Bola.com, Pasuruan - Sore itu, Kamis (8/10/2015), tampak seorang pemuda keluar dari sebuah rumah di Dusun Penanggungan, Desa Kejapanan, Pasuruan. Dengan mengenakan hem biru bermotif dipadu celana jeans warna biru, pemuda itu tampak bergegas menunggangi motor berwarna warna hijau miliknya.
Pemuda tersebut tak lain adalah mantan bek sayap kiri Timnas U-19, M. Fatchu Rochman. Pemain yang kini membela klub Persebaya “Bonek FC” United itu segera menyalakan mesin motornya, kemudian memacunya dengan kecepatan sedang.
Advertisement
Setelah sekira 15 menit perjalanan, Fatchu Rochman tiba di sebuah lapangan yang terletak di Desa Patuk, Gempol, Pasuruan. Di sana sudah ada puluhan remaja dan anak-anak yang sedang bermain bola di bawah pengawasan seorang pelatih. Tak lama berselang, anak kedua dari tiga bersaudara itu menanggalkan pakaiannya dan berganti kostum kebesaran Bonek FC.
Fatchu Rochman lantas membaur dengan yang lain untuk menjalani latihan bersama klub amatirnya, Diklat Merah Putih. Di SSB inilah Fatchu dulu menimba ilmu sepak bola hingga lolos seleksi Timnas U-19 besutan Indra Sjafri.
"Saya dulu seperti mereka, berlatih dan bermain. Berangan-angan jadi pesepak bola andal yang bisa membanggakan orang tua dan pelatih. Mengenakan kostum Merah-Putih, membela timnas di kancah internasional," kenang Fatchu.
Sebagian mimpi itu sudah pernah diwujudkan ketika bergabung dengan Timnas U-19. Ia menjadi salah satu pemain yang berkontribusi besar ketika Timnas U-19 menjuara Piala AFF U-19 pada 2013.
Sayang, impiannya tak berjalan mulus. Setelah Timnas U-19 tersingkir dari Piala AFC U-19, Fatchu tak pernah lagi mengenakan kostum Merah-Putih. Lebih ironis, ketika kembali ke klub, ia tak sempat merasakan atmosfer kompetisi ISL karena lebih dulu distop oleh PSSI menyusul konflik dengan Kemenpora.
Fatchu hanya merasakan bertanding di sejumlah uji coba dan turnamen yang diikuti oleh klub yang ia naungi. Sebab, pada dua kali pertandingan di ISL 2015 lalu, masing-masing melawan Mitra Kukar dan Pusamania Borneo FC, posisinya ditempati Dany Saputra.
"Itu juga yang saya sesalkan. Sudah lama saya ingin main di kompetisi, tapi saat itu tiba justru kompetisi karut-marut," keluhnya.
Saat ini dianggapnya lebih parah, selain Bonek FC sudah tak lagi berkiprah di Piala Presiden 2015 akibat kasus walk out (WO) di leg kedua perempat final melawan Sriwijaya FC, kesempatan tampil bersama tim Pra PON Jatim juga gagal karena kualifikasi PON 2016 Jabar Zona Jawa ditunda oleh kepolisian karena surat edaran dari Tim Transisi.
"Saya sekarang ini bingung campur sedih, mau latihan tidak tahu latihan apa. Saya juga tidak tahu latihan targetnya untuk apa. Yang saya tahu, hanya latihan untuk jaga kondisi saja," ucapnya.
Facthu sedih melihat kondisi sepak bola Indonesia yang semakin tak menentu. Padahal, ia sudah menggantungkan hidupnya dari sepak bola. "Kalau begini terus, bagaimana nasib kami nanti? Saat ini saja saya sudah resah, mau tidak apa-apa rasanya tidak enak, mau makan kepikiran, mau melakukan sesuatu juga bingung," keluhnya.
Sampai kapan petinggi negara serta pejabat di PSSI membiarkan hal seperti ini terjadi? M. Fatchu Rochman hanyalah satu dari sekian banyak pemain muda Indonesia penuh talenta yang menunggu kesempatan untuk jadi pesepak bola yang berguna bagi bangsanya. Bukan, justru ditepikan akibat konflik di level elite yang tak juga berakhir.
Baca Juga :
Feature: Saat Tambaksari Tak Lagi Riuh Yel Fanatisme Persebaya
Feature: Kisah Sukses Djoko Malis selepas Tinggalkan Sepak Bola