Bola.com, Surabaya - Mat Halil. Pemain ini bisa disebut sebagai legenda Persebaya yang kini masih bertahan di Persebaya 1927. Ia punya cara tersendiri untuk menunjukkan kesetiaan.
Saat mayoritas bintang Persebaya 1927 meninggalkan klub yang bermarkas di Jalan Karanggayam No.1 Surabaya itu, Mat Halil adalah satu-satunya pemain yang memilih bertahan alias jadi penghuni terakhir. Kemudian, ia menggerakkan pemain lain demi eksistensi klub.
Baca Juga
Halil mendedikasikan hidup dan kariernya untuk tim ini karena menganggap Persebaya yang asli hanya satu, yakni yang terakhir tampil di Indonesia Premier League (IPL). Halil tak peduli akan konflik dualisme Persebaya, termasuk eksistensi Surabaya United yang saat ini jauh lebih aktif ketimbang Persebaya 1927.
Pemain yang sempat bergabung dengan Persida Sidoarjo itu pula yang memelopori kebangkitan Persebaya 1927, setelah manajemen PT Persebaya Indonesia mengantongi hak paten merek atas nama dan logo Persebaya. Meski tak digaji, pemain berusia 36 tahun itu dengan suka rela berlatih dan bermain pada sejumlah uji coba yang digelar Persebaya 1927 di beberapa kota di Jawa Timur.
Apa yang membuat Halil bertahan di Persebaya 1927, kendati tak sedikit tawaran untuk bermain di klub lain? Berikut penuturan Halil kepada bola.com di Surabaya.
Apa yang membuat Anda bertahan di Persebaya 1927?
Sejak kecil saya mencintai Persebaya dan bermain di klub internal Pengcab PSSI Surabaya (Askot PSSI Surabaya). Saya juga mengawali karier di klub ini dan ingin menutup karier di Persebaya.
Saya sempat gabung Persida di kompetisi Divisi Utama 2014. Tapi hanya semusim, hal itu karena Persebaya vakum lantaran tidak diakui oleh PSSI. Seandainya Persebaya diakui PSSI dan tampil di kompetisi, saya memilih bermain untuk Persebaya.
Advertisement
Baca Juga
Kabarnya sempat ditawari gabung dengan klub lain, tapi Anda tolak, kenapa?
Benar, saya ditawari main untuk beberapa klub. Ada klub dari Surabaya dan beberapa lainnya dari Jawa Timur dan luar Jawa. Beberapa klub itu tampil di ISL dan lainnya dari Divisi Utama. Tapi saya tidak mau, karena hati saya untuk klub ini. Saya juga punya SSB yang harus saya tangani. Karier saya sudah mendekati habis, lalu mau cari apa lagi?
Meski mengantongi hak paten merek Persebaya, ternyata tim Anda tidak disertakan dalam turnamen-turnamen yang diputar sekarang. Apa pendapat Anda?
Soal tidak disertakan dalam turnamen Piala Presiden 2015 dan Piala Jenderal Sudirman itu hak penyelenggara. Kami tetap jalan dengan tim ini dengan atau tidak ikut turnamen yang ada.
Hanya main di partai uji coba dan ekshibisi saja, apakah Anda puas?
Saya rasa tidak jauh beda dengan klub-klub lain yang hanya main di turnamen. Kalau rutin ekshibisi, tim ini sama eksisnya dengan klub lain.
Apakah Anda dibayar, dan berapa gaji Anda?
Saya tidak dibayar, begitu juga pemain lain. Kami hanya mendapatkan match-fee dari uji coba dan ekshibisi yang kami jalani.
Apakah hal itu sebanding?
Kami tidak pernah melihat soal bayaran, bagi kami yang namanya pengabdian tidak bisa dihitung dengan uang. Kami datang latihan dengan suka rela, karena ini panggilan hati.
Meski pemain yang latihan hanya segelintir?
Saya rasa tidak masalah. Kendati tidak latihan bersama, saya tahu teman-teman tetap latihan di rumah atau tempat mereka sendiri. Yang penting, ketika dibutuhkan Persebaya 1927, kami sudah siap.