipancing, dia berceloteh juga.
"Susah mencari siapa yang benar dan yang salah. Yang jelas, sepak bola kita sudah keluar jauh dari koridornya yang menjunjung tinggi sportivitas dan fairplay. Konflik ini akibat oknum pengurus, pelatih, pemain, dan wasit yang tak punya akhlak mulia. Mereka hanya mengejar materi, tapi kini korbannya sangat banyak," ucapnya.
Soal talenta pesepak bola sekarang, Djoko yang selalu menerapkan tes psikologis pada pemainnya itu, mengakui bakat mereka sangat bagus dibanding pemain masa lampau.
"Tapi, pemain sekarang cengeng di lapangan. Saya melihat itu dijadikan trik untuk mengelabui lawan dan wasit agar dapat hadiah pelanggaran. Padahal bakat mereka sangat bagus. Tanpa trik-trik murahan seperti itu, sebenarnya mereka mampu bermain bagus. Pemain sekarang bisa maju karena teknologi juga maju. Mereka bisa belajar cara teknik main bola dari internet dan buku-buku. Zaman saya dulu lebih banyak otodidak," ungkapnya.
Baca Juga :
Duet Eks Persik Perkokoh Lini Belakang PSIR di Piala Kemerdekaan
KOLOM: Belajar dari Bahrain Mengelola Sepak Bola
HM Mislan Tutup Usia, Sepak Bola Indonesia Berduka