Bola.com, Jakarta Tahun ini keberuntungan tampaknya belum berpihak pada Gusnul Yakin. Pelatih senior itu sempat mendapat tawaran menangani tim Pra PON Sulsel. Namun, belakangan malah kolega Gusnul asal Surabaya, Riono Asnan, yang resmi melatih tim tersebut.
"Sebelum Ramadan lalu, saya sempat di Makasar selama sepekan untuk mempersiapkan segala keperluan tim, seperti mes pemain dan lapangan latihan. Tapi, saya tunggu hingga usai Lebaran tak ada kabar. Terakhir saya dengar kursi itu diberikan kepada Riono Asnan. Ya, sudah saya anggap memang belum rezeki," ungkap Gusnul Yakin.
Advertisement
Mantan arsitek yang pernah mempromosikan Persiter Ternate di pentas tertinggi Divisi Utama pada 2004 lalu itu sedikit pun tak merasa kecewa dengan kebijakan Asprov PSSI Sulsel. Gusnul mengambil hikmah dari pembatalan sepihak tersebut.
"Ketika usia semakin banyak, kita harus bijaksana menyikapi setiap masalah kehidupan. Pembatalan ini tak saya pikir. Kalau Allah SWT memang memberikan rezeki, sudah jauh hari saya melatih tim Pra PON Sulsel. Tugas itu memang jodoh buat Riono Asnan. Sesama kolega, saya tetap mendoakan semoga Riono sukses di Makasar," tutur Gusnul Yakin mantap.
Gusnul tak mau berlarut-larut dalam kekecewaan karena dia punya sarana pelampiasan. Apa itu? Usut punya usut, pelatih yang pernah membesut Persik Kediri ini menghabiskan waktunya duduk di depan layar kaca menyaksikan laga-laga Piala Presiden 2015. Bahkan sejak babak penyisihan grup lalu, Gusnul tak pernah membolos sekali pun.
"Luar biasa. Atmosfer dan gebyar Piala Presiden sangat bagus. Saya sudah bertahun-tahun bergelut di sepak bola, namun baru kali ini saya menyaksikan pertandingan-pertandingan bermutu. Pemain mengeluarkan teknik terbaiknya, wasit pun memimpin adil dan euforia penonton di semua stadion meluap. Saya tak pernah absen lihat di televisi. Kalau pun ada acara penting, saya batalkan demi melihat Piala Presiden," tuturnya.
Namun, di antara duel-duel seru yang dinikmatinya, Gusnul memuji partai prestisius leg kedua fase perempat final yang mempertemukan Persib kontra Pusamania Borneo FC. Bahkan dia mengaku perasaannya ikut terseret arus perang urat syaraf yang dilontarkan pelatih Djadjang Nurdjaman (Persib) dan Iwan Setiawan (Pusamania Borneo FC).
"Kedua pelatih itu memang pintar. Terutama Iwan Setiawan yang bisa memancing emosi kubu Persib mulai pelatih, ofisial, pemain, hingga bobotohnya. Tapi, Djajang Nurjaman lebih piawai karena ternyata Persib yang lolos ke semifinal. Saya anggap psywar seperti itu wajar dan sangat dibutuhkan untuk menarik simpati publik. Namun, jangan sampai panas-panasan itu menumbuhkan kebencian di kedua pihak. Toh, semua saling kenal dan berteman sejak lama," ujarnya.
Dia juga memuji kinerja wasit Djumadi Effendi yang memimpin dengan tegas dan menjalankan aturan main sepak bola secara benar.
"Kalau wasit-wasit kita seperti Djumadi, saya optimistis sepak bola kita akan maju pesat. Tapi secara umum, sejak penyisihan hingga perempat final, wasit telah bertugas dengan sangat baik. Ada satu dua yang nilainya kuning, tapi tak sampai merah," ujarnya.
Baca Juga :
Wasit di Semifinal Piala Presiden Dipilih Klub
Ingin WO di Piala Presiden? Siapkan Dana Rp 1 Miliar!
Ini Hasil Pengundian dan Jadwal Lengkap Semifinal Piala Presiden