Bola.com, Jakarta - Kiper timnas era 1960-an, Harry Tjong memiliki kisah unik bersama almarhum Sinyo Aliandoe. Pada 1982, Harry pernah diminta menggantikan posisi Sinyo sebagai pelatih kepala klub Galatama, Tunas Inti.
Diakui Harry, ia sempat menolak tawaran melatih klub yang berada di ibu kota karena tidak enak dengan Sinyo. Namun, ayah dari Eduard Tjong itu akhirnya mau menerima tawaran bergabung ke Tunas Inti setelah bertemu dengan pelatih timnas di Kualifikasi Piala Dunia 1986 itu.
Baca Juga
Tersingkirnya Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Keputusan PSSI Turunkan Skuad yang Belum Matang, Risiko Tanggung Sendiri
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia pada Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
“Waktu di Tunas Inti, saya masuk menggantikan Sinyo Aliandoe. Saya awalnya nggak mau dan mengambil risiko menolak tawaran itu,” ucap Harry.
Advertisement
Baca Juga
“Tak lama, Sinyo malah datang menemui saya untuk menerima tawaran itu. Karena dia yang meminta, akhirnya saya terima tawaran itu. Kalau diingat-ingat masa-masa itu benar-benar lucu dan aneh,” ia menambahkan.
Di mata Harry, Sinyo merupakan pribadi yang ramah dan memiliki tutur kata yang santun. Ia juga jarang melihat pria kelahiran Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1938 itu mengumbar emosi saat menukangi sebuah tim.
“Dia tipikal pelatih kebapakan, berbeda dengan saya yang keras dalam melatih. Dia juga pribadi yang suka memberikan pendapat. Saya rasa banyak pemain yang menaruh respek terhadap dia,” ucap Harry yang merupakan mertua eks striker Persija, Adityo Darmadi.
Sinyo Aliandoe telah menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Mayapada, Cinere, Rabu (18/11/2015) pagi. Dari keterangan anak bungsunya, Theodorus Aliandoe, pelatih yang membawa Indonesia meraih Piala Aga Khan, Piala Raja Thailand, dan Merdeka Games itu meninggal dunia karena penyakit jantung.