Bola.com, Jakarta - Perjalanan Sriwijaya FC di Piala Jenderal Sudirman berakhir lebih awal. Setelah menjalani empat laga di babak grup, Sriwijaya tersingkir karena hanya menempati peringkat tiga Grup A, di bawah Arema Cronus dan Persija Jakarta yang lolos ke babak delapan besar.
Sriwijaya juga kalah dalam perebutan jatah tiket delapan besar melalui predikat peringkat tiga terbaik dari Mitra Kukar dan Borneo FC. Dari empat laga yang dilalui, tim polesan Benny Dollo ini meraih hasil satu kemenangan pertandingan waktu normal melawan Gresik United, satu kemenangan melalui adu penalti melawan PBR, dan dua kekalahan dari tuan rumah Arema dan juga Persija.
Menjalani keikutsertaannya di Piala Jenderal Sudirman dengan status sebagai runner up Piala Presiden membuat banyak orang berekspektasi tim asal kota Palembang ini akan mengulangi kesuksesan serupa. Terlebih dengan kehadiran Ferdinand Sinaga dan Osas Saha.
Advertisement
Baca Juga
Sayang, tambahan kekuatan tersebut gagal mengantarkan Sriwijaya melewati babak penyisihan grup. Lebih buruknya lagi, Sriwijaya menyudahi perjalanannya dengan catatan gol yang sama sekali tidak impresif setelah hanya mencetak 2 gol dari 4 pertandingan. Cukup ironis mengingat tambahan dua pemain yang disebut di atas merupakan penyerang.
Minimnya jumlah gol yang diciptakan oleh anak asuh Benny Dollo sebenarnya bukan temuan baru. Di Piala Presiden, kala berhasil mencapai final pun Sriwijaya hanya mencetak 8 gol dari 7 pertandingan yang dilalui.
Tampaknya Bendol, sapaan akrabnya, belum berhasil menemukan formula yang efektif untuk menuntaskan masalah seretnya produktivitas lini serang juara Liga Indonesia dua kali ini.
Dihiasi oleh nama-nama penyerang top Tanah Air seperti Titus Bonai, Patrich Wanggai, Ferdinand Sinaga, T.A. Musafry, dan Osas Saha di Piala Jenderal Sudirman, 2 gol yang tercipta tentu menjadi sebuah tanda tanya besar bagi lini serang Laskar Wong Kito.
Namun, waktu persiapan yang pendek, ditambah keterlambatan beberapa pemain untuk bergabung dikarenakan keikutsertaan di turnamen tarkam Habibie Cup menjadikan tugas tim pelatih dalam meramu strategi semakin berat. Nasib serupa juga dialami oleh juara turnamen sebelumnya, yaitu Persib yang juga tersingkir dari Piala Jenderal Sudirman.
Selain itu, kesebelasan Sriwijaya FC juga mengalami pengurangan pemain kunci yang berperan cukup penting di Piala Presiden lalu. Ketiadaan Yu Hyun Koo dan Syakir Sulaiman di lini tengah Sriwijaya menyebabkan keseimbangan permainan SFC berkurang.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Sebagai catatan, Yu Hyun Koo merupakan pemain dengan total operan dan akurasi umpan terbaik di skuat Sriwijaya FC pada Piala Presiden. Pemain asal Korea Selatan ini berperan penting dalam mengatur tempo permainan sekaligus membangun serangan Sriwijaya. Belum lagi dengan Syakir Sulaiman yang sebelumnya memegang peranan penting dalam menghubungkan lini tengah dan lini serang Sriwijaya.
Tanpa kehadiran kedua pemain ini, serangan Sriwijaya terlalu mudah dibaca karena aliran bola kerap langsung diarahkan dari belakang ke depan melalui umpan-umpan panjang yang mudah diantisipasi lawan. Pemain muda rekrutan anyar Achmad Hisyam Tolle yang diharapkan dapat mengisi peran yang ditinggal Yu Hyun Koo belum mampu memenuhi harapan itu.
Sebagai komparasi, Yu Hyun Koo pada penyisihan grup Piala Presiden lalu tercatat melakukan 62,6 operan per pertandingan dengan akurasi 83%, sedangkan Achmad Tolle meskipun akurasinya menyamai Yu Hyun Koo, namun jumlah operannya lebih sedikit di angka 39 umpan per laga.
Absennya Syakir juga menyebabkan serangan Sriwijaya terlalu terkonsentrasi melalui sisi sayap. Kala masih diperkuat oleh Syakir, sang gelandang mampu memberikan variasi serangan karena pemain ini banyak beroperasi di tengah, sehingga tugas Titus Bonai menjadi sedikit lebih ringan.
Berdasarkan statistik Labbola, kita dapat melihat penurunan performa secara tim yang dialami oleh Sriwijaya pada penyisihan grup Piala Jenderal Sudirman dibandingkan dengan di babak grup Piala Presiden lalu.
Di PJS, Sriwijaya melepaskan 12 tembakan per pertandingan dengan shots on target sebanyak 5,75 per pertandingan, sedangkan pada turnamen sebelumnya jumlah rataan tembakan mencapai 17,3 dengan 9 shots on target per pertandingan.
Rata-rata operan pada PJS berada di angka 389,75 per pertandingan dengan akurasi 76%, menurun dibandingkan sebelumnya yang mencapai 457,7 operan per pertandingan dengan akurasi 79%. Begitu pun dengan total umpan silang dan akurasinya, jika di Piala Presiden Sriwijaya melakukan 25,7 crossing per match dengan akurasi 21%, di PJS, Sriwijaya mencatatkan 19,75 crossing per match dengan akurasi 19%.
Terlihat jelas bahwa lini depan Sriwijaya FC tumpul. Jika ingin berbicara banyak di kompetisi berikutnya, persoalan ini perlu segera dibenahi.
Advertisement