Bola.com, Semarang - PSIS Semarang sedang mematangkan persiapan untuk membuat akademi sepak bola. Rencana itu merupakan usulan dari 25 klub anggota yang berharap roda organisasi PSIS tetap berjalan meski kompetisi vakum.
Setelah tampil di Piala Polda Jateng, manajemen tim berjulukan Laskar Mahesa Jenar belum memiliki agenda lain. Mereka hanya menanti kapan kepastian kompetisi digelar. CEO PSIS Yoyok Sukawi menunjuk Direktur Teknik Setyo Agung Nugroho sebagai penanggung jawab.
Advertisement
“Saat ini masih dalam proses pembahasan dengan anggota manajemen. Kami menerima usulan pembentukan akademi, akan tetapi hal itu butuh proses karena melibatkan banyak pihak,” kata Setyo Agung.
Akademi sepak bola diharapkan menjadi perantara bagi 25 klub anggota dan PSIS untuk bersinergi melakukan pembinaan usia muda. Muaranya adalah, di masa yang akan datang tim PSIS senior mayoritas diisi pemain hasil binaan klub anggota.
“Saat kompetisi vakum, akademi menjadi salah satu proyek yang bisa dikerjakan. Apalagi saat ini SSB menjamur. Idealnya klub Divisi Utama punya akademi supaya bisa memaksimalkan pemain muda lokal,” ucap Daud Joko, tokoh sepak bola Semarang.
Akademi sepak bola menjadi salah satu bidikan baru klub untuk menunjang perekrutan pemain d tim senior. Beberapa klub ISL yang sudah memiliki akademi di antaranya, Persib Bandung, Arema Cronus, dan Semen Padang.
Memiliki akademi merupakan impian PSIS sejak tahun 2004. Pada waktu itu, PSIS Junior menjuarai Piala Soeratin. Tahun 2005, beberapa pemain potensial langsung mendapat tempat di tim senior, seperti Deny Rumba yang kini memperkuat Persepam Madura Utama.
“Sejak itu saya ingin pemain muda lokal berkiprah di tim senior. Sebenarnya banyak bibit pemain di Semarang. Bila ada akademi tentu akan sangat menunjang pembinaan,” lanjut Agung.
Menurut Agung, setidaknya ada tiga hal wajib yang harus dipenuhi untuk mendirikan akademi. Pertama adalah dana yang diproyeksikan setiap tahun dan untuk jangka panjang, kemudian sarana lapangan dan mes. Terakhir adalah tenaga baik pelatih maupun manajemen.
“Selain dana, faktor fasilitas juga sangat penting. Butuh minimal satu lapangan yang tidak perlu menyewa. Oleh sebab itu, perencanaan harus benar-benar matang,” jelas Agung.
Proyek akademi tidak bisa dianggap enteng karena butuh dana besar. Sebagai contoh, Semen Padang mengeluarkan sekitar Rp 3 miliar dalam setahun untuk membiayai akademi yang menampung 30 pemain U-16 dan U-19. Dana itu tak hanya untuk kebutuhan sepak bola, tapi biaya sekolah dan uang saku.
Baca Juga :
Tim Senior Bubar, Akademi Arema Jalan Terus
Konflik Sepak Bola, Akademi Semen Padang Tetap Buru Pemain
Bangun Akademi buat Bobotoh, Ridwan Kamil Gandeng Liverpool