Bola.com, Bandung - Bagi masyarakat awam, mendengar pria bernama Dua Malam Sehari mungkin bakal mengerutkan dahi. Pertama kali terlintas adalah keunikan dari nama sosok penggagas turnamen Plumbon Cup I tersebut. Namun siapa sangka, nama dia cukup berkibar sebagai pegiat sepak bola di Kabupaten Karanganyar. Kepada bola.com, pemilik Toserba Djaya Muda Group kelahiran 13 Mei 1973 itu bercerita awal mula nama unik tersebut sekaligus kecintaanya pada sepak bola di Lereng Lawu.
Advertisement
Baca Juga
Bisa diceritakan bagaimana awal mula orang tua Anda memberikan nama unik terebut?
Dulu saat akan melahirkan, ibu saya (Sutasmi) mengalami kesakitan saat kontraksi atau istilahnya pembukaan pada persalinan normal selama dua malam dengan dibantu bidan di rumah. Nah, dari situlah bapak saya (Djoyo Supadmo) memberi nama Dua Malam Sehari.
Nama pemberian orang tua bagi saya adalah doa dan berkah. Ya, alhamdulillah sampai saat ini selalu diberi rizki dari Allah SWT. Apalagi nama itu membuat orang lebih gampang mengenal saya. Setelah orang mengenal, cukup memanggil saya dengan Hari.
Apa yang mendasari Anda giat dalam sepak bola di Karanganyar?
Pada prisipnya, saya punya visi dan misi untuk melahirkan bibit pemain hingga menjadi profesional untuk memajukan sepak bola lokal, sehingga bisa menghidupi dan mengangkat citra tim Persika Karanganyar. Apalagi di sini memiliki potensi besar dan pernah melahirkan pemain-pemain profesional, seperti Anindito Wahyu (Mitra Kukar) dan Akbar Riansyah (gelandang Persis Solo). Saya optimistis Karanganyar tidak kalah dengan daerah lain.
Atas dasar itu, lalu Anda secara intensif menggulirkan turnamen di Karanganyar?
Jiwa saya seperti terpanggil untuk menggerakkan roda pembinaan sepak bola di Karanganyar. Saya memang bukan pengurus Askab PSSI Karanganyar, tapi dulu pernah menjadi pemain sepak bola. Harapan saya, berbagai event bisa kembali membangkitkan gairah persepakbolaan di sini.
Apa tidak rugi menggelar turnamen yang sebagian besar dananya dari kantong pribadi?
Ini bukan masalah rugi puluhan juta atau untung, tapi kepuasan dan bagaimana saya bisa memberikan hiburan bagi masyarakat. Kalau pun ada sumbangan itu berasal dari para donatur yang peduli akan persepakbolaan di Karanganyar.Â
Bagaimana Anda melihat potensi Karanganyar, khususnya  Tawangmangu yang memiliki dua stadion mini di Plumbon dan Sepanjang dengan kualitas rumput bagus?
Saya sudah punya angan-angan dan gambaran bahwa Tawangmangu bisa dibuat jadi the next Batu Malang yang biasa dijadikan TC (Training Camp) Timnas. Kualitas rumput di Plumbon dan Sepanjang saya rasa tidak kalah dengan Batu, apalagi sama-sama bercuaca sejuk. Toh, di Tawangmangu juga terdapat ratusan penginapan dan objek wisata air terjun Grojogan Sewu. Tentu bisa jadi destinasi klub-klub maupun timnas menggelar program di sana. Sekaligus promosi wisata.
Melihat sepak bola nasional masih karut-marut, apa harapan Anda?
Sebagai pecinta sepak bola, saya hanya bisa berharap konflik sepak bola di tingkat atas bisa segera selesai. Kasihan para pelaku olahraga yang menggantungkan nafkah pada cabang populer ini.