Bola.com, Samarinda - Pertandingan perempat final Piala Presiden 2015, yang mempertemukan tuan rumah, Pusamania Borneo FC kontra Persib Bandung di Stadion Segiri, Samarinda, Minggu (20/8/2015) malam WIB, bakal berlangsung seru. Perang psywar ditebar kedua kubu sepekan terakhir menjelang laga bergulir.
Gertakan sempat dilontarkan pelatih Borneo FC, Iwan Setiawan. Ia menyebut Djadjang Nurdjaman, bukan pelatih istimewa. Sukses Persib jadi juara ISL 2014 lebih karena kualitas pemain saja. Bukan karena taktik permainan yang diracik Djanur.
Advertisement
Djadjang dengan santai membalas ocehan Iwan. Ia berceloteh agar pesaingnya lebih baik fokus pada taktik permainan sendiri dibanding mengurusi kubu lawan. Jika bicara rekam jejak siapa sebenarnya pelatih yang kariernya lebih cemerlang? Bola.com mencoba mengulasnya.
Iwan Setiawan (Pusamania Borneo FC)
Pelatih berusia 47 tahun ini merupakan pelatih termuda yang meraih lisensi A AFC. Ketika itu, Iwan memperoleh lisensi A AFC pada usia 29 tahun di tahun 1997. Hingga sekarang, rekor itu belum terpecahkan lagi.
Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan torehan prestasi selama menjalani karier kepelatihannya.
Prestasi yang bisa ditorehkannya selama menjalani karier kepelatihan, hanya bisa membawa Pusamania Borneo FC promosi ke ISL 2014, dengan status peringkat tiga Liga Indonesia2014.
Selebihnya pencapaian Iwan cenderung biasa-biasa saja. Ia sempat singgah di PSMS, Persibom, Persikabo dengan prestasi level menengah tanpa gelar juara.
Nasib apes dialaminya pada musim 2013. Ia diberhentikan di tengah musim oleh manajemen Persija karena menyudutkan posisi Tim Macan Kemayoran di zona papan bawah.
Walau begitu pelatih yang pernah mendapat beasiswa pelatihan di KNVB Belanda itu punya kelebihan jeli melihat pemain-pemain belia berbakat. Ramdani Lestaluhu, Oktovianus Maniani, Riyandi Ramadhana, Syamsir Alam, merupakan pemain binaannya saat membesut Timnas Indonesia U-17 pada 2005-2006.
Hingga saat ini ia tercatat sebagai Direktur Teknik Akademi Villa 2000, salah satu SSB terbaik di Indonesia.
Bicara strategi, Iwan sebenarnya tipikal pelatih yang kreatif dengan banyak taktik. Di tiap tim yang diasuhnya ia selalu memiliki taktik berbeda, menyesuaikan dengan kondisi pemain.
Saat rata-rata pelatih di Indonesia doyan menggunakan strategi kuno 3-5-2, Iwan dengan berani mengusung pola 4-4-2, 4-3-3, 4-3-1-2 di klub yang ditangani.
Di Pusamania Borneo FC Iwan mempraktekan formasi yang banyak dipakai tim-tim kelas dunia 4-3-2-1. Dengan bekal banyak pemain berkualitas di tim asuhannya saat ini skema yang diterapkan Iwan berjalan mulus.
Besar kemungkinan ia sudah menyiapkan strategi kejutan saat menjajal tim bertabur bintang Persib Bandung. Sikap percaya dirinya yang berani menebar psywar ke Djanur menegaskan sang mentor amat percaya diri tim asuhannya bisa menggasak Maung Bandung yang berstatus sebagai juara ISL 2014.
Djadjang Nurdjaman (Persib Bandung)
Nama Djajang Nurdjaman sudah tak asing lagi di telinga para pecinta sepak bola Nasional. Ia gelandang serang legendaris Persib di era perserikatan hingga masa awal Liga Indonesia.
Djadjang jadi salah satu pemain kunci saat Persib juara Liga Indonesia musim 1994-1995. Usai pensiun jadi pemain, Djanur banting setir sebagai pelatih. Arsitek berumur 51 tahun itu memulai karier kepelatihannya dengan menangani Persib U-23 pada interval 2006-2008.
Selain menukangi Tim Pangeran Biru junior, Djadjang juga banyak menghabiskan kariernya di klub Pelita Jaya. Sempat menukangi tim U-21 klub yang dimiliki pengusaha gila bola Nirwan Bakrie pada 2008-2010, Djadjang naik kelas jadi asisten pelatih tim utama.
Di Pelita Jaya Djanur belajar banyak taktik strategi dari Fandi Ahmad (Singapura), Misha Radovic (Serbia), serta Rahmad Darmawan.
Saat didapuk sebagai pelatih kepala Persib Bandung pada tahun 2012, banyak pihak meragukan kemampuannya. Djadjang yang hanya punya bekal lisensi A Nasional dinilai belum layak menangani tim utama Maung Bandung.
Nyatanya di musim ketiga ia membuktikan kualitasnya dengan membawa Persib juara ISL 2014.
Harus diakui dukungan finansial berlimpah dari pemilik Persib, Glenn Sugita, mempermudah tugas Djanur membangun kekuatan skuat Persib.
Kedekatan Djanur dengan para pemainnya juga jadi nilai plus. Para pemain bintang Persib merasa nyaman bermain.
Di era sang mentor Persib dinilai kembali ke khitah: memainkan sepak bola indah. Ya, Djanur pelatih yang berani menggeber patron permainan 4-3-3 yang jadi andalan di era keemasan Persib pada awal 1990-an.
Kini, Djanur memulai misi untuk membawa Maung Bandung menjadi juara Piala Presiden 2015. Langkah awal untuk mewujudkan ambisinya berjalan mulus. Firman Utina dkk. jadi juara Grup A dengan rekor menyakinkan: tiga kali menang tanpa kebobolan.
Menghadapi Pusamania Borneo FC di perempat final, Djanur terlihat anteng. Ajakan bermain perang urat syaraf pelatih Pesut Etam, Iwan Setiawan disikapi dengan gestur merendah.
Ia secara terbuka memuji Iwan sebagai pelatih bagus. Djanur mengajak pesaingnya beradu taktik di lapangan untuk membuktikan siapa yang beriak.
Sejarah mencatat, Djanur pernah membawa Persib mengalahkan Persija Jakarta asuhan Iwan Setiawan dengan skor 3-1, pada pergelaran ISL 2013. Djanur memberi sinyal akan tetap mengandalkan formasi 4-3-3 yang cenderung ofensif saat berhadapan dengan Pusamania Borneo FC pada Minggu (20/9/2015). Status lawan yang menjadi tuan rumah sama sekali tak membuat Djadjang Nurdjaman dan pasukannya gentar.
Menarik untuk disimak, apakah Djanur bisa meneruskan tren positifnya terhadap Iwan Setiawan? ataukah rekor Djanur yang tak pernah terkalahkan di Piala Presiden 2015 bakal dipecahkan oleh Iwan Setiawan?
Baca Juga :
Skor Djadjang Nurdjaman vs Iwan Setiawan: 3-0
Mitra Kukar Menang Tipis 1-0 Atas PSM Makassar
Gol Indah Samsul Arif Antar Arema Menang 2-1 Atas Bali United