Bola.com, Jakarta - Percaya atau tidak, klub sepak bola Indonesia masih melakukan hal-hal yang berbau klenik. Dari era Perserikatan 1950-an, lalu Galatama, hingga kompetisi era milenium ketiga, Liga Indonesia dan Indonesia Super League.
Cerita menarik dari klub Galatama, PS Sari Bumi Raya. Mantan pemain Sari Bumi Raya, Agus Santoso menceritakan pengalaman tur tandang pada kompetisi Galatama musim 1981-1982. Rute paling jauh, Sari Bumi Raya menyambangi markas Pardetex dan Mercu Buana di Medan, serta Makassar Utama di Ujungpandang.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau tur, pasti selalu ada kejadian lucu. Kami masih percaya klenik. Kalau tur ke Jakarta, kiper utama Sari Bumi Raya, Johan Subariyadi tidak boleh melewati sungai Ciliwung. Entah apa maksudnya, tapi pemain percaya dan menghidari Ciliwung," tuturnya.
Saat tur keluar Pulau Jawa, para pemain sangat bangga karena bisa merasakan naik pesawat. Maklum, pada era itu pesawat merupakan alat transportasi yang mewah. Apalagi, maskapai yang mereka tumpangi adalah Garuda, yang dulu masih bernama Garuda Indonesian Airways.
"Pokoknya top kalau sudah naik pesawat. Sepulang laga tandang pasti cerita ke keluarga dan teman di rumah," ucapnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Foto Klasik Ini Bercerita Serunya Awayday Klub Indonesia 1980-an
Cerita seru lain adalah tradisi pemilik klub yang membawa uang dalam koper dan dibuka di ruang ganti pemain. Tujuannya supaya pemain termotivasi untuk menang. Bila menang, satu pemain akan mendapat bonus Rp 100 ribu. Kalau seri di laga tandang Rp 50 ribu.
"Duit seratus ribu rupiah zaman 1980-an sangat besar nilainya. Kami juga tetap digaji bahkan saat klub vakum," lanjut Agus.
Pemain Sari Bumi Raya sebagian besar masih anak kuliahan semester akhir. Ada cerita seru, mereka bertandang ke Jakarta tanpa menginap karena pagi hari, para pemain sibuk kuliah.
"Main sore di Jakarta, kami baru berangkat siang. Mau tidak mau, karena zaman dulu pemain yang kuliah tidak dapat dispensasi," kata Agus.
Sari Bumi Raya adalah klub asal Bandung yang dibentuk oleh Junarsono, anak dari Ketum PSSI 1975-1977, Bardosono. Sari Bumi Raya pernah diperkuat pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman pada edisi Galatama musim pertama, tahun 1978. Lalu pada 1981, Sari Bumi Raya pindah markas ke Yogyakarta dan dilatih oleh Drs. Soedjono.
Skuat Sari Bumi Raya angkatan 1981-1983 di antaranya, Hariyanto (kapten), Bambang Haryatmo, Sulistya, Bambang Nurjoko, Melius Mao, Sutrisno, Sudaryanto, dan Inyong Lolombulan. Sari Bumi Raya bubar pada tahun 1984 setelah vakum pada 1983.
Advertisement