Bola.com, Makassar- Setelah tersingkir dari Piala Presiden 2015, manajemen PSM Makassar mencopot Assegaf Razak dari posisinya sebagai pelatih kepala. Peran Assegaf diambil oleh asistennya, Syafril Usman. Eks striker BPD Jateng dan PSIS Semarang ini bertugas menyiapkan tim menghadapi tiga turnamen sekaligus, yakni Habibie Cup, Turnamen Satu Abad, dan Indonesia Super Cup.
Sebagai tim yang punya tradisi bagus di pentas sepak bola nasional, Syafril langsung menghadapi tuntutan suporter Juku Eja, yang mengharapkan gelar sebagai kado ulang tahun PSM ke-100 yang jatuh pada 2 November 2015.
Advertisement
Tentu tidak mudah buat Syafril dan PSM memenuhi harapan suporter. Pada Habibie Cup misalnya, pesaing PSM di turnamen itu membangun kekuatan dengan memakai jasa pemain ISL dan Divisi Utama. Sebaliknya, manajemen PSM meminta Syafril lebih mengoptimalkan peran pemain U-21 di Habibie Cup.
Ditemui bola.com usai memimpin latihan di Lapangan Karebosi, Jumat (16/10/2015) petang, Syafril mengungkapkan target personal yang ingin dicapainya sebagai pelatih kepala di masa transisi PSM menuju ISL musim depan. Apa saja? Berikut penuturannya.
Ini kali pertama bagi Anda menangani tim ISL sebagai pelatih kepala, apakah terbebani dengan status baru ini?
Dukungan dan kebersamaan yang tercipta di PSM selama ini membuat saya tidak merasa terbebani ketika manajemen menunjuk saya menggantikan peran Assegaf. Saya malah termotivasi untuk membawa PSM meraih hasil lebih baik dari sebelumnya.
Ada tiga turnamen yang dikuti PSM, yakni Habibie Cup, Turnamen Satu Abad, dan Indonesia Super Cup. Anda yakin bisa membawa PSM berprestasi maksimal?
Saya selalu optimistis menatap tantangan. Apalagi, manajemen PSM pasti mendukung saya saat membentuk tim. Tentu materi tim disesuaikan dengan level turnamen yang akan kami hadapi. Misalnya, materi Habibie Cup jelas berbeda dengan Turnamen Satu Abad.
Di Habibie Cup, Anda mengandalkan mayoritas PSM U-21. Padahal, pesaing PSM ramai-ramai memperkuat diri dengan memakai jasa pemain ISL dan Divisi Utama. Ada komentar soal itu?
Saya percaya dengan kemampuan pemain PSM U-21. Selain sudah lama berlatih bersama, secara teknik dan fisik mereka sudah bisa diandalkan. Masalahnya hanya pada jam terbang karena ISL U-21 musim lalu tidak jadi digelar. Tapi, kalau jam terbang jadi alasan, tentu sampai kapan pun mereka tidak pernah mendapat kesempatan.
Saya berharap dengan memainkan mereka lebih banyak di Habibie, ada lima sampai enam pemain yang bisa 'muncul' dan masuk skuat senior PSM di ISL musim depan. Bagi saya, seorang pelatih dianggap berhasil ketika dia bisa melahirkan pemain andal. Tidak melulu karena dia membawa timnya juara.
Terkait tim lain memakai jasa pemain bintang ISL, saya malah senang. Alasannya sederhana. Saya ingin pemain muda PSM mendapat tekanan yang membuat mereka bisa lebih matang.
Anda kini jadi pelatih kepala PSM, apa target pribadi Anda?
Saya ingin membangun tim masa depan PSM. Itu target pribadi saya saat ini. Karena saya tidak mungkin menjabat jadi pelatih kepala di ISL musim depan karena terkendala lisensi.
Baca Juga:
Video: Wawancara Benny Dollo yang Sukses Mengantarkan Sriwijaya FC ke Final Piala Presiden
Wawancara Djadjang Nurdjaman, Pelatih Persib Bandung
Wawancara Dian Agus Prasetyo: Dari Gol Lancine Kone hingga Persib