Bola.com, Surabaya - Tak sedikit pemain yang memilih bermain turnamen antarkampung tarkam saat aktivitas kompetisi terhenti imbas konflik memanas antara Kemenpora dengan PSSI. Bagaimana dengan pemain-pemain Persebaya "Bonek FC" United yang timnya baru tersingkir dari perempat final Piala Presiden 2015 dengan kontroversi kasus WO? Siswanto dan Rudi Widodo dengan percaya diri menolak bermain tarkam, sekalipun dapat memberi pemasukan materi untuk menghidupi keluarga.
Gelandang serang Persebaya "Bonek FC" United, Siswanto dengan tegas berani menolak banyak tawaran bermain tarkam. Pemain asal Pasuruan, Jatim, itu menolak banyak ajakan rekan-rekannya sesama pesepak bola bermain tarkam, sekalipun aktivitas klubnya belum jelas pasca tersingkir dari perempat final Piala Presiden 2015.
Advertisement
Tak hanya kegiatan tim saja terhenti, posisi Bonek FC kini di ujung tanduk dalam kasus dualisme Persebaya, karena seteru mereka Persebaya 1927 sudah menguasai hak paten penggunaan nama dan logo klub. Siswanto dan para pemain Bonek FC lainnya bakal merana jika jika nantinya klub yang mereka bela bubar jalan.
Akan tetapi Siswanto memilih tak mau ambil pusing dengan konflik yang melanda klubnya. Hari-harinya kini dihabiskan dengan bercengkrama dengan istri dan anak.
Dirinya ingin melupakan sementara urusan balbalan. Jangan heran kalau dirinya berani menolak tawaran bermain tarkam. Bagi Siswanto, bayaran bermain tarkam tidak sebanding dengan risiko yang akan diterimanya jika sampai cedera.
Karena itu, ia memilih untuk menikmati liburannya bersama istri (Dora Bonawati) dan dua anaknya, Mochammad Alief Mardova dan Mochammad Ardio Mardova di rumahnya di Bandung.
“Bukannya saya sombong. Saya harus bersikap profesional, karena saya masih terikat kontrak dengan klub. Saya tak ingin merugikan klub dengan bermain tarkam. Sebab kalau sampai cedera, klub tidak bisa menggunakan tenaga saya,” tuturnya.
Sejak Persebaya “Bonek FC” United tersingkir dari Piala Presiden 2015 setelah kalah WO dari Sriwijaya FC (27/9/2015), Siswanto mengaku hanya latihan biasa bersama beberapa pemain lain di salah satu lapangan di Bandung. Latihan tersebut hanya untuk menjaga kondisinya agar tak menurun.
“Latihan sambil ajak mainan anak-anak di lapangan. Selain untuk hiburan, saya juga mengenalkan mereka dengan sepak bola. Istri juga sering kali ikut untuk jaga anak kalau saya latihan serius,” jelas pemain yang namanya mulai terkenal setelah membela Persekapas Pasuruan di pertengahan tahun 2000-an tersebut.
Hal yang sama dilakukan Rudi Widodo. Sang striker emoh bermain tarkam. Maklum, ia pernah mengalami cedera lutut kiri parah hingga membuatnya absen sekitar setahun dari sepak bola nasional. Meski cederanya bukan akibat main tarkam, Rudi mengaku trauma jika harus cedera lagi.
“Beberapa kali diajak saya tolak, karena sangat tersiksa tidak bisa main bola. Itu pengalaman terpahit sepanjang karier saya di bola. Karena itu, kalau ada ajakan main tarkam, saya menolaknya,” ujar Rudi.
Karena itu, ia memanfaatkan liburan kali ini untuk berkumpul bersama istri dan anak semata wayangnya. Tiap pagi dan sore ia latihan bersama rekan-rekannya di lapangan yang tak jauh dari tempat tinggalnya di Pati, Jawa Tengah.
Rudi pun berpesan pada rekan-rekannya yang lain, terutama pemain muda agar tak gampang menerima ajakan main tarkam. Sebab, kalau sampai cedera akan rugi besar. “Jangan karena uang tak seberapa, tapi kehilangan sumber mata pencarian. Karier profesional jauh lebih berharga,” pesannya.
Baca Juga:
Ingin WO di Piala Presiden? Siapkan Dana Rp 1 Miliar!
SFC Ungkap Kasus Lama Wasit Jerry, Bonek FC Dinilai Berlebihan