Sukses


Adu Taktik Empat Pelatih di Grup A, Siapa Unggul?

Bola.com, Jakarta - Empat tim yakni Persiba Bandung, Martapura FC, Persiba Balikpapan, dan Persebaya Surabaya akan bersaing di Grup D Piala Presiden 2015. Bentrok keempat tim tersebut dipastikan menjadi suguhan menarik yang seluruhnya akan berlangsung di Bandung.

Selain persaingan antartim, adu taktik keempat pelatih masing-masing tim juga bakal memberikan sisi lain yang tidak kalah menarik. Kemampuan empat pelatih ini dalam urusan meracik strategi akan sangat ditunggu oleh pencinta sepak bola Indonesia.

Bola.com akan mengulas profil keempat pelatih yang akan menunjukkan kebolehan mereka soal urusan meracik tim di Grup A Piala Presiden 2015:

1. Djajang Nurdjaman

Arsitek Persib Bandung, Djajang Nurdjaman meraih prestasi terbaik sepanjang karier kepelatihannya di Indonesia Super League (ISL) musim lalu. Secara luar biasa, pelatih kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 50 tahun berhasil mengantarkan Pangeran Biru meraih gelar ISL 2015.

Djanur, sapaan akrabnya, berhasil mengakhiri penantian gelar Persib yang sudah berlangsung selama 20 tahun. Kian spesial karena Djajang menjadi pelatih lokal kedua yang berhasil mengantarkan Persib meraih gelar kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Ia mengikuti jejak pelatih kawakan, Indra Thohir yang juga membawa Persib juara pada edisi pertama liga indonesia musim 1994-1995.

Sebelum sukses mengantarkan Persib juara, sosok Djanur lebih identik dengan peran sebagai asisten pelatih di beberapa klub ISL. Tercatat, Djanur pernah menjadi asisten pelatih di Persib dan juga Pelita Jaya Karawang.

Djajang Nurdjaman akan beradu taktik dengan Ibnu Grahan, Frans Sinatra Huwae, dan Eduard Tjong di Piala Presiden 2015. (Okan Firdaus/Liputan6.com)

Di musim 1994-1995, Djanur mendampingi Indra Thohir dan kemudian musim 2007-2008, ia mendampingi pelatih asal Moldova, Arcan Iurie. Kemudian pada musim 2011-2012, salah satu pemain legendaris Persib ini bertugas sebagai asisten pelatih Rahmad Darmawan di Pelita Jaya Karawang.

Segudang pengalaman yang dimiliki itu membuat Djanur kian matang sebagai pelatih. Hingga akhirnya dia didapuk sebagai pelatih Persib tahun 2012 hingga akhirnya berhasil mengantarkan Persib menjadi juara.

Bukan itu saja, Djanur juga mencetak rekor yaitu berhasil membawa Persib menjadi juara liga sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala. Semasa menjadi pemain, Djanur berhasil membawa Persib juara Perserikatan tahun 1986.

2. Ibnu Grahan

Pelatih kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 23 Juli 1967 ini mengisi lembaran karier kepelatihannya bersama Persebaya junior tahun 2000. Tahun 2001-2005, ia sudah dipercaya untuk menjadi asisten pelatih Tim Bajul Ijo senior.

Ibnu pun pernah bekerja sama dengan para pelatih berpengalaman macam Rudy Keltjes, Muhammad 'Mamak' Alhadad hingga mantan pelatih Persebaya asal Brasil, Gildo Rodriguez.

Bahkan, saat Persebaya merengkuh gelar juara tahun 2004, Ibnu bertugas sebagai asisten pelatih Jacksen Ferreira Tiago yang kini mencari peruntungan bersama klub Malaysia, Penang FA.

Ia kemudian mencari peruntungan dengan melatih klub di luar Persebaya tahun 2006-2007 dengan tim asal Kabupaten Sumbawa Barat. Selain itu, Persela Lamongan U-21 juga pernah merasakan polesan mantan pemain klub Galatama, Assayabaab.

Ibnu Grahan akan memberi bukti kemampuannya dalam meracik strategi di Piala Presiden 2015.(Bola.com/Zaidan Nazarul)

Hanya setahun di Persela, Ibnu merapat kembali ke Persebaya. Ia kemudian sempat diberikan kepercayaan menjadi pelatih kepala Persebaya 1927 di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) tahun 2013.

Kepercayaan itu diberikan setelah tim Bajul Ijo tidak memperpanjang kontrak pelatih asal Brasil, Divaldo Alves. Namun, kiprahnya menukangi Persib tidak berjalan sesuai harapan hingga akhirnya memutuskan mundur di pertengahan musim.

Di awal Indonesia Super League 2015, Ibnu kembali ditunjuk Persebaya untuk menggantikan peran Rahmad Darmawan. Sayangnya, ia baru membawa Persebaya beraksi dalam dua pertandingan sebelum kompetisi dihentikan karena force majeure.

Maka itu, Piala Presiden menjadi paramater paling pas untuk mengukur kecakapan Ibnu menukangi Persebaya. Apakah Ibnu akan sukses di Piala Kemerdekaan?

3. Frans Sinatra Huwae

Pelatih berusia 51 tahun ini hampir saja membawa Martapura FC menyambar tiket promosi ke Indonesia Super League (ISL) musim lalu. Salah satu legenda hidup Barito Putera itu berhasil membawa Martapura melangkah hingga semifinal Divisi Utama 2014.

Sayang, di semifinal langkah tim berjulukan Laskar Sultan Adam dihentikan oleh Persiwa Wamena. Martapura FC kalah dengan skor tipis 0-1 dan harus menunda mimpi mereka berkiprah di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.

Terlepas dari kegagalan tersebut, Frans bisa dibilang pelatih yang cukup sukses. Pasalnya, pada musim 2013, ia berhasil membawa Martapura lolos ke Divisi Utama usai mengamankan satu tiket ke babak delapan besar Divisi Satu.

Ketika itu, lolos ke babak 8 besar menjadi syarat bagi tim-tim Divisi Satu untuk menyambar satu tiket untuk naik kasta. Dan, Martapura yang ditukangi Frans Sinatra termasuk salah satu pelatih yang berhasil mengamankan target tersebut.

Pelatih Martapura FC, Frans Sinatra Huwae dituntut memperlihatkan racikan terbaik untuk membawa Martapura bersaing dengan tiga kompetitor di Grup A  .

Dengan pengalaman yang dimilikinya, Frans memiliki potensi untuk membuat Martapura FC tampil mengejutkan. Ini masih ditambah motivasi tinggi Martapura sebagai satu-satunya tim Divisi Utama yang dikepung oleh tiga tim ISL.

4. Eduard Tjong

Pelatih yang satu ini terbilang kenyang pengalaman. Meski baru berusia 43 tahun, Edu-sapaan akrabnya-sudah pernah menukangi beberapa tim di pentas Indonesia Super League.

Antara lain asisten pelatih Persis Solo, Persiram Raja Ampat, Persela Lamongan, dan kini Persiba Balikpapan. Sayangnya, di setiap tim yang ditukanginya, putra dari kiper legendaris Timnas, Harry Tjong, masih belum memperlihatkan racikan terbaik.

Saat menukangi Persiram, Edu tidak mampu membawa Persiram berbicara banyak di kompetisi Tanah Air. Di akhir musim yang menggunakan format dua wilayah, Dewa Laut hanya finis di peringkat sembilan wilayah Timur.

Memasuki ISL 2015, Eduard diboyong oleh tim asal Jawa Timur, Persela Lamongan. Racikannya sempat mengundang decak kagum karena berhasil menyulap Persela menjadi tim kuda hitam di turnamen pramusim Surya Citra Media (SCM). Di turnamen ini, Persela melangkah hingga babak semifinal.

Eduard Tjong merupakan pelatih yang kenyang pengalaman meski baru berusia 43 tahun. (Bola.com/Vincensius Sawarno)

Sayangnya, sukses Persela tidak berlanjut di ISL 2015. Bukan karena Eduard gagal membawa Laskar Joko Tingkir berprestasi tapi ini disebabkan terhentinya kompetisi tertinggi di Tanah Air karena kondisi sepak bola yang tidak menentu.

Kini di Piala Presiden, Persiba memberikan kepercayaan kepada Edu untuk meracik skuat Beruang Madu. Patut untuk ditunggu apakah racikan Eduard Tjong akan membuat Persiba tampil mengejutkan atau justru malah melempem?

Baca juga :

Empat Calon Bintang Grup A Piala Presiden 2015

Persib Terfavorit, 3 Klub Lain Membayangi dengan Ketat

Persija Kehilangan Satu Pemain setelah Melawan Bali United

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer