Bola.com, Solo - Dampak dari belum jelasnya kompetisi di Indonesia (ISL, Divisi Utama, dan Liga Nusantara), buntut dari kisruh PSSI dengan pemerintah dirasakan semua pihak, terutama pemain.
Ketidakpastian kompetisi dalam negeri mau tak mau membuat pesepak bola Tanah Air memilih berkiprah di luar negeri. Sebut saja Andik Vermansah (Selangor FC, Malaysia), Adam Alis (East Riffa, Bahrain), Dedi Gusmawan (Zeyar Shwe Myay, Myanmar), hingga pelatih kawakan Rahmad Darmawan beserta Makan Konate dan Abdoulaye Maiga yang bergabung klub Malaysia Premier League, PBDKT T-Team.
Gelandang senior Pusamania Borneo FC, Ponaryo Astaman mendukung keputusan tersebut. Berkiprah di luar negeri adalah kesempatan berharga yang harus dimanfaatkan.
"Ya, bagus. Kalau ada kesempatan ke luar negeri kenapa tidak dimanfaatkan," kata Ponaryo yang juga berstatus Presiden Asosiasi Pemain Profesional Indonesia saat dijumpai bola.com di Solo, Selasa (8/12/2015).
Advertisement
Baca Juga
Pemain bernomor punggung 11 ini pernah berkarier di Malaysia saat bergabung dengan Telekom Malaka musim 2006/2007. Penampilan impresif bersama skuat PSM Makassar musim sebelumnya membuat klub asal Negeri Jiran itu rela mengeluarkan dana transfer Rp 1 miliar untuk menggandeng Ponaryo.
Satu musim di Malaysia, pemain berusia 34 tahun ini kemudian hijrah ke Persija Jakarta pada musim 2008/2009. Hingga musim 2015, saat ISL terhenti, Ponaryo masih bertahan di Pusamania Borneo FC.
Dengan kondisi sepak bola Indonesia yang tak menentu, Ponaryo mendukung jika ada pemain lain yang berminat main di luar negeri.
"Di Indonesia kelemahannya adalah kompetisi tidak stabil, malah cenderung mundur karena musim ini tidak digelar. Kalau di luar negeri masih berjalan harus dimanfaatkan selagi ada kesempatan, khususnya buat pemain muda," kata dia.
Lalu, apakah Ponaryo masih tertarik bermain di luar Indonesia lagi ? "Saat ini bukan waktunya lagi, karena faktor usia. Biar pemain muda yang masih punya waktu untuk berkembang,'' ucap Ponaryo Astaman.