Bola.com, Yogyakarta - Kualifikasi cabang olahraga sepak bola PON 2016 zona Jawa belum ada kejelasan alias buram. Polemik itu membuat pelatih tim Pra PON DIY, Seto Nurdiantoro, bingung. Seto menganggap ketidakjelasan ini membuatnya tak bisa merancang program secara kontinyu.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Kalau mau mulai program latihan, buat apa karena jadwalnya belum jelas. Anak-anak terpaksa saya liburkan sampai waktu yang tidak ditentukan," ungkap Seto kepada bola.com.
Sejatinya, tim Pra PON DIY bertarung menghadapi tuan rumah Jawa Tengah pada partai pembuka di Stadion Jatidiri, Semarang, 8 Oktober lalu. Saat itu, pemain kedua kesebelasan sudah berada di lapangan dan hendak memulai pertandingan.
Akan tetapi, beberapa saat jelang kick-off, Polda Jateng mencabut izin laga karena mendapat instruksi dari Mabes Polri. Keputusan tersebut memuat kedua kubu dan kontestan lain seperti Jawa Timur dan DKI Jakarta kecewa dan akhirnya kembali ke daerah masing-masing.
Advertisement
Baca Juga :
Nahkoda tim berusia 41 tahun itu menambahkan pasca batalnya kualifikasi PON 2016 Zona Jawa, sejumlah penggawa sempat mengikuti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) DIY. Mereka antara lain dua kiper Lucki dan Alfian, bek Anugrah, Dian Pratama (Kabupaten Bantul), serta Mahesa (Kabupaten Sleman).
Ajang tersebut setidaknya mampu menjaga fisik dan sentuhan bola awak skuatnya. Namun, usai agenda tersebut berakhir pekan lalu, Seto mengaku nyaris semua penggawanya vakum dari dunia sepak bola. "Saat ini kami masih menunggu instruksi dari manajemen terkait masa depan tim. Jika sudah ada perintah latihan, saya segera kumpulkan pemain," ucapnya.
Mantan pemain Pelita Solo dan PSS Sleman tersebut berharap konflik sepak bola di tingkat atas segera terselesaikan. Sebab, dia juga mendengar batas akhir laga sepak bola kualifikasi PON maksimal akhir bulan depan. Jika tidak, cabor paling populer di Tanah Air dan belahan dunia tersebut terancam tidak dipertandingkan di Jabar, tahun depan.
"Agenda PON diikuti pemain-peman muda yang bisa jadi tumpuan Timnas Indonesia ke depan. Jadi, pemain seperti mereka jangan jadi korban konflik di tataran elite," tandas Seto.