Bola.com, Jakarta - Sukacita tengah dirasakan pelatih asal Brasil Jacksen F. Tiago. Di musim pertama petualangannya di Negeri Jiran Malaysia Jacksen sukses mengantarkan Penang FA promosi ke Liga Super Malaysia.
Penang FA mengamankan posisi dua besar di Liga Primer Malaysia setelah di laga penutup kompetisi pada Jumat (21/8/2010) menang 2-0 atas UITM di Stadion Hang Jebat, Malaka. Gol kemenangan Penang dipersembahkan Azinee Taib dan Hilton Moriera. Nama terakhir striker asal Brasil yang malang melintang di dunia sepak bola Tanah Air.
Advertisement
Penang FA menyelesaikan musim ini di posisi kedua dengan 45 poin dari 22 pertandingan, kalah tiga poin dari Kedah FA yang menjadi juara kompetisi kasta kedua. Penang pun menemani Kedah FA promosi ke kompetisi elite musim depan.
Bagi Jacksen kesuksesan ini menjadi kebanggaan. Sejak 2002 memutuskan gantung sepatu sebagai pemain untuk kemudian banting setir menjadi pelatih, Jacksen menghabiskan kariernya di Indonesia. Kepergiannya ke Malaysia pada musim 2015 ini atas keinginan pribadi Jacksen, yang ingin merasakan tantangan baru.
Lewat percakapan telepon internasional dengan Bola.com pada Sabtu (22/8/2015) pria kelahiran Rio de Janeiro, 28 Mei 1968 bercerita tentang banyak hal. Berikut bagian pertama petikan wawancara dengan Jacksen:
Bagaimana perasaan Anda dengan kesuksesan Penang promosi ke Liga Super Malaysia?
Saya benar-benar merasa bahagia bisa merealisasikan target yang dibebankan manjemen Pahang FA. Sebagai pelatih dan pemain yang menghabiskan sebagian besar karier di Indonesia prestasi ini bak sebuah pembuktian pribadi. Saya bisa meraih prestasi di negara lain.
Apa kunci utama soliditas tim Penang musim ini?
Kebersamaan seluruh elemen tim kuncinya. Saat saya datang, fokus utama yang saya lakukan membangun kekompakan. Saya beruntung karena manajemen memberikan dukungan penuh membentuk tim. Sebagai pendatang baru, saya memerlukan beberapa penyesuaian. Saya mencoba beradaptasi mengikuti kultur sepak bola Malaysia, yang amat berbeda dibanding Indonesia.
Perbedaan apa yang paling mencolok antara sepak bola Indonesia dengan Malaysia?
Walau kedua negara bertetangga, budaya Indonesia dengan Malaysia berbeda. Perbedaan budaya memengaruhi gaya sepak bola. Pesepak bola Malaysia lebih kalem dibanding Indonesia. Mereka lebih tenang, tapi lebih sulit menyelami hati mereka.
Karakter kepribadian kemudian tercermin di lapangan. Sepak bola Malaysia amat taktikal. Kedisiplinan amat tinggi. Pemain bermain buat tim, hampir tidak pernah di antara mereka menonjolkan diri secara individu. Beda dengan Indonesia banyak pemain yang punya skill individu bagus yang menghibur penonton. Karakter permainan Malaysia lebih mirip Italia, cenderung membosankan dan kurang menghibur di Indonesia.
Tapi itu jadi tantangan buat saya, bekal ilmu taktik permainan yang saya miliki terpakai. Tidak mudah tapi menyenangkan buat saya pelatih muda yang ingin merasakan tantangan berbeda setelah sekian lama merasakan hal sama.
Bicara soal bakat pemain, lebih bagus mana indonesia dibandingkan Malaysia?
Bicara soal bakat Indonesia unggul jauh. Walau begitu pemain Malaysia memiliki kelebihan dalam hal daya tangkap dan pemahaman terhadap taktik pemain. Karakter sepak bola yang mengedepankan kedisiplinan mengasah kemampuan mereka menganalisa sebuah taktik permainan.
Tipikal itu muncul karena dipengaruhi sistem pembinaan yang mereka dapatkan sejak usia dini. Kompetisi usia muda di Malaysia lebih tertata rapi, kompetisi berbagai level usia berjalan beriringan dengan fondasi pembinaan yang sejalan.
Saya ambil contoh keberadaan tim junior di klub Penang. Kami punya tim U-23 yang berkompetisi rutin tiap pekan berbarengan dengan tim senior. Pada pekan depan Penang U-23 akan tampil di final Piala Presiden Malaysia. Di level di bawahnya klub-klub memiliki tim U-19. Bintang-bintang berbakat di usia ini diberi kesempatan bergabung ke Tim Harimau Muda A dan B.
Kalau mau jujur pola ini pernah dipakai Indonesia saat membentuk Timnas Garuda. Hanya bedanya Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) lebih sabar menjalankannya program kerjanya. Jangan heran jika beberapa tahun terakhir sepak bola Malaysia cukup bagus di level persaingan Asia Tenggara dengan menjadi juara Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.
Bagaimana dengan profesionalitas klub-klub Malaysia?
Klub-klub Malaysia amat profesional. Rata-rata klub didukung pendanaan memadai, baik dari perusahaan swasta atau pemerintah daerah. Ibarat kata perseroaan terbatas yang mengelola klub benar-benar perseroaan, yang sistem pengelolaan layak sebuah perusahaan. Mereka juga beruntung karena memiliki fasilitas pendukung seperti lapangan latihan dan bertanding berkualitas. Indonesia perlu banyak belajar dengan Malaysia.
Lantas soal fanatisme suporternya seperti apa?
Kalau bicara soal fanatisme, suporter Indonesia lebih hebat. Pertandingan-pertandingan kompetisi selalu banjir penonton. Atraksi suporter di tribun membuat para pemain yang berlaga di lapangan kian semangat. Di Malaysia tidak seperti itu.
Hanya beberapa klub saja yang punya suporter loyalis luar biasa. Sebut saja Selangor FA atau Pahang. Pelatih macam saya pun punya pekerjaan rumah tambahan untuk memotivasi pemain agar bisa lebih semangat bertanding.
Benarkan Malaysia kompetisinya lebih minim pelanggaran disiplin dibanding Indonesia?
Sepak bola di mana pun pasti ada benturan. Sama seperti Indonesia di Malaysia kerap muncul insiden keributan di lapangan. FAM amat tegas menyikapi pelanggaran disiplin.Soal ketegasan saya punya contoh. Gelandang serang Arema asal Argentina yang bermain di Terengganu, Gustavo Lopez, terkena skorsing enam bulan karena insiden kartu merah yang memicu aksi keributan antarpemain dan suporter.
Dengan ketegasan itu jangan heran jika rata-rata pemain tidak berani berbuat macam-macam. Wasit relatif tenang memimpin pertandingan. Kalaupun ada aksi protes tidak ada sampai melewati batas kewajaran.
Adakah faktor nonteknis di Liga Primer Malaysia?
Hahaha (sambil tertawa). Faktor nonteknis buat saya pribadi di mana pun bisa terjadi. Ada beberapa pertandingan dengan skor aneh atau kinerja wasit yang berat sebelah, tapi tidak sampai benar-benar mengganggu persaingan di pentas kompetisi. Saya bisa bilang kalau di Liga Malaysia tim yang berprestasi, ya karena memang tim tersebut bagus.
Setelah sukses mengantar Penang promosi apa yang Anda lakukan?
Saya belum mau bicara soal musim besok. Musim depan pasti akan lebih berat tapi saya belum berniat memikirkannya. Saya mau menikmati liburan dengan keluarga. Saya berencana pulang ke Surabaya bareng anak istri. Saya baru saja memotong rambut saya hingga pelontos. Begitu juga jenggot di dagu. Saya lakukan sebagai kaul.
(Bersambung)
Baca Juga:
Dinilai Jacksen Pantas Main di LN, Ini Kata Achmad Jufriyanto
Jacksen Tiago, Foto Lawas PSM, dan Dua Almarhum
Luciano Leandro : Aman, Lisensi Saya Sama dengan Jacksen Tiago