Bola.com, Jakarta - Ranking Indonesia di FIFA mengalami penurunan satu peringkat. Sesuai ranking terbaru yang dirilis FIFA per 6 Agustus 2015, Indonesia berada di peringkat ke-165 atau turun satu ranking dari 164 pada bulan lalu.
Penurunan ini memang tidak tajam karena hanya satu tingkat, namun terbilang sangat ironis. Faktanya, Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan sepak bola di Asia, khususnya Asia Tenggara, harus rela dilewati Timor Leste.
Advertisement
Dalam kancah sepak bola ASEAN, Timor Leste boleh dibilang anak bawang karena bekas provinsi di Indonesia ini baru memperoleh kemerdekaan secara resmi pada 2002. Artinya, sepak bola di negara itu baru menggeliat seiring pertumbuhan masyarakat serta infrastruktur sebagai negara baru.
Sejak kemerdekaan Timor Leste diakui, negara yang beribu kota di Dili itu nyaris tak pernah menang atas Indonesia kala kedua negara bertemu di lapangan hijau di berbagai ajang serta level tim nasional. Bisa dibilang, soal sepak bola Timor Leste masih di bawah Indonesia, yang dibuktikan dengan ranking FIFA. Timor Leste tak pernah mengungguli Indonesia di ranking FIFA, hingga 6 Agustus 2015.
Per 6 Agustus 2015, Timor Leste berada di ranking 163 FIFA atau dua peringkat di atas Indonesia, dengan poin 130 atau enam poin lebih banyak daripada Indonesia.
Seolah belum cukup, pukulan paling telak diperoleh dari Bhutan. Negara mungil berbentuk kerajaan ini nyaris tak pernah terdengar suaranya di pentas sepak bola internasional. Meski tercatat sebagai anggota FIFA sejak 2000, negara yang berstatus sebagai negara paling bahagia di Asia ini menghabiskan mayoritas waktunya sebagai tim yang paling sering menghuni dasar peringkat FIFA.
Pada Maret lalu, Bhutan masih berada di peringkat 209 dari 209 anggota FIFA. Ketika itu, poin mereka nol alias tak memiliki poin. Ketertinggalan Bhutan dalam hal sepak bola terlihat dari rekor pertandingan mereka. Sejak 1982, Bhutan hanya pernah memenangi tiga pertandingan, baik di laga resmi maupun uji coba dan persahabatan, serta lima kali hasil imbang. Selebihnya mereka takluk dengan jumlah kebobolan relatif besar daripada lawan.
Namun, negara yang tak diperhitungkan di peta sepak bola dunia ini mampu mengukir kejutan dengan memenangi laga tandang mereka untuk kali pertama sepanjang sejarah sejak 2000. Sejarah itu tercipta kala Bhutan menundukkan Sri Lanka di putaran pertama leg pertama kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan skor 1-0 di Stadion Sugathadasa, Kolombo.
Kemenangan berlanjut dengan skor 2-1 di leg kedua saat Bhutan giliran menjamu Sri Lanka di Thimpu, Bhutan. Hasilnya, untuk pertama kalinya Bhutan melaju ke putaran kedua kualifikasi Piala Dunia.
Walau "hanya" memenangi dua pertandingan, imbasnya sangat dahsyat buat Bhutan. Sepak bola Bhutan mulai mendapat perhatian media massa internasional. Dan lagi-lagi, untuk pertama kalinya mereka terbebas dari posisi paling buncit di ranking FIFA. Per April 2015, Bhutan membuat lompatan tertinggi sepanjang sejarah negara itu, dengan berada di ranking 163 FIFA. Itu berarti mereka meloncat 46 peringkat.
Meski setelah itu Bhutan dikalahkan lawan di putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2015 pada Juni lalu, posisi Bhutan di ranking FIFA mulai stabil. Terakhir, per 6 Agustus 2015, Bhutan berada di ranking ke-164 FIFA atau satu tingkat di atas Indonesia, dengan poin 128, empat poin lebih banyak dari Indonesia.
Timor Leste dan Bhutan terus berpeluang memperbaiki peringkat mereka karena bulan depan, sesuai kalendar FIFA, ada match day FIFA seperti lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018. Maka, jangan heran apabila kedua negara yang tadinya "tidak ada apa-apanya" dibanding sepak bola Indonesia, makin jauh meninggalkan negara ini di ranking FIFA.
Ranking FIFA memang bukan sesuatu yang pantas didewakan, tetapi setidaknya ranking itu menjadi representasi pencapaian tim nasional. Bila kondisi sepak bola di Tanah Air terus berlanjut seperti sekarang, bukan tak mungkin ranking Indonesia di FIFA makin melorot. Selama konflik PSSI-Kemenpora belum terselesaikan, sulit rasanya sanksi FIFA bakal dicabut, yang artinya Tim Garuda juga tak diizinkan tampil di ajang internasional untuk mendulang poin demi poin.
Bila begitu keadaannya, siap-siap saja Indonesia kembali ke momen buruk dalam sejarah ranking FIFA, yakni ranking 170, atau bahkan lebih buruk dari itu. Sejauh ini posisi 170 merupakan ranking terburuk Indonesia sejak PSSI tergabung di FIFA pada 1952. Ranking itu tercipta sebagai imbas dualisme federasi.
Akankah pencapaian buruk itu terulang lagi atau bahkan tercipta "rekor baru" ranking terburuk di FIFA sebagai dampak konflik PSSI-Kemenpora yang hingga sekarang belum menunjukkan tanda-tanda ke arah perdamaian? Semoga tidak.