Bola.com, Jakarta - Terhentinya kompetisi sejak beberapa bulan lalu tak hanya memengaruhi nasib insan sepak bola nasional, tapi juga pedagang jersey di stadion. Apalagi selepas Piala Presiden 2015 kelanjutan liga di Indonesia masih belum jelas.
Konflik antara Menpora dan PSSI membuat Indonesia Super League (ISL) 2015 harus dihentikan di tengah jalan. Akibatnya, pemain sepak bola, pelatih, ofisial tim, hingga pengelola stadion kehilangan pemasukan.
Advertisement
Bahkan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bintang-bintang lapangan hijau di Tanah Air rela mengikuti kompetisi antarkampung (Tarkam). Yang paling memprihatinkan, tak sedikit pesepak bola yang bekerja sebagai kuli bangunan, tukang ojek, hingga penarik odong-odong.
Kendati demikian, sepak bola nasional kembali bergeliat. Dua kejuaraan besar digelar pemerintah dan sponsor, yakni Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden 2015. Para insan sepak bola di Tanah Air kembali mendapat pemasukan dari dua ajang tersebut.
Tapi bukan hanya pesepak bola, pedagang kecil di stadion seperti penjual jersey kembali kecipratan rezeki dengan adanya dua kompetisi tersebut. Bahkan, Deny Gondrong salah seorang penjual jersey asli Malang bisa mendapatkan pemasukan Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per laga.
"Penjualan selama Piala Presiden lumayan. Kompetisi ini sangat membantu padang-pedagang kecil seperti kami-kami ini," ujarnya saat menjajakan dagangan pada laga Mitra Kukar kontra Arema Cronus di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (17/10/2015) sore Wita.
Namun, dengan berakhirnya Piala Presiden 2015 di mana Mitra Kukar dan Arema memperebutkan tempat ketiga, dan Sriwijaya FC bersua Persib Bandung di final, Minggu (18/10/2015), terhenti pula pemasukan dari menjual jersey. Sebab selama ini dia menggantungkan hidupnya dari menjual pernik-pernik tim seperti kaus, syal, hingga terompet dari satu stadion ke stadion lain.
Untuk itu, Deny yang telah berjualan jersey selama 10 tahun itu berharap kompetisi di Tanah Air khususnya liga bisa kembali berjalan. Dengan kembali bergulirnya kompetisi, pemain, pelatih, staf tim, pengelola stadion, hingga pedagang kecil bisa kembali memiliki pemasukan tetap.
"Semoga Menpora dan PSSI bisa mengerti nasib pedagang kecil yang bergantung dari kompetisi seperti ini. Kami ingin para pejabat di atas bisa terketuk hatinya agar ISL kembali bergulir," harapnya.
"Kondisi seperti ini selain pedagang juga pemain yang paling dirugikan. Gara-gara kompetisi berhenti ada pesepak bola yang sampai berjualan gorengan, jadi kuli bangunan, bahkan sampai jadi supir odong-odong."
Baca Juga:
Bobotoh Geulis: Jaminan Pak Ahok Bikin Kami Berani ke GBK