Sukses


Masa Kecil Andik Vermansah: Nasi Aking, Ngamen, hingga Jualan Es

Bola.com, Surabaya - Nama pesepak bola belia Andik Vermansah kembali naik daun. Penyerang binaan Persebaya Surabaya tersebut baru saja meloloskan klubnya Selangor FA ke final Piala Malaysia 2015 pada Minggu (6/12/2015). Andik yang kemampuan skillnya kerap disamakan dengan Lionel Messi itu bahkan disebut-sebut baru menandatangani kontrak wah dengan Rp 3 miliar dengan The Red Giants.

Akan tetapi siapa sangka sebelum jadi pesepak bola terkenal seperti sekarang, Andik Vermansah harus menjalani perjuangan hidup yang berat saat kanak-kanak. Terlahir sebagai anak dari orang tua tak mampu, Andik pun harus bersusah-payah bertahan hidup.

Andik menghabiskan masa kecilnya di rumah kontrakan petak. Tidurnya di lantai, hanya beralaskan tikar. Itu pun harus berbagi dengan tiga saudara serta kedua orangtuanya, Saman dan Jumaiyah.   

"Lokasi kontrakannya masuk gang kecil, besarnya hanya 9 meter persegi, ditempati 6 orang," cerita Andik.

Semua itu harus dijalaninya karena penghasilan sang ayah dari mengayuh pedal becak dan ibunya yang hanya buruh pabrik rendahan sekitar Rp 115 ribu per minggu. Jangankan untuk bayar sekolah, buat makan saja susah.

“Kadang kalau gak punya uang, ibu beli nasi yang sudah dijemur. Nasi aking untuk mengganjal perut kami," papar Andik mengenang masa kecilnya.

Andik Vermansah, saat kanak-kanak berjualan koran, es, dan koran buat bertahan hidup. (Istimewa)

Tak tega melihat kondisi orangtuanya, Andik sejak kecil sudah harus bekerja. Mulai jualan gorengan dari satu kampung ke kampung lain, jualan koran, mengamen, serta jualan es keliling di sekitar Jalan Bogen dan kawasan Karang Gayam atau sekitar Wisma Eri Irianto dan Stadion Gelora 10 November, Surabaya.

“Hitung-hitung bantu keluarga dan untuk jajan saya setiap hari. Sebab orang tua kadang tidak bisa kasih uang jajan,” cerita Andik.

Meski lelah, Andik Vermansah mengaku senang karena dari cucuran keringatnya itu ia bisa jajan seperti teman-temannya yang lain. Dari situ pula, ia bisa membeli sepatu, meski bekas.

“Saya juga pernah membeli sepatu baru di Jalan Praban, Surabaya. Saat itu sisa uangnya hanya sedikit, tapi saya lapar. Ibu tidak tega, kami pun mampir beli soto. Selesai makan, uangnya ternyata tidak cukup untuk membayar soto. Penjualnya terima uang dari ibu sambil marah-marah,” kenang Andik.

Karena uangnya ludes, Andik dan ibunya harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer dari Jalan Praban ke rumahnya di daerah Bogen, Surabaya.

Namun jerih payahnya kini terbayar lunas. Tak hanya rumah yang layak huni, Andik kini juga memiliki sepasang mobil Honda Jazz dan Toyota Fortuner. Semua itu ia dapatkan dari hasil bermain bola di Persebaya dan timnya sekarang, Selangor FA, di Malaysia.

Ia pun kini sedang membangun sebuah rumah megah di Surabaya. "Hasil menabung gaji dari klub tiap bulan saya sisihkan untuk membangun rumah. Bangun rumahnya juga pelan-pelan," tutur pemain kelahiran Jember, 23 November 1991 itu.

"Andik anak yang sayang keluarga. Ia selalu peduli pada orangtua dan adik-adiknya," kata Jumaiyah.

Andik Vermansah berpose dengan mobil mewahnya. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Andik Vermansah mengaku ingin mengangkat harkat dan martabat kedua orangtuanya. "Saya bisa seperti sekarang ini juga karena dukungan mereka. Saya ingin bapak dan ibu merasakan hasil keringat saya bermain bola," ujar pemain yang sempat menjalani trial di klub Jepang, Ventforet Kofu itu.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer