Sukses


Vladimir Vujovic: Sang Pengelana Bersiap Berpetualang ke Malaysia

Bola.com, Bandung - Pada suatu siang usai jam makan siang, Bola.com menjumpai sesosok tinggi menjulang di lobi Hotel Golden Flower, Bandung. Dia terlihat berjalan santai dan ringan sambil membawa minuman dalam kemasan. Sapaan pun dilontarkan kepada Vladimir Vujovic. Ya, dialah sosok yang dijumpai Bola.com.

Vladimir Vujovic baru sekitar 1,5 tahun berkiprah di sepak bola Indonesia. Namun, namanya sudah berkibar bak sekian tahun lamanya berkecimpung di Indonesia. Hal itu tak lepas dari performa ciamik yang diperlihatkannya sepanjang memperkuat Persib Bandung di ISL 2014 serta sejumlah turnamen.

Di skuat Maung Bandung, Vujovic senantiasa jadi pilihan utama pelatih Djadjang Nurdjaman. Bila tak cedera atau mengantongi hukuman akumulasi kartu kuning atau terkena sanksi kartu merah, jangan harap dia digantikan pemain lain. Kontribusi bek asal Montenegro itu terhadap kekokohan lini belakang Persib memang cukup besar.

Bersama Achmad Jufrianto, Tony Sucipto, Supardi Nasir, dan kiper I Made Wirawan, barisan pertahanan Tim Pangeran Biru jadi salah satu yang terkuat di kancah ISL.

Tapi, Anda fans Persib atau secara khusus, penggemar Vujovic, bersiap-siaplah berpisah dengan sang idola karena Vujovic mengungkapkan pergelaran Piala Presiden merupakan tugas terakhirnya bersama Persib. Selepas turnamen garapan Mahaka Sports and Entertainment ini selesai, Vujovic akan hengkang menuju Liga Malaysia.

"Sebenarnya sudah sejak akhir musim lalu saya hendak meninggalkan Persib. Tapi, saya dibujuk untuk bertahan setidaknya semusim lagi. Saya menyetujui, tak tahunya kompetisi malah berhenti. Padahal, ketika itu saya sudah mendapatkan tawaran dari dua-tiga klub Malaysia. Peluang untuk bertahan bersama Persib selalu ada, tapi kelanjutan kompetisi di sini belum jelas," kata Vujovic.

Meski berstatus pemain asing dan selama masa vakum kompetisi lalu ia berada di negara asal, bek berusia 33 tahun ini mengaku mendapatkan penjelasan mengenai kondisi yang terjadi di sepak bola Indonesia.

"Saya bersedia kembali ke Bandung, demi teman-teman di Persib. Firman (Utina), (Achmad) Jufriyanto, mereka (sambil menunjuk Supardi Nasir, M. Taufiq, dan M. Ridwan yang kebetulan melintas di depannya), adalah saudara saya di sini. Mereka semua meminta saya membantu Persib di Piala Presiden. Saya memenuhi permintaan itu, meski selama turnamen ini saya tak dikontrak resmi sejak diputus kontrak Mei lalu," tutur pemilik postur 190 cm dan 84 kg itu.

Vladimir Vujovic melakukan duel udara saat laga Piala Presiden melawan Persiba Balikpapan di Stadion Si Jalak Harupat, Rabu (2/9/2015). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Pengelana lapangan hijau

Vlado, begitu Vladimir Vujovic biasa disapa, bisa diibaratkan seperti pengelana lapangan hijau. Lihat saja rekam jejaknya selama berkiprah jadi pesepak bola profesional. Sejak bermain pada 2001-2002, ia tercatat sudah membela 14 klub di berbagai negara, termasuk Persib. Bila dirata-rata, keberadaan Vujovic bersama satu klub cukup singkat, hanya berdurasi sekitar satu musim.

Vujovic tak menjelaskan secara spesifik alasan di balik kebiasaannya gonta-ganti klub di berbagai negara itu. Tetapi yang pasti, ia mendapat pengalaman dari setiap klub yang dibelanya itu. Pengalaman menyenangkan dan tak mengenakkan. Cerita pun mengalir dari bibirnya.

"Saya pernah membela klub di Rusia dan bermain dengan pemain yang sekarang populer seperti (Andrey) Arshavin. Saya juga pernah bermain untuk klub asal Lebanon dan tinggal di Beirut. Kotanya sangat indah, istri saya juga sangat menyukainya. Tapi, saya hanya enam bulan di sana. Istri saya sempat protes, kenapa kami hanya sebentar di sana."

"Saya juga pernah bermain di klub asal Tiongkok, di kota Shenyang, sebelah utara Beijing. Di sana, saya harus berhadapan dengan budaya warga yang, maaf, tak terlalu higienis. Jadi sekarang, bila Anda bertanya apakah saya bermasalah, semisal dengan makanan, selama saya ada di Indonesia? Saya jawab: saya tak ada masalah tinggal, makan, dan menjalani hidup di Indonesia karena saya sudah pernah melewati yang terparah saat di Shenyang dulu!" ungkapnya.

"Lalu, hingga saat ini saya juga masih tak bisa mempercayai keputusan saya bermain di Kazakhstan. Kalau dipikir-pikir, mengapa saya bisa sampai bermain di sana?" ujarnya sambil terbahak dan menggelengkan kepalanya.

Jiwa petualang, ingin menjajal tantangan di tempat asing, yang kemungkinan mendasari petualangan Vujovic ke Ukraina, Hungaria, Macedonia, Arab Saudi, hingga Indonesia. Ia mengaku, uang bukanlah hal utama. Pasalnya, tanpa bermain bola pun, Vujovic dan keluarga kecilnya bisa hidup dengan standar kelayakan cukup di Montenegro. Vujovic mengungkapkan ia mempunyai satu apartemen di Budva, kota wisata indah di Montenegro yang terletak di tepi laut Adriatik, yang biasa disewakannya.

"Budva sangat indah, mirip seperti Bali bila di Indonesia. Untuk kebutuhan sehari-hari sudah cukup dari uang sewa itu. Kami jarang menyentuh uang dari bermain bola," katanya.

Keputusannya bermain di Indonesia ketika itu diakuinya juga muncul tiba-tiba, seusai bermain di Tiongkok (2012) dan di negara asal, Montenegro (2013).

"Ketika itu saya surfing di internet dan melihat data kompetisi Indonesia. Saya melihat jumlah penonton kompetisi di Indonesia sangat banyak. Pikiran saya langsung menyimpulkan satu hal: saya harus ke Indonesia. Begitulah cerita mengapa saya bisa sampai di sini," tuturnya.

Vujovic menuturkan atmosfer sepak bola di negaranya dengan di Indonesia sangatlah jauh berbeda. Meski masuk Benua Biru yang secara tradisi lebih dekat dengan prestasi dan kemajuan di bidang sepak bola, ayah satu putri itu merasakan kebanggaan jadi pesepak bola seutuhnya kala bermain di luar negeri, khususnya Indonesia. Belum lagi bila bicara soal antusiasme suporter.

Di Indonesia, secara spesifik Bandung, suami dari Natasa ini merasakan gairah luar biasa sebagai pesepak bola. Bahkan, kehangatan bobotoh mampu menghancurkan hatinya yang dingin.

"Bermain bola di Montenegro terasa hanya seperti sekadar rekreasi dan hiburan saja. Selama ini ibaratnya saya hanya bermain sebagus mungkin, membawa tim menang, selesai. Tapi di sini, saya menemukan hal luar biasa. Untuk pertama kalinya, saya, yang bisa dibilang berhati dingin bila menyangkut suporter, tersentuh dan terharu dengan apa yang dilakukan fans Persib."

"Sewaktu final ISL 2014 di Palembang lalu, saya membaca berita soal suporter Persib yang datang menggunakan bus. Saya lihat foto ada sekian banyaknya bus berjejer dan sontak, saya tersentuh dan hati saya terasa hangat. Mereka luar biasa," katanya, sambil lagi-lagi menggelengkan kepala.

Sayang keluarga

Demi bobotoh dan rekan setim yang sudah jadi saudara itu, Vujovic kembali ke Bandung di Piala Presiden ini. Meski, untuk itu ia harus meninggalkan Natasa dan putri tunggalnya yang berusia 6,5 tahun, Luna.

Pemain yang semula berposisi sebagai gelandang bertahan itu menjelaskan mereka bertiga tidak pernah berpisah lebih dari 15 hari lamanya. Jadi, bila Persib melaju hingga ke final Piala Presiden, Vujovic menyebut ini adalah kali pertama terpisah dengan istri dan anaknya selama nyaris sebulan lamanya. Buat Vujovic, inilah pengorbanan besar yang diberikannya untuk Persib.

"Saya dan istri tak pernah berpisah lebih dari dua minggu, apalagi setelah kami memiliki putri. Namun, kali ini saya memutuskan meninggalkan mereka karena durasi turnamen yang 'nanggung'. Walau terasa lama buat kami sekeluarga, sebenarnya turnamen ini terbilang singkat. Cukup singkat untuk memboyong istri dan keluarga ke Bandung, karena perjalanan pergi-pulang akan terasa melelahkan untuk Luna," tuturnya.

Ketika ISL 2014, Vujovic membawa serta Natasa dan Luna. Bahkan, Luna sempat mengeyam pendidikan di Indonesia. "Istri dan anak saya suka mengunjungi pusat perbelanjaaan di Jakarta," ucap bek yang tampil di ISL 2014 dengan total menit bermain 2.471 itu.

Vladimir Vujovic memberikan kode saat laga Piala Presiden melawan Persiba Balikpapan di Stadion Si Jalak Harupat, Rabu (2/9/2015). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Mungkin, satu-satunya hal yang belum bisa dipenuhi Vujovic selama berada di Indonesia adalah keinginan sang istri mengunjungi Tanah Papua. Natasa, seperti diungkapkan Vujovic, mengetahui Papua memiliki sejumlah wisata pantai menarik. "Dia ingin saya mengajaknya ke sana, tapi saya yang agak enggan karena penerbangan yang lumayan lama. Mungkin besok lain waktu, bila kami kembali ke Indonesia," ungkapnya.

Ya, meski sudah berencana menuju Malaysia untuk menjalani petualangan baru seusai Piala Presiden, Vujovic masih menyimpan keinginan kembali ke Indonesia. Mungkin dalam tiga-empat tahun lagi. Hanya, bukan sebagai pemain melainkan sebagai pelatih. Saat ini pria kelahiran 23 Juli 1982 itu sudah mengantongi sertifikat kepelatihan. Ia tinggal menyelesaikan sertifikat UEFA Pro, maka keinginan Vujovic melatih di negeri ini bisa kesampaian.

Akan tetapi, ia menggelengkan kepalanya keras-keras saat ditanyai apakah ingin melatih Persib sekembalinya ke Indonesia kelak. "Jadi pelatih Persib itu bikin stres. Bahkan, sebagai pemain seperti sekarang saja sudah cukup membuat saya stres. Tekanan di Persib sangat besar. Mungkin saya akan melatih klub-klub kecil dulu," ujarnya.

Vujovic menegaskan, stres yang dimaksudnya sebagai bagian dari profesinya sebagai pesepak bola asing profesional yang dituntut untuk senantiasa memberikan performa terbaik dan memberikan kemenangan. Ia menyadari sepenuhnya hal itu. Karena itu, alih-alih mengingat soal stres, Vujovic mengucapkan terima kasih atas semua yang dialami dan diterimanya dari Persib, bobotoh, dan warga Bandung.

Tentu, sebelum meninggalkan Persib, Vujovic ingin memberikan kenang-kenangan. "Saya ingin mempersembahkan gelar Piala Presiden sebelum saya pulang ke Montenegro," tandasnya.

Baca Juga :

Zulham Zamrun di Antara Frustrasi, CR7, dan Persib

Sebelum Ladeni 2 Striker Ini, Vladimir Vujovic Buka YouTube Dulu

Sepenggal Kisah Anak Gawang di Sudut Si Jalak Harupat

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer