Sukses


5 Karakter Bendol yang Membentuk Kepribadian Firman Utina

Bola.com, Jakarta- Untuk pertama kalinya, Firman Utina berjumpa dengan Benny Dollo pada sebuah laga final turnamen sebagai lawan. Tentu hal itu jadi menarik karena Firman merupakan anak didik Bendol, saat keduanya masih berada di Persma Manado.

Benny Dollo yang kini berstatus sebagai pelatih Sriwijaya FC, hampir selalu membawa Firman Utina ke manapun ia mengarsiteki klub. Persita Tangerang, Arema Indonesia, Persija Jakarta, klub-klub yang pernah disinggahi Firman bersama Bendol.

Kepada bola.com, dalam sebuah wawancara eksklusif di hotel tempat menginap Persib, Sabtu (17/10/2010) malam, Firman menceritakan beberapa karakter Bendol yang memengaruhi karier dan karakter Firman Utina.

1. Bendol Tak Pernah Memaksa

Sudah 10 tahun berlalu ketika Benny Dollo dan Firman Utina berada dalam satu tim, yakni di Persma Manado. Benny yang menangani Persma saat itu dibilang sebagai pelatih yang menemukan Firman sekaligus membentuk karakternya. Firman mengakui hal itu, tapi ada satu karakter Bendol yang sangat memengaruhi karier Firman hingga sekarang.

“Om Benny tak pernah memaksakan kehendak dia kepada pemain yang ditangani. Termasuk saya. Saya dibimbing, ditemukan, dan dilatih oleh Om Benny. Tetapi, Om Benny tak pernah memaksa. Seperti orang tua, Om Benny membukakan jalan lalu dia membebaskan saya untuk memilih. Termasuk saat kami berada di klub yang sama, dia tak pernah memaksa untuk saya ikut ke klub yang ia tangani,” kata Firman kepada bola.com.

2. Bendol Tak Pernah Puas

Dalam setiap momen kemenangan atau keberhasilan, Bendol tak pernah merasa puas. Karakter itu yang membuat Firman tetap eksis pada usia 35 tahun sebagai gelandang serang. Setelah berada di Persma pada 1999-2000, Bendol memboyong Firman ke Persita Tangerang pada 2002-2003. Keduanya bertemu lagi di Arema pada musim 2005-2006. Dua tahun kemudian, mereka kembali bekerja di kantor yang sama, Persita.

“Pada setiap momen Om Benny melatih saya, dia selalu menekankan untuk tidak pernah merasa puas tetapi wajib mensyukuri apa yang sudah saya raih,” ucap Firman.

3. Bendol Tak Pernah Memuji
Kedekatan Bendol dan Firman tak lantas membuat Bendol sebagai pelatih memuji anak didiknya. Dulu, Firman kadang merasa kecewa karena tak dapat pujian dari Bendol. Akan tetapi, Firman merasa hal itu sangat berguna. Satu hal yang tak bisa dilupakan Firman adalah Bendol selalu menepuk bahu pemain. Itu tandanya Bendol memberi pujian. Tetapi, tak pernah keluar kata-kata manis dari mulut Bendol.

“Hanya tepukan satu atau dua kali di bahu. Tapi, saya tahu itu tandanya Om Benny mengapresiasi saya. Tanpa pujian, saya merasa lebih senang dan nyaman dalam bekerja.”

4. Bendol Tak Pernah Menyerah

Firman dan Bendol sama-sama melewati masa perjuangan menjadi pemain dan pelatih. Mereka juga merasakan masa keemasan dalam karier dan ada saat di mana mereka dianggap buruk sehingga muncul kritik dari berbagai pihak. Firman merasakan hal itu saat berada di tim nasional. Tahun 2010 bisa dibilang sebagai puncak karier Firman di timnas.

“Om Benny tak pernah menyerah pada situasi sesulit apapun. Di timnas, saya pernah dikritik, dia juga demikian. Dia tak pernah menyerah dan selalu ingin membuktikan,” lanjut Firman.

5. Bendol Tak Pernah Mengingkari Profesi

Satu nasihat dari Benny Dollo yang selalu diingat Firman adalah menjadikan sepak bola sebagai kantor tempat bekerja. Kata-kata itu diucapkan Bendol saat Firman meninggalkan Persma untuk merantau ke Tangerang. Firman masih muda kala itu. Ia pun tak begitu memahami perkataan Bendol. Baru saat karier Firman masuk pada tahun kelima, Firman sadar.

“Om Benny adalah orang yang sangat patuh pada profesinya. Jadi pemain sepak bola, bermainlah dengan kepuasan hati dan tak hanya menjadikan profesi sebagai cara mencari uang, tapi juga jalan untuk hidup.”

Baca Juga:

Firman Utina: Gelar Pribadi Nomor Dua, Persib Harus Juara!

Bendol: Pemain Sriwijaya FC Jangan Gugup, Nanti Bikin Susah Tim!

Sriwijaya FC Tembus Final, Bendol: Pemain Jangan Terlena!

Video Populer

Foto Populer