Sukses


Ryuji Utomo, Cucu Profesor yang Berpetualang ke Bahrain

Bola.com, Jakarta - Di sebuah sore, pemuda berambut gondrong berwajah oriental dengan sandal jepit dan tas ransel memasuki kompleks Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Ia disambut belasan teman-temannya berkostum sepak bola. Mereka bersiap menjalani latihan di stadion yang sejatinya telah digusur Pemprov DKI Jakarta untuk keperluan pembangunan stasiun MRT.

Ryuji Utomo, pemuda tinggi tegap jadi yang terakhir datang ke lapangan yang pernah menjadi home base Persija Jakarta itu. Ryuji, pesepak bola belia yang baru meretas karier profesional pada tahun 2015 ini.

Ryuji Utomo (tengah) berlatih keras di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, menjelang keberangkatan ke Bahrain. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Beberapa pekan terakhir, pesepak bola kelahiran Jakarta, 1 Juli 1995 itu, menjadi buah bibir para pencinta sepak bola Tanah Air. Pemain yang berposisi sebagai bek tengah yang pernah menjadi anggota Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri tersebut diminati klub Divisi Dua Bahrain, Al Najma.

Bukan kali pertama Ryuji, yang berdarah Jepang dari garis keturunan ibundanya, melanglang ke luar negeri. Ia jadi salah satu pemain yang ikut program mercusuar PSSI SAD Uruguay pada 2012-2013.

Uniknya, saat memutuskan ingin menjadi pesepak bola, Ryuji sempat mendapat tentangan dari keluarganya. Bakat Ryuji dilihat oleh guru olahraganya di sekolah dasar Al-Iklas. "Kebetulan pelatih ekstrakurikuler di sekolah saya merupakan pelatih di SSB ASIOP. Jadi, dia mengajak saya untuk bergabung ke dalam timnya di ASIOP. Saya iyakan saja karena memang saya suka sekali bermain sepak bola," ungkap Ryuji.

Namun, Ryuji merasakan batu sandungan ketika ingin bergabung bersama ASIOP. Orang tua Ryuji, Adi Prabowo-Mariani Setianingsih, sangat mementingkan pendidikan. Ibunda Ryuji merupakan putra cucu profesor spesialisasi kedokteran anak, Soehasim, yang berpraktek di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. 

Ryuji Utomo Prabowo sempat ditentang orang tua saat berniat menekuni karier sebagai pesepak bola. (Bola.com/Vitalis Yogi)

"Papa dan Mama sempat tidak mengizinkan saya bermain bola. Saya harus beberapa kali ngumpet-ngumpet untuk ikut latihan di ASIOP. Lama kelamaan ketahuan juga. Akhirnya, mereka mengizinkan saya untuk masuk ASIOP dengan satu syarat yaitu, saya harus mendapatkan rangking tiga besar di sekolah. Jika tidak, saya harus keluar dari ASIOP," cerita Ryuji.

Saking inginnya jadi pesepak bola, Ryuji rela kehilangan waktu santai. Di luar aktivitas sekolah dan latihan di ASIOP, ia menjalani les untuk mendukung pendidikannya.

"Masih teringat mama ikut membantu saya belajar. Mama selalu mengantar saya latihan bersama ASIOP di  kawasan Senayan, sembari melontarkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan pelajaran di perjalanan. Saya sukses membuktikan ke papa dan mama bisa selalu masuk 10 besar rangking sekolah," ungkap penggemar tokoh kartun pesepak bola asal Jepang, Tsubasa.

Selanjutnya pada 2006, Ryuji meneruskan petualangan karier juniornya di SSB Villa 2000. Bersama  klub yang bermarkas di Sawangan, Depok, tersebut, Ryuji mengecap pengalaman bertanding di sejumlah turnamen internasional. Ia masuk skuat Timnas Indonesia U-14 di Kejuaraan Sepak Bola Pelajar 2008.

Di tahun 2009 ia berangkat dengan pemain belia Villa 2000 lainnya ke  Penang, Malaysia, untuk tampil di putaran final Asia Tenggara ajang Manchester United Primer Cup (MUPC). "Di ajang MUPC zona Indonesia saya terpilih sebagai Gelandang Terbaik. Orang tua saya mulai benar-benar menyadari bakat saya bermain sepak bola. Dukungan moral mereka berikan  ke saya untuk mencapai cita-cita," ujar bek pengidola Sergio Ramos itu.

Ryuji Utomo Prabowo, dua kali gagal tampil di ajang internasional Timnas Indonesia U-19. (Bola.com/Vitalis Yogi)

PINDAH POSISI

Sepanjang bermain di level junior, Ryuji sering berpindah-pindah posisi mulai striker, gelandang, hingga memantapkan dirinya menjadi bek sayap.

Posisi paten sebagai bek sayap dijalani Ryuji saat bergabung dalam program SAD Uruguay. "Saya juga merasa paling nyaman bermain sebagai wing back. Bekal pengalaman berganti posisi membuat saya bisa lebih lugas membaca pergerakan striker dan para gelandang," tutur kata pemain yang menimba ilmu di SMA Pangudi Luhur Jakarta Selatan tersebut.

Saat berangkat ke Uruguay, Ryuji yang masih belia membunuh rasa kangen dengan keluarganya. "Saya lahir dari keluarga yang satu sama lain dekat hubungannya. Tidak mudah berpisah dengan papa, mama, serta kakak saya. Tapi, uniknya mereka justru yang mendorong saya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan menimba ilmu di Uruguay. Jadilah saya berangkat dengan rasa kepercayaan diri tinggi," ungkap putra bungsu dari dua bersaudara ini.

Bersama tim SAD, Ryuji seperti merasakan getaran bermain layaknya gladiator lapangan hijau. Menurut Ryuji, sepak bola di Uruguay memiliki tempo permainan tinggi dan duel yang sangat keras antarpemain.

"Sepak bola Uruguay amat keras menjurus kasar. Fisik saya harus benar-benar bugar karena benturan fisik seringkali terjadi dalam sebuah pertandingan. Awalnya sempat kaget juga, tapi lama-lama terbiasa dan bisa menikmati," kata Ryuji.

Ryuji kembali ke Tanah Air seiring pembubaran program SAD oleh PSSI. Ia dipanggil untuk  mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-19 guna menghadapi Piala AFF U-19 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya, ia gagal masuk tim asuhan Indra Sjafri karena cedera paha. Tim Merah-Putih kala itu jadi juara turnamen. Nama-nama pemain muda macam Evan Dimas, Ilham Udin, Putu Gede, jadi idola baru publik sepak bola nasional.

Usai pulih dari cedera, Ryuji bergabung dengan Persib Bandung U-21. Sinar kebintangan sang pemain kembali berkilau di Tim Maung Ngora. Pemain yang jadi fans berat band rock Amerika era 90-an, Nirvana itu, masuk skuat Timnas Indonesia U-19 di Kualifikasi Piala AFC U-19 2014.

Profil Ryuji Utomo Prabowo (Bola.com/Samsul Hadi)

Bersama pemain lainnya ia menjalani pelatnas jangka panjang selama setahun sebelum Tim Garuda Jaya berlaga di putaran final Piala AFC U-19 di Myanmar. Indra Sjafri dalam sejumlah kesempatan menyebut Ryuji masuk jadi salah satu pemain andalan.

Sayang, nasib sial menghampiri Ryuji. Saat membela timnas U-19 di turnamen Sultan Hasanah Bolkiah di Brunei, ia dihantam cedera ligamen. Ia gagal berangkat ke Myanmar. "Jujur saja, hati saya amat sesak. Membela Tim Merah-Putih di ajang bergengsi jadi mimpi saya," ungkap Ryuji.

Namun, dasar Ryuji punya mental tangguh, tak butuh waktu lama baginya untuk kembali ke level permainan terbaik. Di pengujung 2014 hawa keberuntungan datang kepadanya.

GAGAL DI JEPANG

Ryuji ditawari trial (tes) ke salah satu klub J-League, Jubilo Iwata. Ia berangkat bareng dua pemain muda lainnya, Gavin Kwan dan Syamsir Alam. "Belum rezeki. Setelah mengikuti serangkaian tes di Jepang, saya gagal direkrut," kata pemain yang suka bermain gitar dan drum tersebut.

Gagal mengikuti tes di Jepang, tidak membuat Ryuji menyerah untuk menggapai cita-citanya menjadi pemain sepak bola profesional. Pria yang doyan menonton film itu mendapat tawaran kontrak dari Mitra Kukar menjelang Indonesia Super League (ISL) 2015.

Ryuji Utomo Prabowo, sempat berfikir buat melanjutkan kuliah melihat konflik sepak bola nasional tak kunjung mereda. (Bola.com/Vitalis Yogi)

Namun, karier Ryuji hanya seumur jagung di Tim Naga Mekes. Konflik PSSI kontra Menpora membuat perhelatan kompetisi kasta elite terhenti pada awal Mei 2015.

"Saya sempat berpikir untuk kembali menjalani kuliah. Kebetulan saya bersama pemain Timnas Indonesia U-19  lain dapat bea siswa dari UNJ," ucap Ryuji.

Di saat menunggu musim tahun ajaran baru, Ryuji justru mendapatkan durian runtuh. Ia mendapat tawaran bergabung di klub Divisi Dua Bahrain, Al Najma.

Ajakan  tersebut datang dari mantan asisten pelatih Mitra Kukar, Rudi Eka Priyambada, yang kini menjadi asisten pelatih AL Najma. "Coach Rudi Eka menawari merekrut saya. Ketika, pihak Al Najma melihat video saya mereka tertarik. Akhirnya saya diberi kesempatan untuk mengikuti  tes," ungkap pemain yang sering melakukan latihan dan fitness untuk menjaga kondisi fisik.

Tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya, Ryuji melakukan persiapan serius agar bisa sukses mengikuti tes di Bahrain. Sebelum keberangkatannya, ia giat melakukan latihan bersama  para pemain yang tergabung dalam manajemen Munial Sports Group (MSG) di Stadion Lebak Bulus tiap harinya. Ia juga berinisiatif menjalani fitness beberapa hari dalam seminggu.

"Saya belajar dari pengalaman ketika gagal tes di Jepang. Saya harus benar-benar siap menjalani tes. Walau, lama tidak tampil di laga kompetitif saya harus menjaga kestabilan kondisi fisik," ujar Ryuji.

Ryuji yang berangkat ke Manama, Bahrain, pada Senin (17/8/2015) didampingi agennya, Muly Munial. Tidak butuh waktu lama untuk menyakinkan Al Najma. Hanya sehari berselang ia langsung ditawari kontrak dua tahun.

Ryuji Utomo didampingi agennya, Muly Munial (kanan) saat penandatanganan kontrak di Al Najma, Selasa (18/8/2015) malam. (Istimewa)

Rudy Eka menyebut tidak ada faktor KKN dalam proses Al Najma menggaet Ryuji. "Pada Selasa pagi, Ryuji menjalani sesi gym. Kemudian sore harinya,  dia langsung gabung dalam sesi latihan di lapangan. Pelatih kepala dan manajemen langsung tertarik dengan kualitasnya dan berani menawari  kontrak dua tahun. Bahkan Ryuji dan agennya kaget dan senang dengan penawaran yang tak diduga itu," ungkap Rudy.

Ryuji telah memilih jalannya untuk menjadi pemain sepak bola profesional sejak kecil dan menganggap sepak bola sebagai tujuan hidupnya. Berbagai  halangan dan rintangan sudah dilaluinya untuk menjadi sosok pemain yang bisa mengharumkan nama sepak bola Indonesia di mata dunia.

Meski pengalamannya sebagai pemain sepak bola profesional masih minim, semangat, dorongan, dan kemampuannya membuat Ryuji optimistis bisa meraih impian di Bahrain. Kini, cucu sang profesor bakal menjalani petualangan penuh tantangan di Bahrain. Semoga bisa sukses, Ji!

Baca Juga:

Ryuji Utomo: "Semoga Saya dan Evan Dimas Sama-sama Sukses"

Ryuji ke Bahrain 17 Agustus, Rudy Eka Cari Pemain Indonesia Lagi

Wawancara Ryuji Utomo Prabowo: Terkejut Diajak Main di Bahrain

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer