Bola.com, Solo - Papua tampaknya selalu saja menghasilkan bibit-bibit pesepak bola andal. Salah satunya produk asli pulau Cenderawasih itu adalah Patrich Wanggai, yang kariernya di sepak bola Tanah Air boleh dibilang moncer.
Sejak berkarier sebagai pesepak bola profesional pada 2007 silam, Wanggai telah membela enam klub di Indonesia. Mulai dari Persewon Wondama, Perseman Manokwari, Persidafon Dafonsoro, Persipura Jayapura, dan terakhir Sriwijaya FC.
Advertisement
Tetapi sebelum berseragam Sriwijaya, pemain berusia 27 tahun tersebut sempat merasakan berkarier terlebih dahulu di klub Malaysia, T-Team. Namun, kiprahnya di sana tak berlangsung lama, sebab Wanggai memutuskan untuk bergabung dengan Laskar Wong Kito.
Bila melihat karier pemain bernomor punggung 88 itu tentu para pecinta sepak bola nasional tak pernah berpikir kalau Wanggai sempat tak didukung oleh keluarganya sebagai pesepak bola. Penyebabnya, menurut keluarga Wanggai, karier pesepak bola tidak menjanjikan.
Alhasil, ia terus berusaha keras agar bisa mendapat dukungan dari keluarganya. Kerja keras yang dilakukan Wanggai pada akhirnya membuahkan hasil, dan keluarga besar dari pemain kelahiran 27 Juni 1988 tersebut mendukung sepenuhnya karier yang dijalani Wanggai.
Ternyata kehebatan Wanggai dalam mengolah si kulit bundar memang berasal dari keluarganya. Ayah kandung mantan pemain Persipura Jayapura tersebut adalah seorang pemain bola amatir dan beberapa saudaranya juga jadi pesepak bola.
"Awal karier saya bermain di tim lokal Papua khususnya di Kota Nabire di PS Hasrat Abadi Nabire punya Toyota. Di sana saya belajar banyak tentang sepak bola, mulai teknik dasar sampai lainnya," kata Wanggai ketika dijumpai bola.com dalam suasana santai di Hotel Riyadi Palace, Solo, menjelang duel semifinal kedua Piala Presiden 2015 melawan Arema Cronus.
"Alasan saya menyukai sepak bola mungkin karena hobi bukan kecintaan. Keluarga saya mulai dari papa saya, om-om , kakak-kakak saya sudah cinta kepada sepak bola," tambah Wanggai dengan senyum semringahnya.
Suka menonton film action
Pria berkepala plontos itu mengatakan selain mempunyai hobi di dalam sepak bola, juga memiliki kegemaran menonton film-film bergenre action. Menonton jenis film itu dapat memacu adrenalinnya.
Salah satu film yang selalu diikutinya adalah Fast & Furious. Film yang dibintangi oleh Vin Diesel, James Wan, Justin Lin, hingga mendiang Paul Walker tersebut ia ikuti sejak seri pertama hingga seri terakhir.
Menurut Wanggai, menonton film bisa mengisi kekosongan waktu saat sedang libur berlatih. Bisa dipastikan bila ada film bergenre action ia selalu menyempatkan waktu untuk menyaksikan film tersebut.
Selain gemar menonton film, bila ada waktu senggang Wanggai senang berjalan-jalan bersama istri dan anaknya. Mereka biasanya pergi ke mal ataupun sekedar makan di dekat hotel penginapan timnya, sekalipun waktu yang dimiliki hanya singkat.
Kegemarannya itu ditunjukkan saat Sriwijaya berhadapan dengan Arema pada semifinal kedua pekan lalu di Solo. Saat itu Wanggai pergi keluar hotel sambil menggendong buah hatinya untuk makan siang bersama sang istri.
Awal mula bertemu dengan Tibo
Musim 2015 ini Wanggai bertemu dengan teman lamanya, yaitu Titus Bonai, di Sriwijaya FC. Kedua pemain asal Papua tersebut telah berkawan lama. Mereka kian dekat ketika berduet bareng saat membela Timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2011.
Wanggai dan Tibo menjelma menjadi duet yang menakutkan di SEA Games yang dihelat di Jakarta dan Palembang. Keberhasilan Tim Garuda Muda menembus final tak lepas ketajaman dua pemain menjebol gawang tim-tim pesaing.
Dua pemain ini selalu mencetak gol di setiap pertandingan SEA Games kecuali saat partai final berhadapan dengan Malaysia. Wanggai juga tercatat sebagai top scorer di SEA Games 2011.
Tetapi, ajang SEA Games bukanlah awal pertemanan kedua pemain tersebut. Mereka menjalin persahabatan sejak PON edisi 2006. Uniknya keduanya membela tim berbeda. Titus Bonai di Papua, sementara Patrich Wanggai membela Papua Barat.
Bahkan kehadiran Titus Bonai di Srijaya menjadi salah satu alasannya Wanggai berlabuh di klub asuhan Benny Dollo itu. Sebab menurutnya ia ingin mengulangi duet manisnya ketika masih membela Timnas U-23.
"Salah satu alasan mengapa saya ke Sriwijaya FC, mungkin awalnya karena ada Tibo. Saya sangat ingin sekali berduet dengan dia. Ini merupakan kali pertama kami berduet di klub sepak bola nasional."
"Tibo orangnya baik, kami saling bercerita, ngobrol, saling bicara soal permainan, mungkin jalan bareng kadang itu yang buat kami saling ingat dan kami sudah seperti keluarga."
Lebih lanjut Wanggai menyatakan Tibo adalah orang baik. Pasalnya, di usia yang masih muda ia dapat terpilih menjadi kapten tim di Sriwijaya karena Tibo selalu memegang teguh arti dari tanggung jawab.
"Hal baik yang ada di Tibo adalah dia bila diberi kepercayaan, orangnya tanggung jawab. Contohnya sekarang dia jadi kapten kami dan dia menjalankan tugasnya dengan tanggung jawab."
Tokoh idola sampai kesamaan tato dengan Tibo
Wanggai menyebutkan sosok yang menjadi inspirasi selama ini adalah ayahnya. Pemain kelahiran Nabire, 27 Juni 1988 ini, belajar banyak dari sang ayah untuk menjadi laki-laki tangguh yang dapat mengayomi keluarga.
Meski telah wafat, Wanggai selalu ingat pesan dari sang ayah. Bahkan ia membuat tato khusus di lengan sebelah kanannya untuk mengenang jasa-jasa yang telah beliau berikan terhadapnya.
"Idola khusus bagi saya adalah papa. Walau orangnya sedikit keras, hatinya baik. Semua itu dia lakukan untuk mendidik anak menjadi orang yang hebat."
Yang menarik lainnya, Tibo dan Wanggai memiliki kesamaan yakni dalam soal tato. Kedua pemain itu menuliskan nama istrinya dan anak mereka di lengan. "Soal Tato ini tato pertama saya, ini nama istri saya Cecilia. Tato kedua ini ketika juara bersama Persipura tahun 2012-2013, tato ketiga nama papa sama tanggal beliau meninggal. Terakhir Tato nama anak saya Patricia Calista wanggai."
Baca Juga:
Couple: Tibo-Wanggai Akhirnya Bisa Berjodoh di Sriwijaya (1)